Keberadaan Kerajaan Pontianak yang bercorak Islam pertama kali melalui penemuan yang terdapat di daerah Sukadana dengan ditemukannya nisan-nisan kubur Islam dan ternyata nisan-nisan itu memiliki persamaan dengan nisan kubur dari Tralaya. Nisan-nisan kubur itu menunjukkan hubungan yang cukup erat dengan Malaka dan Jawa dengan keberadaan Islam yang terdapat di daerah kalimantan. Demikian pula Kotawaringin yang pada abad ke-16 dipengaruhi oleh kekuatan politik Kerajaan Banjar.
Didirikannya Kerajaan Pontianak
Berita tentang Islamisasi yang terjadi di Kalimantan Barat, terutama kelak menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Pontianak adalah mengenai pemberitaan yang terdapat pada tahun 1720 mengenai rombongan pendakwah yang berasal dari hadramaut yang di antaranya datang ke Kalimantan Barat untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an, ilmu fikih, dan ilmu hadist. Mereka di antaranya Syarif Idrus beserta muridnya pergi ke Mempawah, tetapi kemudian menelusuri sungai ke arah laut memasuki Kapuas Kecil sampailah ke suatu tempat yang menjadi cikal bakal kota Pontianak.Â
Syarif Idrus kemudian diangkat menjadi pemimpin utama masyarakat di tempat itu dengan gelar Syarif Idrus bin Abdurrahman al-Aydrus yang kemudian memindahkan kota dengan pembuatan benteng atau kubu dari kayu-kayu untuk pertahanan. Sejak saat itu Syarif al-Aydrus dikenal sebagai Raja Kubu dan daerah itu mengalami kemajuan di bidang perdagangan dan keagamaan, banyak datang para pedagang dari berbagai negeri.

Pemberitaan tentang pendakwah Hadramaut yang mengajarkan Islam dan datang ke Kalimantan Barat terutama ke Sukadanan adalah Habib Husein al-Gadri ia semula singgah di Aceh dan kemudian ke Jawa sampai di Semarang dan di tempat itulah ia bertemu dengan pedagang Arab namanya Syekh karena itulah Habib al-Gadri berlayar ke Sukadana.
Dengan kesaktian Habib Husein al-Gadri mendapat banyak simpati dari raja, Sultan Matan dan rakyatnya Habib Husein al-Gadri pindah dari Matan ke Mempawah untuk meneruskan syiar Islam, yang setelah wafat digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Sayid Abdurrahman Nurul Alam. Ia pergi dengan sejumlah rakyatnya ke tempat yang kemudian dinamakan Pontianak dan ditempat inilah mendirikan keraton dan masjid agung. Pemerintahan Syarif Abdurrahman Nur Alam (1773-1808) digantikan oleh Syarif Kasim (1808-1828) dan selanjutnya Kerajaan Pontianak di bawah pemerintahan sultan-sultan keluarga Habib Husein al-Gadri.
Daftar Bacaan
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam. Jakarta: Balai Pustaka
- M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi