Hariang Banga (739-766)

Hariang Banga/Rakeyan Banga adalah raja Kerajaan Sunda yang keempat. Hariang Banga menggantikan ayahnya, Tamperan Barmawijaya sebagai raja di Kerajaan Sunda pada tahun 739 M setelah peristiwa terbunuhnya Tamperan Barmawijaya dalam pengejaran pasukan Kerajaan Galuh yang dipimpin oleh Manarah. Kematian Tamperan Barmawijaya menyebabkan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Mataram akhirnya bertempur di perbatasan antara dua kerajaan (Kerajaan Galuh dan Kerajaan Mataram).

Hariang Banga Bertakhta Atas Kerajaan Sunda

Pertempuran antara Manarah dari Kerajaan Galuh dan Sanjaya dari Kerajaan Mataram diakhiri setelah kedatangan Resiguru Demunawan (sesepuh Kerajaan Galuh) yang berkuasa di Kerajaan Saung Galah. Untuk mengakhiri pertikaian antara keduanya, lahirlah Perjanjian Galuh tahun 739 M. Berdasarkan Perjanjian Galuh itu, Hariang Banga diangkat sebagai raja dari Kerajaan Sunda.

hariang banga
Pembagian wilayah antara Hariang Banga dengan Manarah

Hariang Banga resmi menjadi raja Kerajaan Sunda  pada tahun 739 – 766 M. Hariang Banga bergelar Prabu Kretabuana Yasawiguna Aji Mulya. Meskipun telah dikeluarkan Perjanjian Galuh 739 M untuk menyelesaikan persengketaan, namun ketegangan antara Banga dan Manarah tetap terjadi. 

Resiguru Demunawan dari Kerajaan Saung Galah kemudian menjodohkan kedua cicitnya kepada kedua raja itu. Di mana Hariang Banga dan Manarah menikahi cicit dari Resiguru Demunawan. Hariang Banga menikahi Kencana Sari sedangkan Manarah menikahi Kencana Wangi. 

Dari hasil pernikahan Hariang Banga dengan Kencana Sari melahirkan seorang anak yang bernama Rakeyan Medang (Rakryan Medang). Disebut Rakeyan Medang karena ia pernah berguru selama delapan tahun di Kerajaan Medang (Mataram) yang pada saat itu dipimpin oleh Rakryan Panangkaran. Setelah berguru di Medang, pada tahun  773 M, Rakeyan Medang kembali ke Kerajaan Sunda dan diangkat sebagai menteri di Kerajaan Sunda. Pada tahun 776 M Hariang Banga wafat dan digantikan oleh Rakeyan Medang sebagai raja dari Kerajaan Sunda.

Baca Juga  Peradaban India Kuno: Lembah Sungai Indus Dan Gangga

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Atja & Ekajati, E.S. 1989. Carita Parahiyangan “karya tim pimpinan pangeran wangsakerta”. Bandung: Yayasan Pembangunan Jawa Barat.
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Danasasmita, S. 1983. Sejarah Bogor. Bogor: Paguyuban Pasundan Cabang Kodya Bogor.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Iskandar, Yoseph.1997. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa).Bandung: Geger Sunten
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca