Dewawarman IV naik takhta sebagai raja Kerajaan Salakanagara pada tahun 238 menggantikan mertuanya, Dewawarman III. Nama asli dari Dewawarman IV yaitu Darma Satyanagara. Pada awalnya dia merupakan raja dari Kerajaan Ujung Kulon (kerajaan bawahan Kerajaan Salakanagara). Namun setelah beliau menikah dengan Tirta Lengkara (puteri sulung Dewawarman III), maka beliau dipercayakan sebagai penerus tahta Kerajaan Salakanagara atas nama istrinya. Dari pernikahannya dengan Tirta Lengkara, lahirlah seorang putri yang bernama Mahisa Suramardini Warmandewi.

Masa Pemerintahan Dewawarman IV
Tidak ada keterangan apapun yang dapat diperoleh mengenai masa pemerintahan Dewawarman IV di Kerajaan Salakanagara, baik dari sumber prasasti maupun naskah-naskah kuno. Nampaknya tidak ada gangguan yang berarti dari bajak laut yang biasanya memberikan ancaman di kawasan perairan Salakanagara yang berdampak pada aktivitas kemaritiman dan perekonomian kerajaan.
Putri Dewawarman IV, Mahisa Suramardini Warmandewi kemudian menikah dengan Darmasatjaya (tokoh ini belum diketahui berasal dari kerajaan mana, apakah berasal dari kerajaan bawahan Kerajaan Salakanagara, kerajaan sahabat, ataukah merupakan kerabat dari internal Kerajaan Salakanagara itu sendiri. Namun yang pasti, Darmasatjaya adalah seorang bangsawan). Pada tahun 251 Dewawarman IV wafat dan digantikan oleh Dewawarman V.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.