Dewawarman IX (362-?)

Dewawarman IX naik takhta menggantikan kekuasaan ayahnya, Dewawarman VIII pada tahun 362.

Masa Pemerintahan Dewawarman IX

Di masa pemerintahan Dewawarman IX, pamor kekuasaan Kerajaan Salakanagara menurun drastis, hal ini bertolak belakang dengan prestasi dari ayahnya (Dewawarman VIII) yang membawa Kerajaan Salakanagara dalam kemakmuran. Tidak diketahui secara pasti yang menjadi penyebab merosotnya pamor Kerajaan Salakanagara pada masa pemerintahan Dewawarman IX. Hingga saat ini tidak ada penjelasan mengenai merosotnya kemampuan Kerajaan Salakanagara dalam mendominasi politik di kawasan barat Pulau Jawa.

Kemunduran Kerajaan Salakanagara di bawah kepemimpinan Dewawarman IX sepertinya disebabkan oleh adanya persaingan dalam hegemoni perekonomian di kawasan barat Pulau Jawa dengan Kerajaan Tarumanegara yang didirikan oleh Jayasinghawarman. Kerajaan Tarumanegara yang berdiri di kawasan Sungai Citarum nampaknya menjadi kompetitor bagi Kerajaan Salakanagara dalam memperebutkan hegemoni atas kemaritiman di kawasan utara Pulau Jawa bagian barat itu.

dewawarman ix

Apabila pada kenyataannya Kerajaan Salakanagara memanfaatkan aktivitas kemaritiman sebagai salah satu pemasukkan terbesar perekonomiannya, tentu menjadi beralasan dalam membawa kemunduran kerajaan itu dengan berkompetisi pada Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Salakanagara semakin kehilangan “gaungnya” dan akhirnya terlampaui oleh Kerajaan Tarumanagara, bahkan menjadi wilayah kekuasaan dari kerajaan baru itu.

Setelah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara, riwayat raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Salakanagara tidak tercatat dalam naskah-naskah kuno. Namun yang pasti, nama Kerajaan Salakanagara kembali muncul karena termasuk kerajaan sekutu dari Kerajaan Tarumanagara saat menghadapi beberapa pemberontakan yang terjadi di kemudian hari di Kerajaan Tarumanegara.

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca