Dewawarman VI (289 – 308)

Dewawarman VI adalah putra dari Mahisa Suramardini Warmandewi. Setelah Mahisa Suramardini Warmandewi wafat pada tahun 289, putra sulungnya Ganayanadewa Linggabumi naik takhta sebagai raja Kerajaan Salakanagara . Ganayanadewa Linggabumi memerintah di Kerajaan Salakanagara selama 19 tahun (289-308).

dewawarman vi
Dewawarman VI menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang berada di India dengan memanfaatkan rute pelayaran yang dibangun oleh orang-orang Austronesia

Masa Pemerintahan Dewawarman VI

Pada masa pemerintahan Dewawarman VI, Kerajaan Salakanagara menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di India dan sekitarnya untuk memperkuat posisi politiknya. Perlu dipahami kembali berbagai gangguan terutama yang disebabkan oleh adanya bajak laut yang berada di daerah perairan Salakanagara membuat Dewawarman VI harus memperkuat posisi politiknya di dalam aktivitas kemaritiman terutama melalui cara menjalin hubungan dengan Kerajaan-Kerajaan yang terletak di India. Hubungan antara kerajaan-kerajaan itu terlihat dari perkawinan politik yang dilakukan oleh putra-putrinya. Ganayanadewa Linggabumi bergelar Dewawarman VI dan memiliki permaisuri yang berasal dari India. Dari pernikahannya itu lahir 3 orang putra dan 3 orang putri, antara lain:

  1. Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati, kelak menjadi penerus takhta Kerajaan Salakanagara.
  2. Salaka Kancana Warmandewi, puteri ini menikah dengan seorang menteri dari Kerajaan Gaudi (Benggala, India Timur).
  3. Kartika Candra Warmandewi, puteri ini menikah dengan raja-muda dari negeri Yawana (daerah di daratan Asia Tenggara).
  4. Gopala Jayangrana, kelak menjadi menteri di Kerajaan Calankayana (India).
  5. Sri Gandari Lengkaradewi, puteri ini menikah dengan menteri-panglima angkatan laut Kerajaan Palawa (India).
  6. Skandamuka Dewawarman Jayasastru, kelak menjadi senapati Kerajaan Salakanagara.

Dewawarman VI mangkat pada tahun 308 dan digantikan oleh putranya yaitu Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati atau yang lebih dikenal dengan Dewawarman VII.

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca