Kerajaan Babilonia Baru

Kerajaan Babilonia Baru adalah kerajaan yang menempati daerah lembah Sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Peradaban mereka yang maju adalah warisan dari kerajaan-kerajaan pendahulunya seperti Sumeria, Kerajaan Akkadia, Kerajaan Babilonia Lama juga Assyria. Beberapa pencapaian sukses pun dapat diraih oleh kerajaan dari dinasti Babilonia Baru ini. Di mana Kerajaan Babilonia Baru hampir menguasai seluruh daratan Mesopotamia, Syam hingga Yerussalem. Hal ini tidak mengherankan mengingat Kerajaan Babilonia Baru atau Neo-Babilonian Empire adalah sebuah dinasti dengan armada perang yang begitu besar dan ditakuti pada masanya.

Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Babilonia Baru

Setelah jatuhnya Kerajaan Assyria di Mesopotamia, maka kekuatan politik baru yang menggantikannya adalah lahirnya kembali Kerajaan Babilonia. Seorang nabi Yahudi membuat orang berkata kepada Tuhan; 

“Aku membangkitkan orang Khaldea, bangsa yang pahit dan tergesa-gesa yang akan berbaris melalui luasnya tanah untuk merebut tempat-tempat hunian yang bukan milik mereka. Kuda-kuda mereka lebih cepat daripada macan tutul. Para penunggang kuda mereka menyebar; mereka akan terbang seperti elang yang bergegas untuk makan”. 

Mereka adalah para ksatria, jago perang dan berhasil memenangkan setiap pertempuran. Kerajaan Babilonia berhasil menundukkan Susiana, Mesopotamia, Suriah, dan Yordania. Akan tetapi, Kerajaan Babilonia Baru berusia pendek, didirikan pada tahun 625 SM, Kerajaan Babilonia Baru digulingkan oleh bangsa Persia pada 538 SM.

Kemunduran yang terjadi di Kerajaan Assyria nampaknya dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin bagi Kerajaan Babilonia untuk mengembalikan kejayaan mereka sebelumnya. Pada awal pemerintahan raja Kerajaan Assyria, Sinsharishkun, Kerajaan Babilonia menggunakan instabilitas politik yang sedang terjadi di Kerajaan Assyria yang disebabkan oleh perang saudara antara Sinsharishkun dan Sin Shumulishir (Sin-shumu-lishir).

Pada tahun 626 SM Nabopolassar menyerang dan berhasil menguasai Babilonia dan Nippur. Menanggapi hal ini, Sinsharishkun gagal menghadang serangan-serangan yang dilakukan oleh Nabopolassar. Meskipun tentara Kerajaan Assyria berhasil mengepung Nabopolassar di Uruk, namun pengepungan itu berhasil dikalahkan oleh Nabopolassar.

Pada bulan November 626 SM, Nabopolassar secara resmi dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Babilonia, Nabopolassar kemudian berhasil memulihkan Kerajaan Babilonia sebagai kerajaan yang merdeka di mana sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Assyria. Pemulihan kekuasaan Kerajaan Babilonia oleh Nabopolassar ini kemudian yang disebut dengan Kerajaan Babilonia Baru. Setelah menyatakan diri sebagai raja di Kerajaan Babilonia, Sinsharishkun kembali menyerang Kerajaan Babilonia pada 623 SM dan hampir berhasil memenangkan pertempuran. Namun, lagi-lagi oleh karena adanya instabilitas internal yang terjadi di Ashur dan dapat mengancam posisi Sinsharishkun sebagai raja, maka ia memutuskan untuk kembali ke Ashur dan Kerajaan Babilonia selamat dari kehancuran.

Memanfaatkan situasi kacau di Kerajaan Assyria, Nabopolassar menyerang Uruk dan Nippur serta berhasil mengkonsolidasikan kekuatannya di selatan Mesopotamia. Sinsharishkun berupaya untuk menghentikan agresi Nabopolassar dengan meminta bantuan kepada Mesir, namun hal itu tetap gagal dan secara bertahap Kerajaan Assyria mulai mengalami keruntuhannya.

Keruntuhan Kerajaan Assyria ditambah dengan serangan yang dilakukan oleh Raja Cyaxares dari Media dan mulai memasuki wilayah Kerajaan Assyria pada Oktober-November 615 SM dan berhasil merebut Kota Arrapha. Pada bulan Juli-Agustus 614 SM, Media mulai menyerang Kota Kalhu dan Niniwe. Setelah berhasil merebut kedua kota itu, Media kemudian melakukan pengepungan terhadap kota-kota Kerajaan Assyria dan berhasil menjarah kota-kota itu. Tidak lama berselang di saat melakukan penjarahan, Nabopolassar tiba dan bersekutu dengan Cyaxares melalui kesepakatan Pakta Anti-Assyria. 

Persekutuan antara keduanya pada bulan Juli-Agustus 612 SM mulai mengepung Kota Ashur dan berhasil membunuh Sinsharishkun, Raja Kerajaan Assyria. Pengganti Sinsharishkun, Ashur-Uballit II berhasil dikalahkan pada 609 SM di Harran. Sekutu Kerajaan Assyria, Mesir tetap melakukan peperangan terhadap Kerajaan Babilonia hingga pada akhirnya berhasil dikalahkan oleh putra Nabopolassar, yaitu Nebukadnezar pada pertempuran di Karkemis pada 605 SM.

Sistem Pemerintahan

Sistem pemerintahan Kerajaan Babilonia Baru ini adalah monarki absolut di mana seorang raja memerintah secara absolut dan ia dianggap utusan tuhan sehingga suaranya amatlah didengar oleh para rakyatnya. Berikut ini adalah  daftar raja-raja Kerajaan Babilonia Baru:

  1. Raja Nabopolassar (626-605 SM), Pendiri sekaligus Raja Pertama Kerajaan Babilonia Baru. Ia berasal dari suku Khaldim.
  2. Raja Nebukadnezzar (605-562 SM), Anak sekaligus putra mahkota dari Nabupolassar, dan pada masanya lah Kerajaan Babilonia Baru mencapai puncak Kejayaannya.
  3. Raja Amel Marduk (562-560 SM), Anak sekaligus penerus dari Nebukadnezar. Pemerintahannya amat singkat karena kudeta disebabkan kurangnya kualitas dirinya dalam memimpin.
  4. Raja Nergalsarazer (560-556 SM), Ia adalah orang yang mengkudeta Amel Marduk, sekaligus menjadi kakak ipar dari Raja Amel Marduk.
  5. Raja Labashi Marduk (556 SM), Anak dari Raja Nergalsarazer, saat naik tahta ia masih anak-anak dan hanya memegang tampuk kekuasaan selama Sembilan bulan. 
  6. Raja Nabonidus (556-549 SM), Ia adalah raja yang tidak memiliki darah biru(hubungan darah terhadap Raja) ia adalah orang berpengalaman di bidang militer dan Pejabat Istana. Memiliki sedikit konflik dengan Kepercayaan Marduk.
  7. Raja Belthazar (549-539 SM), Anak dari Nabonidus dan penerus sekaligus raja terakhir dari Kerajaan Babilonia Baru. Kerajaannya diserang oleh Cyrus Agung.

Awal Kebangkitan Dan Kejayaan Babilonia Baru

Bangkitnya Kerajaan Babilonia Baru disebabkan Konflik yang terjadi di Kerajaan Assyria yaitu perang saudara di tiga daerah berbeda terutama di kota Nineveh mengakibatkan sang Raja Kerajaan Babilonia Baru Nabopolassar mencoba untuk menaklukkan Kerajaan Assyria dan merebut wilayah-wilayahnya. Kejayaan Kerajaan Babilonia Baru adalah pada masa pemerintahan Nebukadnezzar. Pencapaian pertama Nebukadnezzar amatlah gemilang karena ia berhasil menghancurkan Kerajaan Assyria dan mengurung Mesir di sarangnya hingga beberapa dekade ke depan.

Masa pemerintahan Nebukadnezzar ini adalah awal kegemilangan dan mungkin bisa dibilang akhir pula dari kegemilangan Kerajaan Babilonia ini. Nebukadnezzar adalah raja yang memang sangat menonjol dalam setiap peperangan. Pada masa pemerintahannya ia mengirimkan pasukannya ke daerah  Mesopotamia Barat seperti Palestina, Siria dan kota niaga yang amat kaya di Fenesia yang hilang dari peta akibat malapetaka hancurnya Assiria. Dan perlu dicatat bahwa ia menggunakan kekejaman yang sama dalam penaklukkan kota-kota lainnya. Selama pemerintahannya Nebukadnezzar menempuh jalan perang dan penaklukkan kota-kota yang subur dan kaya.

Nebukadnezzar mengukuhkan kekuasaannya di daerah bulan sabit subur dengan kekayaan dan kekuatan yang amat besar dan ditakuti. Kerajaan Medes pun semakin mengukuhkan perdamaian dengan Kerajaan Babilonia Baru. Nebukadnezzar adalah raja yang terkenal dengan pasukan perangnya. Ia berperang dengan pasukan Mesir yang dipimpin Raja Necho II dan membawa pulang barang-barang berharga juga budak-budak yang sangat banyak. 

Bukan hanya itu, Nebukadnezzar juga amat terkenal karena ia membangun kanal untuk menyebarkan air ke seluruh kota juga sumur yang digali ke dalam untuk menahan air banjir sehingga air tidak terbuang sia-sia. Sehingga seluruh kota menjadi subur dan menambah penghasilan sekaligus memperbaiki ekonomi kerajaan.

Penaklukan-Penaklukan Yang dilakukan Pada Masa Pemerintahan Nebukadnezzar

Selama beberapa tahun Nebukadnezzar berkuasa di Kerajaan Babilonia Baru tidak memiliki musuh yang sangat berbahaya. Necho II sang pharaoh terkurung di Mesir setelah kekalahannya di Karkemish pada 605 SM, Kerajaan Assyria telah hancur lebur tak bersisa bersama rajanya yang terakhir Ashur-uballit II. Bangsa Lydia dari Asia kecil bahkan terlalu kecil untuk menjadi sebuah ancaman. Bangsa Schtyia yang suka berperang dan berpindah-pindah pada periode ini amat berantakkan. Sedangkan bangsa Yunani teralihkan perhatiannya oleh konflik internal mereka sendiri. 

Mungkin pada saat itu ancaman paling berbahaya hanyalah Kerajaan Medes atau Medea (Media), yang dapat mengorganisir pasukan Persia seperti pasukan mereka sendiri. Namun, Raja Media, Cyarxes merupakan ayah mertua dari Raja Nebukadnezzar sendiri dan putrinya sekarang tinggal di istana Kerajaan Babilonia, sehingga sangatlah kecil kemungkinan Kerajaan Medes akan bersitegang dengan Kerajaan Babilonia.

Baca Juga  Purnawarman (395-434): Raja Terbesar Kerajaan Tarumanegara

Penaklukkan awal Nebukadnezzar dimulai dari daerah Semit Barat. Di mana ekspedisi ini dimulai dari sebuah garnisun di luar tembok Yerussalem, di mana Yoyakim penguasa Yerussalem menjadi sekutu Kerajaan Babilonia yang artinya sekarang Yerussalem telah menjadi bagian dari Kerajaan Babilonia Baru dibawah kekuasaan Raja Nebukadnezzar dan membayar upeti. Ekspedisi ini kemudian dilanjutkan dengan melakukan penaklukkan terhadap Syria dan daerah sekitarnya. 

Pada tahun 602 SM penguasa Mesir, Necho II dan Nebukadnezzar kembali  berkonfrontasi. Di mana hasil dari peperangan ini adalah imbang antara kedua belah pihak. Peperangan antara keduanya tersebut masih dilanjutkan hingga pada tahun 601 SM yang menyebabkan kedua pasukan mengalami kerugian besar di mana hal ini telah memaksa pasukan Kerajaan Babilonia pulang ke kota asalnya.

Di dalam peperangan ini perlu digarisbawahi bahwa bukan hanya Nebukadnezzar yang mengalami kerugianan besar. Necho II menghabiskan hampir seluruh tentara Mesir hanya untuk  menghalau serangan yang dilakukan oleh Kerajaan Babilonia. Setelah peperangan itu tahun-tahun selanjutnya Necho II tidak meninggalkan negerinya lagi karena hampir seluruh wilayah kekuasaanya di daratan Mesopotamia telah direbut oleh Kerajaan Babilonia di bawah pimpinan Nebukadnezzar.

Kerajaan Babilonia Baru telah berhasil menguasai Yerussalem dan Kuil Solomon yang saat itu tegak berdiri dijarah termasuk emas dan kekayaan yang ada di dalamnya. Nebukadnezzar bukan hanya peduli soal militer dan wilayah kekuasaan. Ia juga peduli terhadap hal selain kekuasaan. Ia mulai melakukan apa yang dilakukan Raja Mesopotamia kuno dua ribu tahun yang lalu. Di daerah barat penambahan kuil dilakukan setelah restorasi kuil milik Kerajaan Babilonia itu sendiri. 

Kerajaan Babilonia adalah rumah bagi Dewa Marduk dan Nebukadnezzar tercatat adalah penyembah Dewa Marduk yang sangat taat. Kesalehannya dalam penyembahan masih dapat terlihat dalam setiap kisah purba tentang proyeknya. Ia seringkali menghiasi kuil Marduk dengan berbagai perhiasaan, ia membangun jalan untuk upacara bagi festival Marduk. Jalan selebar tujuh puluh kaki dari tengah kompleks kuil hingga gerbang Ishtar tempat dimana festival berlangsung. Sehingga menurut Nebukadnezzar sang dewa dapat berjalan pada perayaan tahun baru.

Nebukadnezzar juga membangun untuk dirinya sendiri tiga istana yang disepuh dari emas dan perak di mana di dalam salah satu istananya terdapat sebuah taman. Namun, sisa-sisa taman ini sekarang sudah tidak dapat diidentifikasikan dengan baik karena telah menjadi puing-puing di tepi sungai Eufrat. Namun, kemashyurannya masih tetap ada dalam kisah-kisah yang ditulis oleh berbagai penulis dari zaman sesudahnya.

Pada zamannya taman tersebut amatlah indah, dikisahkan oleh Diodorus dari Sichlus, sang raja memiliki selir yang amat ia cintai . dan demi perempuannya ini ia menyiapkan taman yang amat megah ini. Selir ini berasal dari Persia, ia memohon untuk dapat berdiri dan dapat memandang daerah-daerah sekitarnya. Begitulah ia memohon kepada rajanya untuk dibuatkan rumah peristirahatan. 

Jalan masuk taman tersebut adalah sebuah bukit, degan gedung demi gedung dibangun dengan ketinggian yang amat menakjubkan hingga orang-orang dapat melihatnya bahkan dari tempat yang sangat jauh sekalipun. Ada kubah-kubah yang menjadi fondasi dari bangunan ini dan semakin tinggi bangunan maka semakin besarlah kubahnya. Pada kubah bagian atas, kubah-kubah ini dibagunlah fondasi. Dan di dalam taman ini berbagai tanaman aneh dan indah menghiasinya. Putri dari Persia ini adalah putri Raja Cyraxes dari Kerajaan Medes. Taman ini dinamakan Taman Gantung Babilonia. 

Nebukadnezzar juga membangun dua lapis tembok Kota Babilonia, dibawah kekuasaannya Kota Babilonia amatlah megah, ia membangun sebuah tembok di sebelah timur untuk mencegah apa yang sudah dilakukan ayahnya dan juga ayah mertuanya pada kota Nineveh, yaitu membanjiri kota. Karena di sisi timur tersebut terdapat sebuah tembok, maka musuh tak dapat mengalihkan aliran sungai.

Namun Nebukadnezzar juga tanpa halangan dalam suksesinya. Pada 595 SM dia dipaksa fokus untuk memadamkan pemberontakkan yang terjadi di Ibukota yang amatlah luas itu. Perlu dua bulan bahkan bagi raja yang memiliki gelar agung tersebut. Dicurigai bahwa pemberontakkan dipicu oleh kaum militer yang lelah dengan perang yang tidak pernah usai.

Sementara itu, di Mesir, raja Necho II telah meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Psammetichus II dan sekarang mewarisi sebuah komplek militer yang kuat termasuk dengan angatan laut hasil bentukan ayahnya yang visioner. Namun raja baru ini menggunakannya bukan untuk berdagang sebagaimana yang ayahnya inginkan. Ia menggunakanya untuk melakukan penaklukkan ke daerah Nubia atau Mesir bawah yang sudah lama lepas dari kendali Pharaoh.

Melihat kebangkitan kembali kerajaan Mesir, Zedekia penguasa Yerussalem meminta Psammetichus II untuk menyerang Nebukadnezzar. Pharaoh Mesir tersebut setuju dan mengirim dua battalion pasukan yang terdiri dari pasukan Mesir dan Yunani melalui Delta. Pasukan Kerajaan Babilonia yang cepat tanggap dalam menghadapi sebuah kasus langsung mendatangi tembok-tembok Yerussalem karena upeti yang seharusnya mereka bayarkan terlambat untuk dikirimkan. Lalu pasukan Kerajaan Babilonia menarik diri untuk menghadapi ancaman ini.

Pasukan Nebukadnezzar kemudian berperang dengan Mesir dibawah pimpinan Psammetichus II dan hasil dari peperangan ini adalah pasukan Mesir kalah dan pulang kembali ke wilayah mereka. Tak lama berselang, terdengar kabar bahwa Pharaoh Mesir meninggal dan digantikan anaknya Apries. Zedekia tidak putus asa dan tetap mengirim utusan untuk mengalahkan raja Nebukadnezzar. Sayangnya suaranya tak didengar. Pharaoh Mesir belajar dari kesalahan ayahnya dan tidak ingin menentang raja Kerajaan Babilonia ini.

Nebukadnezzar yang geram akhirnya datang dan menyebu Zedekia dan tentaranya. Penyerbuan pada kota-kota kecil hingga Yerussalem sendiri berlangsung selama dua tahun. Penyerbuan ini mengakibatkan kelaparan dan wabah penyakit. Saat tembok kota diterobos, Zedekia tetap berusaha melarikan diri walaupun akhirnya berhasil ditangkap. Zedekia mendapat hukuman yang amat berat sebagai pelanggarannya kali ini, matanya dibuat buta setelah melihat anak-anaknya dibunuh di depan matanya. Zedekia diasingkan ke Kota Babilonia sedangkan para bawahan serta tentaranya dijatuhi hukuman mati.

Nebukadnezzar memerintahkan tentaranya untuk membakar kota Yerussalem dan meruntuhkan tembok-tembok kotanya. Dan seluruh kota nya dibakar hingga tak tersisa bahkan kuil Solomon yang disucikan. Orang Yahudi dimukimkan kembali ke Babilonia ada juga yang melarikan diri ke Mesir. Inilah awal dari terdiasporanya bansa Yahudi yang berlangsung selama dua millennium.

Sementara itu, di sisi lain di Kerajaan Media, pemerintahan Raja Cyarxes sedang menghadapi Lydia. Konflik di perbatasan Lydia berlangsung selama lima tahun. Hingga akhirnya Nebukadnezzar mengirim pemimpin sebuah angkatan perang bernama Nabonidus untk membantu mengurus gencatan senjata kedua belah pihak. Dan sepertinya berhasil dengan dinikahkannya putra mahkota Raja Medes yaitu Astyages dengan putri dari Lydia yaitu Aryenis.

Diakhir masa pemerintahannya Nebukadnezzar mengalami sakit, bahkan beberapa kali ia mengalami mimpi buruk akan jatuhnya kekuasaanya higga menyebabkan sakitnya bertambah parah. Dan dapat diakatakan bahwa masa keemasan Kerajaan Babilonia Baru adalah masa pemerintahan Raja Nebukadnezzar. Kebesaran yang dicapai oleh Nebukadnezzar dapat disetarakan dengan Hammurabi, Raja Kerajaan Babilonia Lama yang termasyhur. Kematian Nebukadnezzar dapat dikatakan sebagai awal kehancuran Kerajaan Babilonia Baru. Karena setelah pemerintahannya banyak terjadi masalah terkait hubungan raja dengan birokrasi ataupun raja dengan rakyatnya sendiri.

Baca Juga  Revolusi Rusia 1917

Kebudayaan Kerajaan Babilonia Baru

Agama Dan Kepercayaan

Agama bangsa khaldea (Babilonia) hampir sama dengan bangsa sebelumnya yang menempati wilayah Mesopotamia yaitu bangsa Assriya. Bangsa babylonia dalam syitem kepercayaannya menyembah banyak dewa-dewa, yaitu dewa matahari, dewa bulan, dewa lima pelanet, karena dalam suasana yang terang di khaldea bintang-bintang bersinar dengan terang benderang, mereka bersinar seperti dewa. Untuk itu orang khaldea membangun kuil, observatorium untuk pemujaan kepada dewa-dewa yang menyerupai bintang-bintang diangkasa.

Para pendeta percaya bahwa bintang-bintang ini sebagai dewa-dewa yang kuat, memberikan pengaruh pada kehidupan manusia. Setiap orang lahir kedunia dibawah pengaruh planet dan momen ini menentukan nasibnya, orang dapat meramalkan keberuntungan seoserang jika bintang dimana orang itu dilahirkan Apa yang terjadi dilangit merupakan indikasi dari apa yang akan terjadi dibumi, komet misalnya, mengabarkan revolusi. Dengan mengamati langit para pendeta khaldea (Babilonia) percaya bahwa mereka bisa memprediksi asal-usul kejadian.

Bangsa khaldea juga mempunyai mantra ajaib, mantra ini diucapkan untuk mengusir roh-roh jahat (buylshu mishtkaru) atau mendatangkan mereka. Kebiasaan ini yang merupakan peninggalan agama turanian adalah asal-usul dulu sihir tersebar diseluruh kekasiaran romawi dan kemudian seluruh eropa. 

Biasanya dalam acara ini seorang imam akan menyembelih hewan, yang biasanya seekor sapi, sebagai sebuah persembahan agar para dewa senang. Sebagai gantinya para dewa mungkin akan memberikan izin kepada orang-orang untuk mendapatkan jimat untuk masing- masing orang yang dipercaya akan melindungi mereka selama mereka hidup. Bangsa Babilonia menjalankan ritual-ritual keagamaan serupa dengan bangsa Sumeria yaitu melakukan penyembahan terhadap banyak dewa (politeisme).

Selanjutnya  berdirilah  bangunan  agama terpenting bangsa Babilonia yang bernama E-Sagila. Dalam bahasa Sumeria yang berarti ‘rumah dengan sebuah kepala tinggi’, kediaman di bumi dewa marduk, pendiri babylonia dan pelindungnya juga sebagai pangeran dari segala dewa. E-Sagila adalah nama yang digunakan pada tempat suci  Enki di Eridu dan terpisah oleh lapangan selebar 75 meter, bangunan yang paling terkenal Etemenanki, rumah yang merupakan landasan pasak surga dan bumi, Ziggurat besar setinggi 90 meter yang terketak di Kota Babilonia. 

Kemudian masyarakat Kerajaan Babilonia mengenal banyak dewa, tapi yang pertama mereka puja ialah Dewa Marduk. Sehingga mereka banyak mendirikan kuil-kuil di dalam istana maupun di luar istana yang bisa disebut juga dengan Ziggurat. Tetapi masyarakat Kerajaan Babilonia sendiri lebih percaya dengan bintang-bintang daripada Tuhan, karena apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka, mereka lebih percaya ramalan bintang daripada kehendak Tuhan.

Adapun perpustakaan di Kota Babilonia tampaknya bukan hanya merupakan proyek kemewahan bagi raja yang mampu baca-tulis dan sangat terpelajar ini. Ia menulis kepada penguasa daerah di kekaisarannya, memerintahkan untuk mengirimkan kepadanya di Nineveh, naskah apapun yang ada ditempat mereka. 

Kehidupan Politik

Kerajaan Babilonia Baru setelah berhasil menguasai Mesopotamia, kerajaan yang pertama dipimpin oleh raja Nabopolassar kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Raja Nebukadnezzar. Selama masa pemerintahan Raja Nebukadnezzar dan diyakini pula pada masa sebelum dan sesudah pemerintahannya. Kerajaan Babilonia menggunakan sistem monarki absolut di mana di bawah raja di tingkat pusat juga terdapat raja yang memerintah di wilayah bawahan di negara-kota (polis). 

Negara-kota di Kerajaan Babilonia memperoleh hak otonomi dan hak istimewa dari raja. Pusat kota adalah kuil besar yang didirikan di dalam kota di mana setiap kota memiliki pengadilan sendiri, dan kasus hukum seringkali diputuskan dalam majelis kota. Status sosial dan hak politik seseorang ditentukan berdasarkan pada posisi mereka terkait dengan hierarki keagamaan. 

Kehidupan Ekonomi

Pada periode Kerajaan Babilonia baru, banyak tanah yang dibuka untuk diolah oleh penduduk Kerajaan Babilonia Baru. Kedamaian dan kekuasaan yang dimiliki oleh Kerajaan Babilonia Baru membuat tersedianya sumber daya untuk memperluas irigasi dan membangun sistem kanal. Daerah perdesaan Babilonia didominasi oleh perkebunan-perkebunan besar, yang diberikan kepada pejabat pemerintah sebagai bentuk pembayaran. Perkebunan-perkebunan ini biasa dikelola melalui penguasa lokal, yang mengambil sebagian keuntungan. Penduduk desa ikut serta dalam perkebunan tersebut dengan menjadi buruh perkebunan dan penyewa tanah.

Mata pencaharian dan sistem ekonomi yang banyak digunakan oleh masyarakat Kerajaan Babilonia Baru adalah perniagaan atau perdagangan. Barang yang mereka perdagangkan berupa logam, perunggu ataupun timah putih dan hitam, mereka juga terjun dalam perdagangan gandum, sutra, kayumanis, dan yang lainnya. Kota Babilonia sendiri juga terkenal dengan kota yang memiliki sistem pengairan yang bagus. Didukung oleh pengairan yang bagus maka, sistem pertanian banyak dilakukan oleh masyarakat Babilonia. Masyarakat Kerajaan Babilonia juga mengenal perternakan, terbukti bahwa mereka banyak mempergunakan binatang sebagai alat transportasi. Binatang yang dijadikan hewan peliharaan yaitu domba, kuda, dan yang lainnya.

Bangsa Babilonia telah banyak melahirkan pakar dan tenaga ahli dalam bidang pertanian. Mereka menggali sejumlah sungai untuk keperluan pengairan pertanian di musim kemarau. Selain itu, mereka juga membuat bendungan untuk melindungi pertanian mereka dari ancaman banjir di musim hujan. Dalam bidang industri dan perdagangan, bangsa ini telah mencapai kemajuan. Para pedagang ini menciptakan sistem timbangan dan takaran. Lebih kurang selama dua ribu tahun, negeri Babilonia menjadi pusat perdagangan dan perniagaan wilayah lembah sungai Tigris-Eufrat. 

Kemudian bangunan Zigurat selain tempat untuk pemujaan dewa orang juga digunakan sebagai tempat perdagangan atau ekonomi karena seluruh hasil panen yang dihasilkan oleh orang mesir di kumpulkan di dalam kuil. Dan ketika tiba musim pancaroba, maka kuil tersebut akan dibuka dan hasil panen yang telah dikumpulkan akan dibagikan kepada para penduduk, ini merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kehidupan.

Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh penduduk Kerajaan Babilonia Baru adalah bahasa dan tulisan Aram selain itu juga terdapat penggunaan bahasa Sumeria, bahasa Akkadia dan bahasa Assyria. Sedangkan tulisan cuneiform digunakan oleh kalangan terpelajar Kerajaan Babilonia.

Seni Arsitektur

Bangsa Babilonia membangun bangunan dengan menggunakan bata mentah yang dijemur dan menghiasi eksterior dinding bangunan dengan batu. Pada zaman Nebukadnezzar, ia membangun Gerbang Ishtar yang amat megah. Di bawah ini adalah beberapa seni arsitektur yang dibangun oleh Kerajaan Babilonia Baru; 

Istana

Orang-orang Babilonia membangun istana-istana mereka diatas gundukan buatan, menjadikan istana-istana ini rendah dan datar seperti teras besar. Batu bata mentah tidak disesuaikan dengan lengkungan yang luas dan tinggi sehingga istana akan menyerupai sebuah galeri.

Seni Pahat

Patung-patung yang dibuat di Kerajaan Babilonia Baru sebagian besar berkaitan dengan peperangan. Selain itu, relief-relief yang dipahatkan di dinding-dinding bangunan juga menggambarkan adegan-adegan peperangan, pengepungan kota, upacara-upacara ritual keagamaan, pesta, istana raja, dan beragam relief binatang.

Teknologi

Raja Nebukadnezzar menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjadikan Babel sebagai ibu kota terindah di dunia. Ia membangun dinding besar di sekeliling kota, dan menamakan gerbang utama menurut nama dewi Ishtar. Ia juga membangun taman gantung, yaitu taman yang berada di atas kota. Ia membangun jembatan besar di atas suang Eufrat, dan Ziggurat raksasa yang dinamai kuil Marduk atau Baal (menara Babel). Nebukadnezar juga membangun berbagai kota lain dengan tembok-tembok yang tebal dan berlapis.

Baca Juga  Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara: Daftar Lengkap

Sebagai upaya untuk melindungi pertanian dan menyuburkan tanah agar produksi maksimal, Nebukadnezzar membangun irigasi yang mampu menjawab persoalan produksi pangan. Hampir semua kota-kota yang ada di wilayah Kerajaan Babilonia memiliki sistem irigasi yang berfungsi ganda; mengairi lahan ketika musim kemarau, dan melindungi warga ketika musim hujan datang. Mereka juga membangun tanggul-tanggul untuk mengantisipasi banjir yang sewaktu-waktu tiba apabila debit air tidak tertampung lagi di saluran-saluran irigasi itu.

Taman Gantung yang dibangun di salah satu istana milik Nebukadnezzar adalah yang paling indah di masanya. Selain memiliki nilai estetika, Taman Gantung juga terdapat saluran irigasi yang berfungsi dan mampu menopang aktivitas pertanian yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat Kerajaan Babilonia. Selain Taman Gantung, Nebukadnezzar juga mendirikan Menara Babel yang hendak dijadikan sebagai prototipe dari tujuh planet yang diyakini oleh masyarakat Kerajaan Babilonia dan di cat berdasarkan karakter dari masing-masing planet itu, Saturnus (hitam), Venus (putih), Jupiter (ungu), Mercurius( biru), Mars (merah terang), Bulan (perak) dan Matahari (emas). 

Kehancuran Kerajaan Babilonia Baru

Nebukadnezzar memerintah selama empat puluh tiga tahun dan digantikan oleh Amel Marduk atau Ewil-Marodakh menjadi pewaris yang jelas dari Kerajaan Babilonia Baru. Namun beberapa literatur menyebutkan Nebukadnezzar memerintahkan Amel Marduk untuk dipenjara karena pengkhianatan. Lalu setelah kematian sang ayah ia dibebaskan dan menjadi pemegang tahta sah dari Kerajaan. Ia lalu membongkar tubuh ayahnya untuk dimakan burung nasar.

kerajaan babilonia baru
Peta Kerajaan Babilonia Baru di bawah kepemimpinan Nabonidus

Amel Marduk memerintah dengan tidak teratur dan tidak taat terhadap hukum yang menyebabkan saudaranya bernama Neriglissar melancarkan kudeta dan membunuhnya. Penggantinya ini memerintah selama empat tahun lalu dilanjutkan dengan putranya Labashi-Marduk yang masih seorang anak-anak. Namun, Labashi-Marduk dibunuh oleh persekongkolan setelah Sembilan bulan memerintah. Digantikan oleh Nabonidus, seorang panglima yang dahulu sempat membantu Kerajaan Medes dan Lydia berdamai. Di bawah kekuasaannya inilah Kerajaan Babilonia menuju kehancurannya.

Nabonidus tidak memiliki darah bangsawan walupun memiliki pengalaman sebagai tentara dan juga pejabat istana. Ia diperkirakan berasal dari kota Haran. Menjadi seorang raja adalah warisan kehormatan, walau ia tidak memiliki darah raja sekalipun seperti yang diakui oleh Nabonidus sendiri, dalam prasastinya sendiri yang amat terkenal ia berkata;

“aku adalah Nabonidus yang tidak memiliki Kehormatan menjadi seorang raja, Kerajaan tidak ada dalam diriku”.

Nabonidus

Tapi kedudukannya didukung oleh para perwira angkatan perang dan pejabat istana. Lagi Kerajaan Babilonia yang diserahkan kepadanya adalah Kerajaan Babilonia yang telah melemah karena konflik internal selama enam tahun sehingga ia tidak memiliki dana untuk melakukan ekspansi militer kearah selatan melawan Mesir. Kelihatan pada masa ini, Kerajaan Babilonia Baru seperti tidak memiliki musuh, Di sebelah timur Astyages masih seorang Raja Medes dan Persia juga sekutu yang amat setia. Di Barat Daya bangsa Lydia yang kini dipimpin oleh Croesus, penerus dari raja sebelumnya Alyattes. Ia memperluas kekaisarannya dan bersekutu dengan orang-orang Yunani sepanjang pantai.

Nabonidus mengajak gencatan senjata sekaligus mengadakan persekutuan resmi dengan Croesus yang berarti Kerajaan Babilonia dengan Lydia. Nabonidus juga mengadakan perjanjian damai dengan Mesir. Mungkin dalam waktu singkat itu, Nabonidus dan Kerajaan Babilonia akan aman dari musuh yang berbahaya.

Nabonidus adalah raja yang kurang memperhatikan kerajaannya pada waktu itu, ia sudah membuat putranya Beltazar menjadi wali bersamanya pada waktu itu. Ia menyerahkan kekuasaan pada anaknya dan pergi ke selatan menuju daratan Arabia, dimana ia memilih untuk tinggal jauh dari Kota Babilonia.

Hal ini bersangkutan dengan kasus yang sedang dihadapi raja Nabonidus dengan rakyatnya. Raja Nabonidus diceritakan tidak menyembah dewa Marduk, dewa yang amat dominan menguasai kepercayaan rakyat Kerajaan Babilonia Baru pada waktu itu. Sesembahan Nabonidus adalah Dewa Bulan atau Sin dan tidak menyembah Dewa Marduk, sehingga membuatnya kesulitan dalam mempertahankan tahta kerajaannya. Ia berurusan dengan pendeta Marduk yang amat berpengaruh sejak masa pemeritahan Nebukadnezzar dan menyulitkannya sehingga ia tak dapat menghuni kotanya sendiri.

Solusi yang diambil oleh Nabonidus adalah dengan menyerahkan seluruh kekuasaanya setelah memerintah selama hampir tujuh belas tahun kepada anaknya yaitu Belthazar dan pergi ke Arabia dan bermukim di suatu tempat bernama Tema. Kepergiannya bukanlah suatu yang harus disesali, karena sejatinya ia pergi ke kota perdagangan. Tema adalah sebuah kota yang dilewati emas dan perak juga barang berharga terus-menerus. 

Dari Tema, Nabonidus dapat mengendalikan perdagangan Bablilonia karena ia cukup berpengaruh di sana. Dan juga ia dapat beribadah tanpa gangguan berarti dari para penyembah Dewa Marduk. Belthazar pun masih muda dan merasa perlu arahan dari Nabonidus, sehingga Nabonidus dapat dikatakan mengendalikan pemerintahan pula secara tidak langsung.

Sementara internal Kerajaan Babilonia Baru sedang bermasalah, Cyrus Agung yang telah mendapat kerajaan dari sang kakek mulai menyerang Kerajaan Babilonia Timur melalui perang-perang kecil di perbatasan. Hal ini mulai menjadi serius sehingga memaksa Nabonidus harus kembali ke Babilonia untuk memberikan komando. Dengan Nabonidus sebagai pemimpin mereka, Pasukan Kerajaan Babilonia bersiap menghalau pergerakan Raja Cyrus yang telah merencanakan menggempur langsung Kota Babilonia. Kedua pasukan pun bentrok dan pasukan Kerajaan Babilonia kalah dan dipukul mundur menuju ke dalam kota. Sehingga Kerajaan Babilonia mempertahankan diri di dalam kota, mereka lebih percaya diri melakukan hal ini, karena mereka memiliki persediaan makanan yang cukup bahkan untuk dua puluh tahun ke depan.

Menghadapi hal ini Cyrus ingin memanfaatkan anak Sungai Tigris yang mengalir di tengah kota Babilonia, ketinggiannya mencapai empat sampai lima meter. Hal ini memudahkannya jika ingin membanjiri kota, namun pekerjaan Nebukadnezzarlah dengan membangun tanggul berlapis yang membuat hal itu mustahil terjadi. Cyrus tidak berputus asa, sehingga ia memiliki ide lain. Ia menggali parit di berbagai hulu sebelum memasuki kota Babilonia, sehingga dikala seluruh parit dibuka bersamaan, ia mengalihkan arus utama ke berbagai tempat, sehingga ketinggian air berkurang drastis. Dan pasukan dapat masuk melalui lumpur yang tersisa dari dasar sungai dan menyerang kota pada malam hari.

Pada penyerangan ini di tahun 539 SM, Belthazar terbunuh dalam pertempuran. Sedangkan ayahnya yang sedang berada di suatu bagian kota hanya menahannya tanpa dilukai. Cyrus yang juga penyembah Dewa Marduk mudah diterima oleh penduduk Kerajaan Babilonia dan dianggap sebagai pembebas Kerajaan Babilonia dalam memulihkan keagungan kunonya. Raja Cyrus juga menghormati bangsa Yahudi sehingga ia disanjung-sanjung oleh umat Yahudi pada waktu itu. Ia mengembalikan orang-orang Yahudi kembali ke Yerussalem dan mengembalikan harta jarahan kuil Solomon yang tersisa.

Direbutnya Kerajaan Babilonia oleh Cyrus menjadi akhir dari pemerintahan Belthazar raja terakhir dari Kerajaan Babilonia Baru. Apabila dirincikan, adapun faktor-faktor yang meyebabkan kehancuran Kerajaan Babilonia Baru sebagai berikut;

  1. Krisis kepemimpinan dari penerus Nebukadnezzar;
  2. Banyaknya konflik internal di dalam tubuh pemerintahan Kerajaan Babilonia Baru;
  3. Penguasa yang lemah dan tidak memiliki pengaruh yang kuat;
  4. Konflik keagamaan atau kepercayaan;
  5. Serangan Raja Cyrus terhadap Kerajaan Babilonia Baru.

Daftar Bacaan

  • Baker, Heather D. 2012. “The Neo-Babylonian Empire”. In Potts, D. T. (ed.). A Companion to the Archaeology of the Ancient Near East. Blackwell Publishing Ltd. pp. 914–930.
  • Beaulieu, Paul-Alain. 2018. A History of Babylon, 2200 BC – AD 75. Pondicherry: Wiley.
  • Black, Jeremy; Green, Anthony. 1992. Gods, Demons, and Symbols of Ancient Mesopotamia: An Illustrated Dictionary. University of Texas Press.
  • Bryce, Trevor. 2005. The Kingdom of the Hittites. Oxford University Press.
  • George, Andrew. 2007. “Babylonian and Assyrian: A history of Akkadian”. The Languages of Iraq: 31–71.
error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca