Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia)
Gerindo – Gerindo (Gerakan Rakyat Indonesia) adalah organisasi pergerakan nasional yang didirikan di Jakarta pada 24 Mei 1937. Setelah Partindo membubarkan diri, maka untuk dapat melanjutkan perjuangan, Iskaq Tjokroadisurjo dan Sunario memutuskan untuk bergabung dengan Parindra, meskipun partai tersebut dinilai kurang revolusioner. Sebaliknya banyak anggotanya yang masih meninginkan memiliki wadah perjuangan yang asas perjuangannya mirip dengan Partindo. Sekedar sebagai taktik perjuangan, mereka bersedia meninggalkan sikap non-kooperasi.
Latar Belakang
Para bekas anggota Partindo berketetapan hati untuk mengubah asas perjuangan mereka dari non-kooperasi ke kooperasi. Mereka berniat untuk mendirikan partai kooperator baru pada pertengahan bulan Mei 1937 di Jakarta dibentuk sebuah komite pendiri partai baru. Akhirnya tanggal 23 Mei 1937 di Jakarta didirikan partai baru bernama Gerakan Rakyat Indonesia disingkat Gerindo. Sebagai pengurus partai adalah Adnan Kapau Gani (Ketua) , Mansur (Wakil Ketua), Ipih Asmara Hadi (sekretasris merangkap bendahara). Tokoh-tokoh bekas anggota Partindo yang segera menggabungkan diri dalam partai baru itu antara lain adalah : Amir Sjarifuddin, S. Mangunkarsoro, Moh.Yamin dan Njono Parawoto.
Dengan lahirnya Gerindo partai sayap kiri pergerakan nasional dengan wajahnya yang baru yaitu kooperasi berjalan lagi, asas Gerindo yaitu kebangsaan dan kerakyatan. Gerindo berjuang untuk mencapai kemerdekaan nasional, asas kebangsaan Gerindo tidak didasarkan atas dasar “ satu darah satu keturunan”. Asas kerakyatan (demokrasi) dari Gerindo adalah demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat yaitu demokrasi politik , demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Menurut Gerindo yang menjadi pedoman partai adalah asas dan tujuan partai setiap anggota harus tunduk pada aturan partai.
Jalan untuk mencapai tujuan itu ialah membimbing rakyat sampai mencapai tingkat keinsafan politik, ekonomi dan sosial, menyusun kekuatan rakyat di luar dan di dalam dewan-dewan. Gerindo mengutamakan kegiatan di bidang politik karena kemenangan di bidang tersebut merupakan jalan utama membawa rakyat ke susunan ekonomi dan sosial yang lebih sempurna.
Gerindo menjunjung tinggi demokrasi menggambarkan tujuan politik sebagai satu parlemen yang sepenuhnya bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia tujuan ekonomi sebagai susunan ekonomi yang berdasarkan kooperasi di bawah pengawasan negara , tujuan sosial sebagai satu lingkungan hidup berdasarkan hak dan kewajiban yang sama antara berbagai macam penduduk. Jalan kedua untuk mencapai tujuannya ialah bahwa Gerindo menempuh asas self-help dan kooperasi, Gerindo bekerja sama dengan pemerintah dengan mengirim wakil-wakilnya duduk dalam Volksraad dan dewan-dewan lainnya.
Jalan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh Gerindo adalah dengan membimbing rakyat sampai pada tingkat keinsafan politik, ekonomi, dan sosial, menyusun kemanpuan rakyat di luar dan di dalam dewan-dewan. Gerindo lebih mengutamakan kemenangan di bidang politik karena bidang tersebut merupakan kunci utama dalam membawa rakyat ke susunan ekonomi dan sosial yang lebih utama. Gerindo menjunjung tinggi demokrasi menggambarkan tujuan sebagai suatu parlemen yang sepenuhnya bertanggung jawab terhadap rakyat Indonesia.
Perkembangan Gerindo
Tujuan ekonomi partai Gerindo sebagai susunan ekonomi yang berdasarkan kooperasi di bawah pengawasan negara. Tujuan sosialnya yaitu sebagai suatu lingkungan hidup berdasarkan hak dan kewajiban yang sama antar berbagai macam penduduk. Sedangkan jalan kedua yang di tempuh partai Gerindo untuk mencapai tujuannya adalah dengan asas self-help dan kooperasi, serta bekerja sama dengan pemerintah dengan mengirim wakil-wakilnya Volksraad dan dewan- dewan lainnya. Partai Gerindo didirikan mempunyai program yaitu mengadakan kongres pertama di Jakarta pada tanggal 20-24 Juli 1938.
Kongres itu dilaksanakan sebagai bentuk dari kerja nyata dari suatu organisasi pergerakan yang peduli terhadap perubahan sosial masyarakat pribumi, dalam kongres yang pertama ini berhasil membentuk Penuntun Ekonomi Rakyat Indonesia (PERI) yang berdasarkan pada Demokratis Nasionalisme, kemudian Kongres yang ke II diadakan di Kota Palembang.
Sama halnya dengan Partai Gerindo yang ada di Palembang, pengikut Gerindo terdiri dari berbagai kalangan sebagaian besar adalah pekerja lepas, buruh pelabuhan, dan buruh pasar. Bekas ketua Partindo Noengtjtik A.R diangkat sebagai ketua Gerindo di Palembang dan wakil ketuanya adalah Samidin yaitu bekas ketua PNI-Baru sedangkan sekretarisnya adalah A. S Sumadi yaitu seorang aktivis yayasan perguruan rakyat “Taman Siswa”.
Pada tingkat tertentu Gerindo yang ada di Palembang berhasil mempersatuakan kembali bekas-bekas PNI lama daerah ini yang sebelumnya terpecah antara Noengtjik A.R (Partindo) dan Samidin (PNI Baru), dalam waktu yang relatif singkat Gerindo tersebar di hampir setiap daerah bahkan sampai kepelosok Muara Rupit.
Gerindo palembang memang jauh lebih dinamis dibandingkan dengan Parindra. Pada akhir 1939 anggota Parindra tercatat 2.200 orang, namun Gerindo sudah memiliki sekitar 25 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Palembang dengan jumlah anggota 4.000 orang pada tahun yang sama. Meskipun demikian kedua partai tetap menyelenggarakan kerjasama di bidang-bidang tertentu.
Kongres Nasional II Gerindo
Partai Gerindo semakin meningkat dengan diadakannya Kongres Nasional II, yang merupakan Salah satu kegiatan spektakuler Gerindo di Palembang, Gerindo cabang pelembang terpilih sebagai tempat penyelanggara. Kongres yang pertama berlangsung sejak tanggal 20 juli sampai 24 juli 1938. Sedangkan kongres yang kedua yang diadakan di Palembang yaitu pada tanggal 1-2 Agustus 1939.
Kongres yang diadakan di Palembang ini dihadiri oleh sejumlah pemimpin partai Gerindo pusat, seperti A. K. Gani, Amir Syarifuddin, Wikana, Adam Malik, Tabrani, dan Asmara Hadi. Kongres ini merupakan kongres nasional partai politik yang pertama kali diadakan di Palembang, mengambil tempat di Sekanak 10 Ulu, kongres menjadi kebanggaan tersendiri bagi pengurus cabang Gerindo di Palembang.
Kemajuan yang dicapai Gerindo tidak terlepas dari peranan A. K. Gani. Dia belum lama menyelesaikan kuliah kedokteran di Batavia dan memilih karier sebagai dokter swasta di Kota Palembang. Kepindahan tokoh yang berpengalaman dalam dunia pergerakan ke Palembang membuat daya gerak Gerindo Palembang semakin hidup dan sedikit banyak menjadi avantgarde pergerakan nasionalis sekuler daerah ini. Walaupun posisinya “turun” dari pimpinan pusat menjadi pimpinan daerah, Wibawa Gani sebagai bekas pimpinan pusat amat terasa di cabang-cabang Gerindo seluruh Sumatera.
Dalam Kongres ini diambil keputusan berupa penerimaan peranakan seperti peranakan Eropa, peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab, untuk menjadi anggota partai Gerindo. Salah satunya yaitu diterimanya Oei Gee Hwat yaitu seorang sekretaris pengurus besar Partai Tionghoa Indonesia (PTI) menjadi salah seorang pengurus partai Gerindo, keputusan itu diambil berdasarkan keputusan kongres yang diadakan di Palembang, yang pada saat itu di pimpin oleh A.K. Gani, karena Gerindo menjalankan garis demokrasi yang mengutamakan perlawanan terhadap fasisme dan tidak mempersoalkan warna kulit yang berbeda dan bisa membuka pintu untuk menerima etnis Tionghoa.
Sesuai keputusan kongres Gerindo pada tahun 1938, Gerindo berasaskan Nasionalis dan Demokrasi. Mengingat bahwa Gerindo mirip Partindo, maka tujuan partai tersebut adalah Indonesia merdeka dalam Politik, Ekonomi, dan Sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, rakyat perlu dididik hingga memilik kesadaran politk dan memiliki kemampuan untuk menentukan nasibnya sendiri (Self-Help). Seperti dijelaskan diatas, Gerindo telah menetukan sikapnya bersedia bekerja sama dengan pemerintah Kolonial, jelasnya jika kepada anggota Gerindo diberikan kesempatan untuk duduk dalam dewan-dewan perwakilan, maka partai tersebut tidak menolaknya.
Lahirnya Gerindo disambut gembira oleh para bekas anggota Partindo dalam waktu singkat mereka mendirikan cabang-cabang. Cabang-cabang Gerindo tersebar hampir merata di seluruh Indonesia pada umumnya suatu cabang Partindo secara otomatis menjadi cabang Gerindo. Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda masih berusaha untuk menghambat perkembangannya, kecurigaan pemerintah terhadap para mantan anggota Partindo tidak hilang sehingga ada beberapa rapat pendirian cabang Gerindo dibubarkan.
Keterlibatan Dalam Politik
Aktivitas di bidang politik pertama kali ditunjukkan dengan sikapnya terhadap Petisi Sutarjo, Gerindo menyokong bagian petisi yang menuju konferensi imperial dimana utusan-utusan Belanda dan Indonesia yang mempunyai hak sama untuk memusyawarahkan kedudukan Indonesia. Kemudian sehubungan dengan pecahnya perang antara Jepang dan Tiongkok, Gerindo menganjurkan kepada anggota khususnya dan rakyat Indonesia umumnya untuk membantu bangsa Tionghoa di Indonesia, Gerindo dalam manifesnya menyatakan sikapnya yang anti-fasisme.
Mengenal dewan dewan Gerindo mempergunakan dewan-dewan sabagai alat perjuangan dan tempat menyusun kekuatannya untuk mempengaruhi kemajuan rakyat. Partai ini tidak puas terhadap susunan dan kekuasaan dewan-dewan yang ada, Gerindo menuntut parlemen yang sejati, penuh dan bertanggung jawab terhadap rakyat untuk itu Gerindo menuntut hak memilih umum dan langsung.
Partai ini akan menyusun kekuatannya dalam dewan-dewan, ditetapkan agar semua wakilnya dalam dewan-dewan menjalankan kewajiban sesuai keinginan rakyat. Gerindo menetapkan syarat-syarat dalam mengajukan wakil-wakilnya di dewan-dewan dan menetapakan disiplin terhadap anggotanya yang duduk di dewan-dewan.
Tanda-tanda perubahan zaman semakin tampak nyata pada tahun-tahun terakhir kekuasaan Belanda di Indonesia. Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda yang berada di Palembang semakin sulit menutup sikap bimbangnya terhadap tuntutan kaum pergerakan yang semakin lantang. Beruntung perpecahan dan persaingan dalam tubuh partai-partai politik pergerakan dapat diredam oleh GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang menghimpun hampir semua partai politik di Hindia-Belanda (PSII, Gerindo, Parindra, PII dan PAI).
Dalam kondisi genting menjelang Perang Dunia II, kerja sama yang dilakukan antara Gerindo dengan Parindra mampu mengatasi perbedaan diantara kedua partai. Sebagian besar kaum pergerakan yang mengambil posisi “Co” juga memiliki sebuah keyakinan bahwa Belanda akhirnya harus angkat kaki. Kini hanya tinggal soal waktu saja. Gerindo tampil sebagai partai politik yang banyak melakukan kegiatan dan barangkali paling efektif dalam kelompok intelektual perkotaan meski jumlah masanya lebih sedikit ketimbang PSII. Sebaliknya PSII tetap bersikukuh dengan pendirian “berdiri diatas kaki sendiri”, sebuah sikap yang mencerminkan ketegaran partai ini pada masa sebelumnya tetapi mungkin ketegaran partai ini pada masa sebelumnya, tetapi mungkin tidak lagi relevan dengan zaman yang tengah berubah.
Seandainya PSII mengambil sikap lebih lentur dan cermat membaca tanda-tanda zaman, suara mereka pasti akan lebih menentukan ketimbang partai manapun di dalam Raad. Sesungguhnya PSII memiliki peluang yang lebih besar dengan menggunakan saluran resmi tersebut demi kepentingan partai. Lembaran baru masa pendudukan Jepang akan menyambut arus yang mengalir sebelumnya dan menentukan bagaimana arus ini dan kekuatan lain di sekelilingnya bertemu dalam situasi dan kondisi yang berbeda dari zaman sebelumnya.
Bergabung Dengan GAPI
Sehubungan dengan rencana pembentukan badan federesi baru Gabungan Politik Indonesia (GAPI), Gerindo ikut serta dalam rapat dan masuk menjadi anggota setelah pemberlakuan negara dalam keadaan perang pada tanggal 11 Mei 1940, suasana pergerakan sepi. Gerindo menunda perjuangannya di bidang politik dan semua kegiatannya dicurahkan di lapangan ekonomi dan sosial setelah pecah Perang Pasifik, Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda menyatakan perang terhadap Jepang.
Pada tanggal 8 desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbour di Hawaii, Hongkong, dan Malaya. Negeri Belanda segera mengikuti jejak sekutunya menyatakan perang terhadap Jepang. Pada tanggal 10 Januari 1942 penyerbuan Jepang ke Indonesia dimulai. Pada tanggal 15 Februari pangkalan Inggris di Singapura, yang menurut dugaan tidak mungkin terkalahkan, menyerah kepada tentara Jepang.
Pada akhir bulan itu balatentara Jepang menghancurkan pasukan gabungan Belanda, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat dalam pertempuran di Laut Jawa. Tidak mengherankan apabila rakyat Indonesia memberikan sedikit sekali bantuan keapada pasukan Kolonial yang terancam dan kadang-kadang dengan senang hati berbalik menyerang orang-orang sipil dan serdadu-serdadu Belanda. Pada tanggal 8 maret 1942 pihak Belanda di Jawa menyerah dan Gubernur Jenderal van Starkenborgh ditahan oleh pihak Jepang. Gerindo sebagai partai yang anti-fasisime menentang Jepang, ketika Jepang berkuasa di Indonesia semua organisasi politik termasuk Gerindo kecuali Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dibubarkan oleh Jepang.
Daftar Bacaan
- Kartodirjo, Sartono. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru II: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: Gramedia.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia-Belanda. Jakarta: Balai Pustaka
- Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi