Ilmu-Ilmu Bantu Sejarah

Ilmu-Ilmu Bantu Sejarah – Di dalam fase Heuristik, selain mengumpulkan bahan-bahan, sejarawan juga memerlukan sejumlah “ilmu-ilmu bantu” yang relevan dengan fokus penelitiannya, yang mencakup sejak dari sejarah yang paling “purba” sampai kepada sejarah yang paling mutakhir. Sebenarnya bahan-bahan ini diperlukan tidak saja pada fase heuristik saja tetapi juga ketika ia melakukan analisis dan sintesis terhadap semua fakta sejarah yang telah terkumpul.

Ilmu-ilmu bantu sejarah yang merupakan pendukung di dalam penelitian maupun penjelasan sejarah disebut dengan auxilary sciences atau sister disciplines. Penggunaan ilmu-ilmu bantu sejarah ini tergantung pada pokok-pokok atau periode sejarah yang dipelajari. Di dalam artikel ini akan diberikan penjelasan tentang ilmu-ilmu bantu sejarah.

Beberapa Ilmu-Ilmu Bantu Sejarah

Ilmu bantu mempunyai fungsi-fungsi penting yang digunakan oleh para sejarawan dalam membantu penelitian dan penulisan sejarah sehingga menjadikan sejarah sebagai suatu karya Ilmiah. Adapun beberapa ilmu-ilmu bantu sejarah antara lain:

Paleontologi

Paleontologi adalah Ilmu-ilmu bantu sejarah yang mengkaji bentuk-bentuk kehidupan purba yang pernah ada di muka bumi, terutama fosil-fosil disebut paleontologi. Adanya kata fosil berasal dari kata Yunani fissilis yang artinya apa yang digali atau dikeluarkan dari dalam tanah. Kemudian kata ini mempunyai arti khusus mengenai semua sisa-sisa binatang dan tumbuhan-tumbuhan yang pernah hidup dalam periode-periode geologi Palaeozoikum dan Mesozoikum. Relik-relik (sisa-sisa) binatang dan tumbuh-tumbuhan itu tetap terpelihara karena telah membatu serta tersimpan selama ratusan juta tahun.

Kajian paleontologi erat hubungannya dengan geologi, fisika, botani (tumbuhan), zoologi (ilmu hewan). Fosil-fosil itu dapat diketahui usianya dengan menggunakan metode radiokarbon untuk menentukan usia fosil-fosil sampai ratusan juta tahun. Dari temuan-temuan itu dapat disusun evolusi perkembangan hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dikaitkan dengan lapisan geologi pada waktu hidupnya.

Bagi ilmu sejarah, paleontologi merupakan periode prasejarah dalam arti luas, yakni ketika manusia dianggap belum ada di muka bumi ini. Bantuannya bagi sejarah ialah kajian ini dapat menunjukkan secara hipotesis pada lapisan geologi mana atau kira-kira kapan manusia mulai ada dalam evolusi geologi.

Relik-relik fosil-fosil itu ditemukan di benua-benua Asia, Afrika, Eropa, Amerika dan Australia seperti fosil-fosil dinosaurus. Di Indonesia fosil-fosil binatang purba antara lain: gajah, kerbau, badak dalam ukuran raksasa yang ditemukan di lembah Sangiran dan juga ditemukan di Pacitan.

Paleoantropologi

Jikalau paleontologi adalah ilmu yang mempelajari fosil-fosil binatang dan tumbuhan, maka paleoantropologi sebagai ilmu-ilmu bantu sejarah adalah ilmu yang mempelajari manusia-manusia purba sehingga disebut juga antropologi ragawi. Obyek yang dipelajari ialah fosil-fosil manusia purba. Ilmu ini bertujuan merekonstruksi asal-usul manusia, evolusinya, persebarannya, lingkungan, cara hidup dan budayanya.

Di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa fosil-fosil manusia ditemukan pada lapisan pleistosen. Penemuan ini semula berawal dari ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890. Temuannya yaitu tulang rahang di dekat desa trinil, dipinggir aliran Sungai Bengawan Solo tidak jauh dari Ngawi. Fosil-fosil itu ditemukan dalam kondisi tidak utuh dan harus direkonstruksi menjadi satu makhluk yang utuh. Fosil yang telah direkonstruksi itu kemudian diberi nama Pithecanthropus erectus.

Peneliti-peniliti lain yaitu G.H.R. Von Koeningswald dan F. Weidenrich antara tahun 1931-1934 menemukan sebelas fosil manusia purba namun fosil tersebut lebih sempurna daripada Pithecanthropus erectus mungkin sudah merupakan manusia sehingga mereka beri nama Homo soloensis (manusia solo).

Arkeologi

Arkeologi adalah ilmu-ilmu bantu sejarah yang amat diperlukan dalam melakukan kajian sejarah terutama pada periode pra-aksara (pra-sejarah). Arkeologi adalah ilmu kajian ilmiah, mula-mula mengenai hasil artefak dan ekofak kebudayaan prasejarah dengan cara penggalian (ekskavasi) dan pemerian (deskripsi) sisa-sisa peninggalan prasejarah tersebut. Kemudian dikaji juga hasil-hasil kebudayaan atau peninggalan manusia setelah memasuki periode sejarah yang ditemukan melalui ekskavasi-ekskavasi di situs-situs arkeologi yaitu tempat-tempat yang dianggap menyimpan bukti-bukti arkeologis.

Baca Juga  Konsep Perubahan Dan Keberlanjutan Dalam Sejarah
ilmu-ilmu bantu sejarah

Bukti-bukti arkeologi itu dapat dibagi atas tiga kelompok:

  1. Artefak ialah semua benda yang dibuat oleh manusia dengan tujuan untuk dipergunakan bagi segala kepentingan manusia sendiri. Benda-bendaini dapat dipindah-pindahkan tanpa merusak bentuknya seperti tembikar, ujung panah, kapak batu, manik-manik, benda-benda dari logam. Beberapa diantaranya juga terdapat pecahan-pecahan keramik.
  2. Bekas tempat pemukiman yang berupa bangunan-bangunan yang sukar dipindah-pindahkan. Termasuk kedalam kelompok ini misalnya kota-kota lama, rumah atau gedung tua, makam, saluran irigasi, candi-candi, mesjid-mesjid lama, benteng-benteng kuno. Benda-benda ini ditemukan melalui penggalian-penggalian karena sudah tertimbun tanah atau masih meninggalkan bekas-bekasnya berupa reruntuhan-reruntuhan dipermukaan tanah.
  3. Ekofak yaitu objek alamiah yang tertimbun bersama-sama dengan artefak dan bekas-bekas pemukiman sepertisisa-sisa makanan kulit kerang, tulang-tulang binatang buruan, tanaman-tanaman budidaya.

Temuan-temuan arkeologis ini penting sebagai ilmu bantu sejarah karena dari penelitian-penelitian ilmiah yang dilakukan dapat memberikan informasi tentang di mana, bilamana, bagaimana kebudayaan atau suatu peradaban dapat tumbuh, berkembang dan akhirnya runtuh.

Paleografi

Seperti halnya dengan ilmu arkeologi, ilmu paleografi merupakan ilmu-ilmu bantu sejarah yang diperlukan dalam melakukan kajian terhadap analisis paleografi Kajian tentang tulisan-tulisan kuno, termasuk ilmu membaca, menetukan waktu (tanggal), dan menganalisis tulisan-tulisan kuno yang ditulis di atas papirus, tablet-tablet tanah liat, tembikar, kayu, perkamen (vellum), kertas daun lontar disebut paleografi.

Para ahli tentang Mesir (Egyptologists) berhasil membaca, menentukan waktu, atau mengungkapkan arti dari tulisan-tulisan hieroglyph pada papirus-papirus Mesir zaman para Firaun setelah pakar Perancis Jean Champillion berhasil membaca tulisan-tulisan batu Rosetta tahun 1799. Dengan pengetahuan itu maka Mesir purba banyak yang dapat diungkap. Begitu pula tulisan-tulisan paku (cuneiform) dari Mesopotamia yang terdapat pada tablet-tablet tanah liat yang berhasil dibaca oleh Sir Henry Rawlinson tahun 1846, dapat mengungkapkan tentang kehidupan bangsa Sumeria Kuno.

Epigrafi

Sebenarnya tidak ada perbedaan mencolok antara paleografi dan epigrafi kecuali pada materi yang dipakai untuk menulis. Epigrafi pun merupakan salah satu ilmu-ilmu bantu sejarah. Epigrafi adalah pengetahuan mengenai cara membaca, menentukan tanggal atau waktu, dan menganalisis tulisan atau inskripsi kuno pada benda-benda yang dapat bertahan lama seperti batu, logam, atau gading. Inskripsi atau prasasti itu dimaksudkan untuk memberikan informasi, atau catatan mengenai kejadian-kejadian penting. Kajian atas inskripsi atau prasasti ini acapkali merupakan satu-satunya sumber informasi pertama atau pengetahuan tentang masa-masa awal sejarah.

Ikonografi

Ikonografi merupakan Ilmu tentang arca-arca atau patung-patung kuno dari zaman prasejarah dan atau sejarah disebut ikonografi. Arca-arca atau patung-patung ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari bangunan-bangunan keagamaan seperti kuil, gereja, atau candi. Ikonografi merupakan salah satu ilmu-ilmu bantu sejarah yang diperlukan dalam mengkaji sejarah periode kuno.

Numismatik

Numismatik termasuk ilmu-ilmu bantu sejarah. Numismatik adalah ilmu yang memepelajari mata-uang-mata-uang (coins), asal-usul, tehnik pembuatan, sejarah, mitologi, dan seninya disebut numismatik. Mata-uang atau koin itu ialah sepotong logam yang diberi bentuk dan berat tertentu, yang membuat tanda-tanda yang dicapkan di atasnya oleh pejabat pemerintah sehingga menjadi jaminan sah mengenai nilai dan beratnya sebagai alat tukar resmi. Mata uang itu ada yang berupa kertas tapi umumnya dari logam yang bisa bertahan lama. Mata uang logam terbuat dari tembaga, perunggu, perak, dan emas.

Ilmu Keramik

Keramik adalah nama umum untuk tembikar, Cina (Tiongkok) dan porselin. Pengetahuan tentang keramik merupakan ilmu-ilmu bantu sejarah dan kesenian yang penting. Hasil kajian tentang benda-benda ini merupakan bahan penting untuk penyusunan sejarah, baik untuk periode prasejarah maupun periode sejarah. Dari kajian-kajian tentang keramik maka dapat diketahui tentang ancer-ancer waktu, pemilik atau pendukung budaya pemakaian keramik, lalu-lintas perdagangan dan interaksi antar daerah atau bangsa.

Baca Juga  Covering Law Model Dalam Eksplanasi Sejarah

Tembikar adalah sebutan umum untuk semua alat-alat dapur yang terbuat dari tanah liat yang dibakar, misalnya belanga, periuk, piring, dan kendi. Benda-benda rumah tangga ini telah merupakan pecahan-pecahan ketika ditemukan dalam ekskavasi untuk direkonstruski dan diteliti sebagai sumber sejarah. Pecahan-pecahan tembikar telah ditemukan pada masa mesolithicum (zaman batu tengah) di tumpukan apa yang disebut sampah dapur (kjokkenmoddinger) yang dahulu terdapat di batas pantai Sumatra Timur Laut. Dari masa neolitikum (zaman batu baru) beberapa pecahan tembikar menunjukan telah dihias sehingga bagi sejarah kesenian penting untuk mengetahui tingkat perkembangan ragam hiasnya.

Genealogi

Pengetahuan mengenai asal-usul nenek moyang atau keturunan keluarga seseorang atau orang-orang disebut genealogi. Genealogi merupakan ilmu-ilmu bantu sejarah yang penting untuk memahami asal-usul atau keterunan seseorang. Dahulu kaisar-kaisar, atau orang-orang terkemuka biasa membuat pohon-silsilah (family tree) untuk menunjukan asal-usul leluhurnya. Sekarang penelusuran riwayat hidup (biografi) dari orang-orang tertentu yang menjadi objek penelitian dapat dilakukan melalui biodata atau curriculum vitaenya. Penulisan sejarah keluarga (family history) umumnya menggunakan genealogi sebagai dasarnya.

Fisiologi (Filologi)

Fisiologi adalah ilmu-ilmu bantu sejarah yang mempelajari naskah-naskah kuno. Naskah-naskah itu ditulis dalam bahasa-bahasa Jawa Kuno, Sunda Kuno, atau Melayu. Naskah-naskah itu ada yang penting untuk sejarah Indonesia pada umumnya, tetapi ada pula untuk sejarah lokal khususnya. Beberapa contoh naskah-naskah itu ialah:

Negarakrtagama

Negarakrtagama berupa sebuah naskah lontar yang ditemukan dan dirampas Belanda di Puri Cakranegara, Lombok, ketika pecah perang Lombok tahun 1894. Naskah ini berbahasa Jawa Kuno, beraksara Bali, berbentuk puisi (kakawin). Penulisnya adalah Prapanca, seorang pujangga keraton Majapahit. Naskah ini selesai ditulis tahun 1365 (bulan Asywina tahun Saka 1287, atau 1 oktober 1365), setahun setelah Gajah Mada meninggal tahun 1364.

Pararaton

Naskah ini tidak diketahui siapa penulisnya, akan tetapi ditulis dalam bahasa Jawa Kuno berbentuk prosa kira-kira abad ke-16 di Icasada, Bali, dimana naskah ini ditemukan. Judul naskah Serat Pararaton atau Katuturanira Ken Angrok yang artinya kitab kerajaan atau riwayat Ken Arok.

Kidung Sundayana

Kidung Sundayana, atau kidung sejarah Sunda ditulis dalam bahasa Jawa Kuno, ditemukan di Bali. Pengarangnya tidak dikenal. Isinya semacam roman sejarah, menceritakan tentang keinginan Hayam Wuruk mencari seorang pemaisuri.

Babad Tanah Jawi

Babad Tanah Jawi ditulis dalam bahasa dan huruf Jawa. Pengarangnya tidak diketahui. Terdapat beberapa naskah asli yang berbeda. Sesudah Perang Dunia ke II diterbitkan dalam huruf Latin. Naskah ini menguraikan pasang-surutnya sejarah di Jawa yang meliputi periode sesudah runtuhnya Majapahit tahun 1525 sampai dengan perjanjian Giyanti 1755 ketika kerajaan Mataram dibagi dua menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Isinya antara lain tentang keturunan raja Majapahit Brawijaya, tentang kerajaan-kerajaan Demak, Bintara, Mataram, tentang wali songo (wali sembilan) yang menjadi penyiar-penyiar Islam, terutama Sunan Kalijaga, sampai perpecahan Mataram.

Carita Parahiyangan

Naskah Sunda ini ditulis pada daun lontar pada akhir abad-16, menggunakan bahasa dan aksara Sunda Kuno. Isinya tentang para leluhur raja-raja Sunda, “para hiyang”, dimulai dari kerajaan Galuh (Ciamis sekarang) sampai dengan keruntuhan kerajaan Pajajaran karena serangan Islam.

Hikayat Raja-Raja Pasai

Naskah ini ditulis dalam bahasa Melayu, sebagai mana judulnya naskah ini menceritakan tentang kerajaan Pasai (sekarang di Aceh). Periodenya meliputi antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16. Isinya antara lain tentang raja Pasai pertama yang memeluk Islam yaitu Raja Ahmad dan saudaranya Raja Muhammad, tentang raja pertama Samudra yang memeluk Islam Merah Silu yang bergelar Malik-as-Saleh.

Baca Juga  Sejarah Sebagai Seni

Sejarah Melayu

Naskah melayu yang menggunakan aksara Arab-Melayu ini ditulis oleh Tun Sri Lanang (1565-1642), bendahara kesultanan Johor. Isi naskah ini antara lain berawal dari Sang Tri Buana yang turun dari bukit Singuntang di Palembang sampai direbutnya Bandar Malaka oleh Portugis tahun 1511. Sang Tri Buanadianggap menjadi pangkal empat keluarga raja yang memerintah di Palembang, Majapahit, Semenanjung Melayu, dan Minangkabau. Kemudian seperti halnya Hikayat raja-raja Pasai yang menceritakan tentang raja Samudra yang pertama memeluk Islam, maka sejarah Melayu juga menceritakan tentang pengIslaman raja Malaka.

Bahasa

Dokumen-dokumen sebagai sumber pertama sejarah (primary sources) yang disimpan di arsip-arsip ditulis dalam bahasa-bahasa daerah atau bahasa-bahasa asing tertentu. Jika ingin melakukan penelitian sejarah Indonesia mengenai periode pertengahan pertama abad ke-20 atau abad-abad sebelumnya, maka selain bahasa daerah, atau bahasa Melayu, atau bahasa Indonesia, maka sejarawan harus mengetahui juga bahasa Belanda karena dokumen-dokumen sebagian besar ditulis dalam bahasa Belanda. Ilmu bahasa pun dibutuhkan sebagai ilmu-ilmu bantu sejarah.

Statistik

Statistik juga merupakan ilmu-ilmu bantu sejarah. Croxton dan Cowden mendefinisikan statistik itu sebagai “koleksi, presentasi, analisis, dan interpretasi data angka.” Statistik digunakan sebagai metode ilmiah dalam ilmu-ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ekonomi, politik, dan sejarah. Khusus untuk sejarah, statistik membuat ilmu sejarah “lebih ilmiah” karena menggunakan fakta atau data kuantitatif masa lampau dalam pengumpulan, penyajian, pembahasan, dan penafsirannya. Statistik ini sudah umum digunakan untuk sejarah tematis, sejarah sosial, atau sejarah ekonomi.

Etnografi

Etnografi merupakan salah satu cabang dari antropologi yang juga merupakan ilmu-ilmu bantu sejarah. Kajian ini memberikan dekripsi dan analisis tentang kebudayaan suatu masyarakat atau kelompok suku bangsa (ethnic group) tertentu. Uraian rincian mengenai seluruh unsur kebudayaan kelompok masyarakat atau suku itu seperti bahasa, mata pencaharian, sistem pengetahuan dan teknologi, organisasi sosial, kesenian, dan religinya.

Pengetahuan etnografi timbul pada abad ke-16 ketika orang-orang Eropa menaruh perhatian kepada Afrika, Asia, Amerika, Australia, Oceania. Mereka tertarik kepada “keanehan-keanehan” tertentu dari sistem kebudayaan suku-suku yang mereka temukan yang berbeda dengan yang mereka miliki. Sehubungan dengan itu mereka tulis apa yang mereka lihat dan alami dalam bentuk-bentuk laporan. Hasil-hasilnya tidak saja berupa tulisan-tulisan, tetapi juga disertai gambar-gambar (sketsa-sketsa), bahkan kemudian berupa foto-foto dan film-film dokumentasi.

Di Indonesia tulisan-tulisan etnografi itu dibuat oleh para musafir, pendeta penyiar agama Kristen, sarjana-sarjana bahasa-bahasa Indonesia (Nusantara), penyelidik alam, pegawai pemerintah jajahan. Beberapa contoh seperti C. Snouck Hurgronje tentang Aceh, A.C. Kruyt tentang Toraja.

Ilmu-Ilmu Sosial

Dalam perkembangan ilmu sejarah, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, antropologi, politikologi, ekonomi, dan lain sebagainya menjadi ilmu-ilmu bantu sejarah. Konsep-konsep dari ilmi-ilmu social ini membantu atau menjadi alat untuk kajian sejarah yang analistis-kritis serta ilmiah.

Sejarah dan ilmu-ilmu sosial memiliki hubungan timbal balik. Sejarah diuntungkan oleh ilmu-ilmu sosial, dan sebaliknya. Dalam sejarah baru (New history), yang memang lahir berkat ilmu-ilmu sosial, penjelasan sejarah didasarkan atas ilmu-ilmu sosial. Belajar sejarah tidak dapat dilepaskan dari belajar ilmu-ilmu sosial, meskipun sejarah punya cara sendiri menghadapi objeknya. Sejarah itu diakronis, manjang daalam waktu sedangkan ilmu-ilmu sosial melebar dalam ruang. Sejarah menekankan proses sementara ilmu-ilmu sosial menekankan struktur.

Komputer dan/atau Internet

Filsafat sejarah, teori sejarah dan sejumlah besar tema-tema historiografi dengan masing-masing jurnalnya yang bisa kita baca atau peroleh melalui internet. Cakrawala sejarahwan amat terbuka dengan keberadaan bahan-bahan yang meskipun umum tetapi amat berguna bagi analisis-analisis interdisiplin dan/atau multidisiplin sejarawan. Dengan demikian, komputer dan/atau internet pun juga merupakan ilmu-ilmu bantu sejarah.

Daftar Bacaan

  • Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
  • Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca