Gajah Borneo (Elephas Maximus Borneensis)

Gajah Borneo atau Gajah Kalimantan (Elephas maximus borneensis) adalah famili Elephantidae dari genus Elephas. Gajah Borneo adalah subspesies gajah Asia ini terkenal dengan ukurannya yang lebih kecil dibandingkan gajah Sumatera dan India, dengan tinggi badan mencapai sekitar 2,7 meter dan berat 3-5 ton.

Gajah Borneo merupakan maskot provinsi Kalimantan Utara dan menjadi ikon penting bagi keanekaragaman hayati pulau tersebut. Keunikan mereka tidak hanya dari segi ukuran, tetapi juga perilaku, habitat, dan peran vitalnya dalam ekosistem.

Taksonomi

Dalam sebuah penelitian, DNA gajah borneo awalnya dikategorikan sebagai populasi gajah Asia, dan kemudian sampai pada kesimpulan bahwa gajah Kalimantan adalah subspesies terpisah dari genus Elephas lainnya sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Persebaran Gajah Borneo

Persebaran gajah borneo terbatas di bagian utara dan timur laut Pulau Kalimantan. Pada tahun 1980-an, terdapat dua persebaran populasi yang berbeda: Satu terletak di Sabah, di mana tersebar di Suaka Margasatwa Tabin. Sedangkan persebaran populasi yang lainnya menghuni daerah perbukitan pada ketinggian sekitar 300 hingga 1.500 m (980 hingga 4.920 kaki) di hutan dipterokarpa, yang sebagian besar tidak terganggu pada saat itu dan hanya ditebang di bagian pinggirannya. Di Kalimantan, wilayah jelajahnya terbatas pada wilayah kecil yang berdekatan di hulu Sungai Sembakung di sebelah timur.

gajah borneo, gajah kerdil, gajah kalimantan, borneo elephant

Populasi gajah liar di Sabah dan Kalimantan tampaknya hanya berkembang sangat sedikit dalam 100 tahun terakhir meskipun terdapat akses terhadap habitat yang sesuai di tempat lain di Kalimantan. Tanah Kalimantan cenderung tidak subur, dan terdapat spekulasi bahwa sebaran gajah liar di Pulau Kalimantan tersebut mungkin dibatasi oleh keberadaan sumber mineral alami.

Baca Juga  Ekidna Moncong Pendek Papua (Tachyglossus Aculeatus Lawesii)

Pada tahun 1992, perkiraan jumlah populasi gajah di Sabah berkisar antara 500 hingga 2.000 ekor, berdasarkan survei yang dilakukan di Suaka Margasatwa Tabin, Distrik Kinabatangan, dan Hutan Lindung Deramakot. Sensus populasi gajah dilakukan di Sabah antara Juli 2007 dan Desember 2008, menghitung tumpukan kotoran di sepanjang 216 garis transek di lima wilayah jelajah utama gajah, yang mencakup total jarak 186,12 km (115,65 mil). Hasil survei ini menunjukkan populasi gajah berjumlah 1.184–3.652 individu yang menghuni wilayah Tabin, Kinabatangan Bawah, Kinabatangan Utara, Hutan Lindung Ulu Kalumpang, dan hutan tengah Sabah.

Kepadatan dan jumlah populasi gajah bervariasi di lima wilayah jelajah utama yang dipengaruhi oleh; konversi hutan dataran rendah, fragmentasi habitat, dan aktivitas penggunaan lahan seperti penebangan hutan. Daerah Hutan Lindung Ulu Segama memiliki kepadatan gajah tertinggi, yaitu 3,69 ekor gajah per 1 km2 (0,39 mil persegi). Hanya kawasan hutan tengah yang tidak dilindungi yang mampu menampung populasi gajah sebanyak lebih dari 1.000 ekor.

Pada tahun 2005, lima gajah betina yang dilengkapi dengan alat pelacak untuk mempelajari wilayah jelajah dan pola pergerakan mereka di Sabah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawanan gajah menempati wilayah jelajah minimum antara 250 hingga 400 km2 (97 hingga 154 mil persegi) di hutan yang tidak terfragmentasi, sedangkan di habitat hutan yang terfragmentasi, wilayah jelajah tahunan gajah diperkirakan sekitar 600 km2 (230 mil persegi). mil).

Ancaman Bagi Gajah Kalimantan

Ancaman utama terhadap spesies gajah Asia pada umumnya saat ini adalah hilangnya habitat, degradasi, dan fragmentasi, yang didorong oleh meningkatnya populasi manusia, dan pada gilirannya menyebabkan meningkatnya konflik antara manusia dan gajah ketika gajah memakan atau menginjak-injak tanaman. Ratusan orang dan gajah terbunuh setiap tahunnya akibat konflik tersebut.

Baca Juga  Palaeoloxodon Recki: Gajah Raksasa Dari Afrika (1,5 Juta - 400.000 Tahun Yang Lalu)

Perluasan pembangunan yang dilakukan oleh manusia mengganggu jalur migrasi mereka, menghabiskan sumber makanan mereka, dan menghancurkan habitat mereka. Ancaman lainnya bagi populasi gajah adalah kurangnya hutan atau kurangnya pohon akibat penebangan. Gajah Kalimantan membutuhkan 100–225 liter (22–49 imp gal; 26–59 US gal) air sehari dan jika sulit menemukannya karena kondisi iklim atau berkurangnya sumber air, satu-satunya pilihan mereka adalah bermigrasi ke tempat lain. mereka dapat menemukan sumber daya tersebut untuk bertahan hidup. Kondisi ini semakin kritis dengan melihat data yang tertera pada April 2012, diperkirakan terdapat 20–80 ekor gajah di sekitar 22 desa di Kecamatan Sebuku, Nunukan, Kalimantan Utara.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca