Kemaritiman Kerajaan Tarumanegara – Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan yang terletak di sebelah barat Pulau Jawa yang diperkirakan mulai eksis sekitar abad ke-4 sampai dengan abad ke-7. Keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui berdasarkan sumber-sumber berupa prasasti yang diterbitkan oleh Kerajaan Tarumanegara sendiri maupun sumber-sumber yang berasal dari asing.
Bukti Kemaritiman Kerajaan Tarumanegara
Bukti kemaritiman Kerajaan Tarumanegara dapat ditinjau dari beberapa faktor antara lain;
Letak Geografis
Posisi Kerajaan Tarumanegara yang berada pada jalur persimpangan perdagangan internasional antara Pulau Sumatra dan wilayah timur Indonesia menyebabkan Kerajaan Tarumanegara tentu saja terlibat aktif dalam aktivitas kemaritiman dan perdagangan internasional yang mulai ramai sejak permulaan abad Masehi. Di bawah ini akan dijelaskan tentang kemaritiman Kerajaan Tarumanegara.
Letak geografis Kerajaan Tarumanegara yang terletak di barat Pulau Jawa dan menjadi penghubung antara perdagangan di Selat Malaka dengan Kepulauan Maluku yang terletak di wilayah Indonesia Timur. Kerajaan Tarumanegara dinilai memiliki letak yang strategis dan menguntungkan, sebab Kerajaan Tarumanegara disinggahi oleh orang-orang yang berasal dari negeri asing, termasuk dari Cina.
Catatan Asing
Pada abad ke-5 tepatnya pada tahun 414 seorang pengelana dari Cina, Fa Hien mengunjungi Tarumanegara. Berdasarkan hal itulah dapat diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara memiliki ketertarikan baik dari letaknya maupun dari komoditas yang dihasilkan. Selain itu, Kerajaan Tarumanegara juga mengirimkan utusan-utusannya ke Cina sebanyak tiga kali pada abad ke-7 yang menunjukkan Kerajaan Tarumanegara telah menjalin hubungan dengan daerah-daerah luar, terutama dengan negeri Cina.

Keterangan Prasasti
Berdasarkan prasasti-prasasti yang dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara, tepatnya yang dikeluarkan oleh Raja Purnawarman menunjukkan bahwa Kerajaan Tarumanegara memiliki interaksi dengan orang-orang yang berasal dari India. Hal ini terutama ditunjukkan pada prasasti Ciaruteun yang dalam bentuknya prasasti ini memiliki hubungan dengan prasasti raja Mahendrawarman I dari Kerajaan Palla yang didapatkan di Dalavanur.
Prasasti Kebon Kopi juga menegaskan bahwa adanya proses Indianisasi terutama Hinduisasi terhadap Kerajaan Tarumanegara di mana diterangkan bahwa telapak kaki gajah yang terdapat dalam prasasti Kebon Kopi disamakan dengan telapak kaki gajah airawata, hewan tunggangan Dewa Indra, dewa perang dalam kepercayaan Hindu. Telapak kaki gajah di prasasti Kebon Kopi ini disebutkan milik telapak kaki gajah tunggangan Raja Purnawarman.
Prasasti Tugu yang dikeluarkan oleh Raja Purnawarman juga menunjukkan bahwa Raja Purnawarman melakukan suatu usaha untuk menghubungkan Kerajaan Tarumanegara dengan aktivitas perdagangan internasional. Sungai Chandrabhaga yang digali atas perintah Raja Purnawarman menghubungkan istana kerajaan dengan laut lepas yang tentu dengan hal ini kapal-kapal (mungkin berskala kecil) dapat singgah hingga dekat dengan istana kerajaan.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.