Kertawarman naik takhta sebagai raja Kerajaan Tarumanegara untuk menggantikan ayahnya, Sri Maharaja Suryawarman Sang Mahapurusa Bimaparakrama Hariwangsa Digwijaya. Raja Kertawarman dinobatkan sebagai raja di Kerajaan Tarumanegara pada tahun 561 M dengan gelar Sri Maharaja Kretawarman Mahapurusa Hariwangsa Digwijaya Salakabumandala.
Masa Pemerintahan Kertawarman
Kondisi Kerajaan Tarumanegara di bawah Kertawarman sedang mengalami kemunduran,sebagaimana yang diawali dari berpindahnya pusat kekuasaan Kerajaan Tarumanegara dari Sundapura ke Cirebon pada masa pemerintahan Raja Suryawarman. Walaupun Kerajaan Tarumanegara sedang mengalami kemunduran, Kerajaan Tarumanegara tetap dapat menjalin hubungan dengan beberapa wilayah seperti Kemaharajaan Cina, Syangka, Yawana, Champa, Sopala. Gaudi (Benggala), Singanagara, Semenanjung dan Mohosin. Setelah dinobatkannya sebagai raja Kerajaan Tarumanegara, Kretawarman pun segera mengirimkan utusannya ke negeri-negeri tersebut memberikan kabar bahwa Kretawarman-lah yang kini memimpin Kerajaan Tarumanegara menggantikan ayahnya yang telah mangkat, Sri Maharaja Suryawarman.
Raja Kretawarman memiliki dua orang istri, permaisurinya berasal dari Calankayana, sedangkan selirnya yang bernama Satyawati berasal dari asal-usul yang tidak jelas, selirnya merupakan anak angkat dari seorang saudagar yang berasal dari Sumatera. Namun, sang selir menuntut dirinya untuk dijadikan permaisuri lantaran ia sedang mengandung keturunan raja. Sang Kretawarman yang amat menyayangi selirnya, kemudian menjadikan Satyawati sebagai permaisurinya.

Setelah mendapatkan posisi sebagai seorang permaisuri, Satyawati menyatakan bahwa sesungguhnya dirinya tidak mengandung. Menyadari hal itu, Raja Kretawarman tidak mencabut status Satyawati sebagai permaisuri. Sadar akan dirinya tidak dapat memiliki keturunan, Raja Kretawarman kemudian mengangkat seorang anak putera seorang pencari kayu bakar yang diberi nama Brajagiri.
Permasalahan ini pun kemudian terdengar dikalangan petinggi Kerajaan Tarumanegara yang mempermasalahkan Satyawati, seorang sudra yang menjadi seorang permaisuri. Namun, para petinggi Kerajaan Tarumanegara tidak dapat berbuat banyak, dan kedudukan Raja Kretawarman tidak tergoyahkan. Namun, sebagai konsekuensi dari pengangkatan Brajagiri sebagai puteranya, Brajagiri tidak dapat diangkat sebagai pewaris takhta Kerajaan Tarumanegara. Brajagiri hanya dapat diberi kedudukan sebagai senapati Kerajaan Tarumanegara.
Raja Kretawarman tutup usia pada tahun 628 M tanpa meninggalkan pewaris takhta. Takhta Kerajaan Tarumanegara kemudian diberikan kepada adiknya, yang bernama Sudawarman. Namun, Sudawarman sendiri tidak berada di Kerajaan Tarumanegara, Sudawarman sendiri telah memiliki keluarga dan tinggal di India.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Kapur, Kamlesh. 2010. History Of Ancient India (portraits Of A Nation). New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.