Kemaritiman Kerajaan Ternate-Tidore

Kemaritiman Kerajaan Ternate-Tidore – Setelah masuknya ajaran agama Islam pada pertengahan abad ke-15, Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore mulai menjelma menjadi kekuatan politik besar di timur Kepulauan Indonesia yang menggantungkan kehidupannya melalui aktivitas kemaritiman. Kerajaan Ternate pada puncak kejayaannya berhasil menguasai pesisir timur Pulau Sulawesi, Kepulauan Sula dan Kepulauan Banggai, serta beberapa kepulauan lain seperti Buton, Seram Barat (Hoamoal), Kepulauan Ambon, Pulau Banda dan Pulau Buru. Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang kemaritiman Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore.

Bukti Kemaritiman Kerajaan Ternate-Tidore

Kerajaan Ternate dan Tidore memfokuskan perkonomiannya pada sektor kelautan, hal ini disebabkan oleh letaknya secara geografis di mana sebagian besar wilayah Kerajaan Ternate adalah lautan. Keberadaan armada laut sangatlah dibutuhkan oleh Kerajaan Ternate. Pulau Halmahera dalam hal ini sangatlah penting sebagai pemasok utama bahan pembuatan kapal bagi Kerajaan Ternate. Selain itu, masyarakat Halmahera juga yang dijadikan sebagai armada laut dari Kerajaan Ternate.

Seorang Portugis, Antonio Galvao yang pernah tinggal di Maluku pada 1536-1539 menyebutkan beberapa jenis kapal yang umumnya digunakan di Maluku; juanga, lakafiunu, korakora, kalulus dan perahu kecil.

kemaritiman kerajaan ternate-tidore

Kapal juanga adalah kapal kebesaran untuk raja. Semuanya digerakaan oleh pendayung, palka dan lunas memiliki panjang sekitar 18-20 depa (33-37 meter). Di lambung kiri dan kanan terdapat 200 pendayung dan hampir 100 orang baileu (prajurit bersenjata). Ada juga juanga yang berukuran lebih kecil, sekitar 10-11 depa (18-20 meter) dengan 130 pendayung dan 40-50 orang baileu. Bahkan, ada juga juanga yang berukuran lebih kecil lagi.

Kapal lakafiunu menyerupai bentuknya dengan kapal juanga. Geladak kapal ditutup dengan rotan dan papan yang menyerupai sebuah tandu. Kapal jenis ini tidak pernah dikalahkan karena bahannya sangat kuat dan tidak mudah rusak apabila ditabrak.

Baca Juga  Kemaritiman Kerajaan Sunda

Kapal kamamoni dan korakora adalah kapal yang menyerupai gallei. Kapal ini berukuran sangat panjang dan lebar, namun hanya dengan 40-70 orang pendayung dan 25 orang baileu. Kapal rorehe dan perahu didayung oleh 15-30 orang, dengan 10 orang sebagai baileu.Semua kapal-kapal tadi memiliki cadik, hanya kapal jenis kalulus yang tidak bercadik dengan pendayung sebanyak 20-50 orang serta 10-20 baileu.

Selain kapal-kapal tadi juga terdapat perahu yang berukuran lebih kecil yang disebut nyonyau yang digunakan untuk menangkap ikan dan digerakkan oleh 3-12 pendayung serta 2 orang baileu. Kapal jenis ini sering dijadikan sebagai pelengkap dalam perjalan juanga, lakafunu, dan korakora. Selain itu juga terdapat sampan yang digunakan sebagai kapal angkutan.

Setelah memasuki abad ke-16 aktivitas perdagangan antara Kepulauan Maluku dengan Malaka semakin ramai. Kemampuan dalam menggunakan kapal secara efektif untuk mengamankan kepentingan ekonomi dan politiknya membuat Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore dapat menjadi salah satu kerajaan terbesar di timur Kepulauan Indonesia.

Daftar Bacaan

  • Amal, M. Adnan. 2016. Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Jakarta: KPG
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto. 2011. Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan Dan Perkembangan Kerajaan Islam. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca