Konflik Sosial disebabkan oleh Keadaan masyarakat yang beraneka ragam sehingga dapat memicu terjadinya konflik. Konflik dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan yang dibawa oleh individu pada saat berinteraksi seperti perbedaan ciri fisik, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan dan lain sebagainya. Lalu, apa yang dimaksud dengan konflik sosial? Di dalam artikel ini akan diberikan penjelasan mengenai konflik sosial.
Pengertian Konflik Sosial
Konflik sosial yang terjadi di masyarakat sangat beragam, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Konflik berasal dari Bahasa Latin, yaitu configure yang artinya saling memukul.
Pengertian Konflik Sosial Menurut Para Ahli
Beberapa pendapat ahli tentang definisi konflik sosial antara lain:
Soerjono Soekanto
Konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai ancaman dan/atau kekerasan.
Robert M.Z. Lawang
Konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan kekuasaan di mana tujuan mereka tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk
menundukkan saingannya.
Berstein
Konflik adalah suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif saat melakukan interaksi dengan orang lain.
Robbin
Robbin memandang konflik menjadi tiga bagian. Ketiga bagian tersebut antara lain:
- Pandangan Tradisional, Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik merupakan hal yang buruk, bersifat negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini merupakan hasil disfungsional akibat komunikasi yang kurang baik dan kurang keterbukaan antara individu dalam masyarakat.
- Pandangan Hubungan Manusia, Pandangan ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi dalam kelompok atau organisasi di masyarakat. Dalam kelompok atau organisasi pasti terjadi perbedaan yang dapat memicu terjadinya konflik. Oleh karena itu konflik harus dijadikan motivasi untuk melakukan perubahan dalam suatu kelompok atau organisasi.
- Pandangan Interaksionis, Pandangan ini cenderung mendorong munculnya konflik dalam kelompok atau organisasi. Menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan untuk menumbuhkan sikap kritis, kreatif, dan semangat dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Stoner Dan Freeman
Stoner dan Freeman memberikan dua pandangan mengenai konflik sosial yaitu:
- Pandangan Tradisional, Pandangan ini menganggap bahwa konflik dapat dihindari dengan cara meminimalisasikan munculnya konflik dalam sebuah kelompok atau organisasi.
- Pandangan Modern, Pandangan ini menjelaskan bahwa konflik tidak dapat dihindari. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti strustur organisasi, perbedaan tujuan, perbedaan persepsi, nilai-nilai, dan sebagainya.
Myers
Menurut Myers pandangan terhadap konflik sosial dibagi menjadi dua, yaitu:
- Pandangan Tradisional, Pandangan ini menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Dalam pandangan ini menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi.
- Pandangan Kontemporer, Pandangan ini menganggap konflik merupakan suatu yang tidak dapat dihindari sebagai konsekuensi adanya interaksi manusia.
Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial
Penyebab terjadinya konflik sosial dalam masyarakat dilatarbelakangi beberapa faktor, diantaranya:
- Adanya perbedaan antarindividu
- Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi yang berbeda-beda.
- Adanya perbedaan kepentingan antara individu dengan kelompok.
Teori-Teori Konflik Sosial
Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser
Menurut Coser, konflik yang terjadi di masyarakat dikarenakan adanya kelompok lapisan bawah yang semakin mempertanyakan legitimasi dari keberadaan distribusi sumber-sumber langka. Coser menilai bahwa konflik tidak selalu bersifat negatif, namun konflik dapat mempererat dan menjalin kerukunan dalam suatu kelompok.
Suatu kelompok dapat berlangsung lama atau cepat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dikutip dari Ranjabar (2013), ada tiga faktor yang mempengaruhi lama tidaknya suatu konflik di masyarakat, yaitu:
- Luas sempitnya tujuan konflik
- Adanya pengetahuan maupun kekalahan dalam konflik
- Adanya peranan pemimpin dalam memahami biaya konflik dan persuasi pengikutnya.
Konflik dapat menjaga hubungan antarkelompok dan memperkuat kembali identitas kelompok. Adapun manfaat konflik menurut Coser adalah:
- Konflik dapat menjadi media untuk berkomunikasi.
- Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok.
- Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas di dalam kelompok tersebut dan solidaritas tersebut dapat mengantarkan kepada aliansi dengan kelompok lain.
- Konflik menyebabkan anggota masyarakat yang terisolasi menjadi berperan aktif.
Lewis A. Coser mengelompokkan konflik sosial menjadi dua macam, yaitu konflik realistis dan konflik non-realistis.
Konflik Realistis
Dalam Kamus Sosiologi , konflik realistis ialah konflik yang berasal dari kekecewaan individua atau kelompok atas tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan sosial. Contoh konflik realistis, misalnya para karyawan yang melakukan pemogokan kerja melawan manajemen perusahaan sebagai aksi menuntut kenaikan gaji.
Konflik Non-Realistik
Konflik non-realistis merupakan konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang bertentangan, melainkan dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan. Sebagai contoh konflik non-realistis ialah pada masyarakat buta huruf ada ilmu gaib yang digunakan untuk melakukan pembalasan.
Teori Konflik Menurut Karl Marx
Karl Marx memiliki pandangan tentang konflik sosial sebagai pertentangan kelas. Masyarakat yang berada dalam konflik dikuasai oleh kelompok dominan. Adanya pihak yang lebih dominan muncul pihak yang berkuasa dengan pihak yang dikuasai. Kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda atau bertentangan sehingga dapat menimbulkan konflik.
Fakta-fakta menurut pandangan teori Karl Marx antara lain:
- Adanya struktur kelas dalam masyarakat
- Adanya kepentingan ekonomi yang saling bertentangan di antara orang-orang yang berada dalam kelas yang berbeda.
- Adanya pengaruh yang besar dilihat dari kelas ekonomi terhadap gaya hidup seseorang.
- Adanya berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan perubahan struktur sosial.
Karl Marx menguraikan tentang adanya kelas objektif. Kelas ini dapat dibagi atas kepentingan manifes dan kepentingan laten. Oleh karena itu, setiap sistem sosial harus dikoordinasi dan mengandung kepentingan laten yang sama. Kelompok tersebut biasa dikenal dengan istilah kelompok semu. Dalam Kamus Sosiologi, kelompok semu adalah kelompok yang terdiri atas orang-orang yang sifatnya sementara, tanpa struktur, ikatan, kesadaran, dan aturan. Kelompok semu ini terdiri atas kelompok yang menguasai dan kelompok yang dikuasai.
Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf
Bagaimana pendapat Dahrendorf mengenai konflik sosial? Pada awalnya, Dahrendorf melihat teori konflik sebagai teori parsial yang digunakan untuk menganalisis fenomena sosial. Dahrendorf melihat masyarakat memiliki dua sisi yang berbeda, yaitu konflik dan kerja sama. Berdasarkan pemikiran tersebut, Dahrendorf menyempurnakan dan menganalisis dengan fungsionalisme struktural, agar mendapat teori konflik yang lebih baik.
Ralf Dahrendorf menggunakan teori perjuangan kelas Marxian untuk membangun teori kelas dan pertentangan kelas dalam masyarakat industri kontemporer. Perjuangan kelas dalam masyarakat moderen berada pada pengendalian kekuasaan. Dahrendorf mengkomunikasikan pemikiran fungsional mengenai struktur dan fungsi masyarakat dengan teori konflik antarkelas sosial. Dehrendorf tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang statis, namun dapat berubah oleh adanya konflik di masyarakat.
Klasifikasi Konflik Sosial
Macam-macam konflik sosial dapat diklasifikasikan atas dasar pendapat beberapa ahli dan kriteria tertentu. Di bawah ini adalah klasifikasi konflik sosial;
Ranjabar
Menurut Ranjabar, konflik sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi dua, yaitu:
Konflik Individual
Konflik dalam individu ini bisa diartikan sebagai konflik yang terjadi dalam mental atau diri seseorang karena suatu hal. Hal ini bisa berupa pilihan yang berbeda dengan kata hati. Pada umumnya konflik individu lebih bersifat informal, tersembunyi, melakukan tindakan negatif, melakukan sabotase, dan lain sebagainya. Contohnya seseorang yang menyesal bekerja sebagai kriminal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dalam diri orang tersebut, ia mengalami konflik antara nilai moral diri dengan tekanan ekonomi yang harus dipenuhi.
Konflik Kolektif
Konflik kolektif merupakan suatu konflik yang melibatkan banyak orang, serta memiliki tujuan dan kepentingan yang sama. Pada umumnya, konflik ini memiliki dorongan yang lebih kuat bila dibandingkan dengan konflik individu. Individu yang berada dalam suatu konflik biasanya memiliki solidaritas dan kebersamaan yang kuat. Konflik ini memiliki jumlah anggota banyak dan memiliki tingkat emosi yang sangat tinggi dan sifatnya sangat rumit bila dibandingkan dengan konflik individu.
Ralp Dahrendorf
Ralp Dehrendorf membedakan konflik sosial ke dalam bentuk:
- Konflik Peran, konflik peran merupakan suatu kondisi dimana seseorang mendapati kenyataan yang berlawanan dengan perannya dalam kehidupan nyata. Misalnya, peran seorang pekerja yang dituntut untuk mengerjakan sesuatu yang bukan tanggung jawabnya.
- Konflik Kelompok Sosial, konflik antara kelompok sosial terjadi karena adanya perbedaan kepentingan dalam upayanya mencukupi kebutuhan kelompok tersebut. Contoh konflik antar kelompok sosial adalah konflik antara kelompok propemerintah dan kelompok yang tidak terorganisir.
- Konflik antarkelompok yang terorganisir dan kelompok yang tidak terorganisir Konflik ini biasanya terjadi saat unjuk rasa. Dimana polisi sebagai kelompok yang terorganisir
- Konflik antarsatuan nasional, Konflik ini disebut juga konflik antarkepentingan organisasi. Misalnya politik tingkat RT, RW, Desa, hingga tingkat nasional.
- Konflik antaragama, Konflik ini sering terjadi pada zaman dahulu saat kondep toleransi belum diindahkan.
H. Kusnadi dan Bambang Wahyudi
Menurut H. Kusnadi dan Bambang Wahyudi, macam-macam konflik dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek, yaitu:
Konflik Berdasarkan Tujuan Organisasi
Konflik sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan organisasi. Tahukah kalian macam-macam konflik sosial menurut hubungan dengan tujuan organisasi?
Konflik Fungsional
Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif. Konflik ini sangat dibutuhkan dsalam organisasi. Dalam konflik inidapat memperbaiki kinerja kelompok apabila dikelolah dan dikendalikan dengan baik. Contoh konflik fungsional, misalnya ada sebuah kasus di mana seorang manajer perusahaan menghadapi masalah tentang pengalokasian dana untuk meningkatkan penjualan produk.
Konflik Disfungsional
Dalam Kamus Sosiologi, disfungsional merupakan suatu kegiatan atau organisasi yang memiliki disfungsi ketika beberapa dampak dapat menghambat organisasi sosial lainnya. Jika suatu kegiatan atau organisasi sosial mengalami disfungsional, tidak dipungkiri juga dapat menimbulkan konflik. Konflik disfungsional merupakan konflik yang menghambat tercapainya suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak). Konflik disfungsional tidak dapat dihindari karena keberadaan konflik ini pasti ada dalam setiap organisasi atau masyarakat. Konflik disfungsional dapat merugikan semua pihak, individu, kelompok, dan organisasi.
Konflik Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik
Konflik sosial yang ada di masyarakat sangat beragam, salah satunya dapat diklasifikasikan menurut hubungan dengan posisi pelaku yang berkonflik. Adapun macam konflik sosial tersebut adalah sebagai berikut:
Konflik Vertikal
Konflik vertikal adalah konflik antar satu pihak dengan pihak dalam suatu struktur organisasi yang mempunyai derajat kedudukan yang tidak sama. Berikut contoh dari konflik vertikal:
- Konflik antara atasan dengan bawahan dalam suatu instansi.
- Konflik antara buruh dengan majikan dalam suatu perusahaan
Konflik Horizontal
Konflik horizontal adalah konflik sosial yang terjadi di dalam masyarakat antara dua pihak atau lebih yang mempunyai kedudukan sederajat. Contohnya antara lain:
- Konflik antara suku yang satu dengan suku yang lain dalam suatu negara.
- Konflik antara umat agama yang satu dengan umat agama lainnya
- Konflik antara parpol yang satu dengan parpol yang lain
Konflik horizontal dapat dipicu oleh beberapa hal berikut:
- Adanya kecemburuan yang bersumber pada ketimpangan ekonomi antarkaum pendatang dengan penduduk lokal.
- Adanya sikap saling mengklaim terhadap sumber dana yang semakin terbatas.
- Adanya dorongan emosional kesukuan karena ikatan norma tradisional.
- Munculnya sikap yang berlebihan antarpemeluk agama.
- Mudah dipengaruhi oleh provokator kerusuhan.
Konflik Diagonal
konflik dibedakan menjadi tiga, yaitu konflik vertikal, konflik horizontal, dan konflik diagonal. Dalam suatu organisasi terjadi ketidakadilan sumber daya sehingga menimbulkan pertentangan atau konflik yang ekstrim. Pertentangan itulah yang dinamakan konflik diagonal. Sebagai contohnya kasus konflik antara pemerintah dan warga sekitar karena adanya perilaku yang tidak adil atas alokasi sumber daya ekonomi oleh pemerintah pusat.
Konflik Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik
Konflik berdasarkan sifat pelaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konflik terbuka dan konflik tertutup. Di bawah ini adalah penjelasan konflik berdasarkan sifat pelaku yang berkonflik;
Konflik Terbuka
Konflik terbuka merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak atau masyarakat dalam suatu negara. Salah satu konflik terbuka yang hingga saat ini menjadi perhatian adalah konflik Israel dan Palestina. Bagaimana tanggapan kalian mengenai konflik tersebut? Konflik Israel dan Palestina merupakan contoh konflik terbuka. Hal ini dikarenakan konflik tersebut diketahui oleh semua pihak, termasuk Indonesia. Bahkan, masyarakat Indonesia melakukan penggalangan dana untuk membantu korban konflik tersebut.
Konflik Tertutup
Konflik tertutup merupakan kebalikan dari konflik terbuka. Dalam konflik terbuka diketahui oleh semua pihak, sedangkan konflik tertutup hanya diketahui oleh pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Dalam konflik tertutup, pihak yang tidak terllibat konflik tidak tahu jika terjadi konflik. Sebagai contohnya konflik intern sekolah sehingga pihak luar tidak tahu adanya konflik.
Konflik Berdasarkan Waktu
Konflik sosial berdasarkan waktu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Konflik Sesaat (Konflik Spontan)
Konflik sesaat dapat terjadi dalam waktu yang singkat atau sesaat saja karena adanya kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik. Konflik sesaat dapat berakhir pada saat adanya penjelasan antara pihak yang berkonflik. Sebagai contohnya konflik antara dua peserta didik yang berbeda argumen saat berdiskusi. Saat itu, mereka memegang teguh argumen masing-masing sehingga dapat menimbulkan konflik. Namun, konflik tersebut hanya terjadi pada saat diskusi saja. Setelah selesai diskusi, mereka tetap berteman dan tidak terjadi konflik lagi.
Konflik Berkelanjutan
Konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan. Dalam penyelesaian konflik ini harus melalui berbagai proses dan tahapan yang rumit. Apabila konflik ini sudah selesai, tidak menutup kemungkinan dapat muncul Kembali konflik sebagai kelanjutan dari konflik dari konflik yang terdahulu. Salah satu contoh konflik berkelanjutan ialan konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Selain konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan, kamu juga dapat menyebutkan contoh lainnya yang ada di lingkungan sekitarmu.
Konflik Berdasarkan Pengendalian
Konflik sosial juga dapat dibedakan berdasarkan pengendaliannya. Di bawah ini adalah konflik sosial berdasarkan pengendalian;
Konflik Terkendali
Konflik terkendali merupakan suatu konflik di mana para pihak yang terlibat dapat dengan mudah mengendalikan konflik sehingga kjonflik tidak meluas dan cepat selesai. Sebagai contoh, konflik yang terjadi saat rapat OSIS. Pada rapat tersebut terjadi beberapa pendapat untuk mengembangkan organisasi tersebut, sehingga terjadi perbedaan pendapat yang berujung pada konflik. Namun, adanya ketua OSIS dapat meredam konflik tersebut dengan memberikan solusi yang bijak. Oleh karena itu, konflik dalam rapat OSIS dapat dikendalikan dengan baik.
Konflik Tidak Terkendali
Konflik tidak terkendali merupakan konflik di mana pihak yang terlibat tidak dapat mengendalikan konflik tersebut sehingga akibatnya dapat meluas. Konflik yang tidak terkendali dapat menyebabkan munculnya kekerasan. Contoh konflik tidak terkendali seperti tawuran, demonstrasi yang berakhir ricuh, dan lain sebagainya.
Konflik Berdasarkan Sistematika Konflik
Di bawah ini adalah konflik sosial berdasarkan sistematika konflik;
Konflik Nonsistematis
Konflik nonsistematis memiliki sifat yang acak, dimana terjadi secara spontanitas dan tidak ada tujuan yang dicapai. Dalam konflik ini pihak yang berkonflik tidak melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Salah satu contoh konflik nonsistematis ialah tawuran pelajar.
Konflik Sistematis
Konflik sistematis merupakan kebalikan dari konflik nonsistematis, di mana konflik tersebut telah direncanakan secara sistematis dan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Dalam konflik ini, pihak yang berkonflik melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dilakukan dengan cermat, hati-hati, dan sistematis. Setiap tingkah laku dari salah satu pihak dianalisis secara cermat dan hati-hati agar memperoleh keuntungan bagi pihak lainnya.
Dampak Konflik Sosial
Konflik sosial yang ada di masyarakat dapat memberikan dampak bagi warga masyarakat. Apa saja dampak konflik sosial bagi masyarakat? di bawah ini adalah dampak dari adanya konflik sosial;
Dampak Positif Konflik
Konflik sosial yang kalian temui di lingkungan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Menurut Harskamp (2005), dijelaskan bahwa konflik yang ada di masyarakat dianggap sebagai perjuangan dari nilai-nilai atau status, kekuasaan, dan sumber daya yang dapat memenuhi fungsi-fungsi positif, antara lain:
- Konflik dapat mendamaikan kelompok-kelompok yang saling bersaing
- Mengarahkan pihak-pihak yang sedang berjuang untuk mengekspresikan identitas mereka sendiri.
- Mengurangi ketidakpastian dengan menjaga batas-batas kelompok.
- Mendorong suatu kelompok untuk mencari nilai-nilai dasar.
Darwin, Freud, dan Mark, menguraikan fungsi positif dari adanya konflik adalah sebagai berikut:
- Memfasilitasi Tercapainya Rekonsiliasi dari Berbagai Kepentingan, Konflik yang terjadi di masyarakat tidak selalu berakhir dengan kemenangan di salah satu pihak yang sedang berkonflik. Namun, konflik dapat berakhir dengan kesepakatan yang menguntungkan dan memberikan manfaat kolektif kepada dua belah pihak yang berkonflik. Sebagai contohnya, masalah antara Mesir dan Israel, konflik antara pihak penjual dan pihak produksi, dan lain sebagainya.
- Sebagai Tempat Awal Terjadinya Perubahan Sosial, Individu yang menganggap situasi yang dihadapi tidak adil dan menganggap bahwa kebijakan yang berlaku saat ini tidak sesuai biasanya akan mengalami pertentangan dengan aturan yang berlaku sebelumnya. Individu tersebut akan me;lakukan perubahan sosial
- Konflik Dapat Mempererat Persatuan Kelompok, Menurut Lewis Coser menujelaskan bahwa solidaritas kelompok akan menurun jika tidak ada kapasitas perubahan sosial dan rekonsiliasi atas kepentingan individu yang berbeda. Oleh karena itu, adanya konflik dapat mendorong rasa solidaritas suatu kelompok.
Secara umum dampak positif dari adanya konflik di masyarakat antara lain:
- Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma baru.
- Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
- Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan seimbang.
- Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas ditelaah.
- Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilai-nilai, serta
- Hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
- Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
Dampak Negatif Konflik
Konflik sosial selain memiliki dampak positif juga ada dampak negatif. Adapun dampak negatif adanya konflik sosial adalah:
Perpecahan
Adanya konflik sosial di masyarakat dapat menimbulkan perpecahan di lingkungan masyarakat. Sebagai contohnya, konflik antarkelompok dalam pembagian hasil. Salah
satu individu memperoleh hasil yang lebih besar dibandingkan individu lainnya
sehingga muncul konflik. Konflik dalam kelompok tersebut dapat mempengaruhi kerukunan dan kenyamanan anggota kelompok, bahkan menimbulkan perpecahan antaranggota kelompok. Konflik tersebut muncul karena adanya ketidakadilan dalam pembagian hasil.
Permusuhan
Permusuhan dapat terjadi jika konflik tidak dapat diselesaikan dengan baik. Konflik tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok. Begitu juga dengan permusuhan dapat terjadi pada individu satu dengan individu yang lain. Sebagai contohnya, konflik antarkelompok dalam memperebutkan tanah. Konflik sengketa tanah seperti pada gambar di bawah, dapat menimbulkan permusuhan antarkelompok. Hal ini dikarenakan, antarkelompok saling memperjuangkan hak untuk memperoleh tanah mereka. Oleh karena itu perlu ada pihak ketiga untuk memberi solusi dan mendamaikan konflik tersebut.
Kekerasan
Kekerasan merupakan suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok, dimana secara fisik maupun verbal menunjukkan Tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat.
Perubahan Kepribadian
Perubahan kepribadian dalam diri seseorang dapat terjadi akibat adanya konflik. Hal ini dikarenakan adanya gangguan dalam hubungan sosial maupun adanya rasa kekecewaan dalam diri seseorang. Oleh karena itu, individu yang mengalami tekanan secara psikologis dapat melakukan perubahan kepribadiannya. Sebagai contohnya, seorang anak yang kedua orangtuanya bercerai.
Jatuhnya Korban
Konflik sosial yang terjadi di masyarakat dapat menjatuhkan korban. Jatuhnya korban dapat berupa harta benda, berbagai sarana dan prasarana, bahkan nyawa seseorang. Konflik yang ada di masyarakat sangat beragam, seperti konflik terbuka, konflik individual, konflik tertutup, dan sebagainya, yang sudah kalian pelajari pada kegiatan- kegiatan pembelajaran sebelumnya Seperti yang telah diuraikan pada pertemuan sebelumnya, pihak-pihak yang berkonflik akan melakukan berbagai cara untuk saling mengalahkan. Bahkan, suatu individua tau kelompok dapat melukai dan menyerang pihak lawan dengan menggunakan tindakan kekerasan.
Kekerasan Sebagai Dampak Konflik Sosial
Definisi Kekerasan
Kekerasan berasal dari Bahasa Inggris, yaitu violence yang artinya kekuasaan atau berkuasa. Dalam Kamus Sosiologi, kekerasan merupakan suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok di mana secara fisik maupun verbal mencerminkan tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat. Pada umumnya, kekerasan dianggap sebagai tindakan yang merugikan orang lain, seperti pembunuhan, pemukulan, perampokan, dan sebagainya. Pada dasarnya, kekerasan diartikan sebagai perilaku, baik disengaja atau tidak disengaja yang ditunjukkan untuk melukai atau mencederai orang lain, baik serangan fisik, mental, maupun sosial. Tindakan kekerasan tersebut tentu bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Macam-Macam Kekerasan
Dalam kehidupan masyarakat, sering dijumpai adanya Tindakan kekerasan. Tindakan kekerasan sepertinya telah melekat dalam kehidupan masyarakat. Adapun macam-macam kekerasan adalah sebagai berikut:
Kekerasan Berdasarkan Bentuknya
Kekerasan Fisik
Dalam Kamus Sosiologi, kekerasan fisik merupakan kekerasan nyata yang dapat dilihat dan dirasakan oleh tubuh. Wujud dari kekerasan fisik
berupa kehilangan Kesehatan, cedera, bahkan sampai kehilangan nyawa. Sebagai
contohnya, penganiayaan, pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya.
Kekerasan Struktural
Kekerasan struktural dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan sistem, hukum, ekonomi, dan tata kebiasaan yang ada di masyarakat. Kekerasan yang sifatnya structural sulit untuk dikenali karena menimbulkan ketimpangan- ketimpangan pada sumber daya, Pendidikan, pendapatan, kepandaian, keadilan, serta wewenang untuk mengambil keputusan. Adapun pihak yang bertanggung jawab atas adanya kekerasan structural ialah negara, karena negara memiliki wewenang untuk melakukan perubahan structural dalam masyarakat. Sebagai contohnya, hilangnya rumah warga karena lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur.
Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologis merupakan kekerasan yang ditujukan pada rohani atau jiwa, sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan kemampuan jiwa seseorang. Sebagai contohnya, kebohongan, ancaman, tekanan, dan lain sebagainya.
Kekerasan Berdasarkan Pelakunya
Berdasarkan pelakunya, kekerasan dapat dibedakan sebagai berikut:
Kekerasan Individual
Kekerasan individual dilakukan oleh individu kepada individu lainnya. Sebagai contohnya, kasus pencurian, penjambretan, pemukulan, dan penganiayaan.
Kekerasan Kolektif
Berbeda dengan kekerasan individual, kekerasan kolektif dilakukan oleh kelompok atau massa atau sekelompok individu. Sebagai contohnya, tawuran pelajar, kasus Sampit, Poso, serta contoh-contoh yang lainnya.
Perbedaan Kekerasan Dan Konflik Sosial
Kekerasan yang ada di masyarakat dapat terjadi beriringan dengan adanya konflik. Di lingkungan masyarakat, selalu dijumpai adanya konflik. Di bawah ini adalah perbedaan yang jelas antara kekerasan dan konflik sosial:
No | Kekerasan | Konflik |
---|---|---|
1 | Tidak memiliki tujuan dan hanya didorong oleh hasrat atau keinginan sesaat. | Memiliki tujuan untuk memperoleh kemenangan dan menaklukkan pesaingnya |
2 | Kedestruktifannya meningkat seiring dengan perkembangan peradaban | Memiliki dampak positif untuk mendorong adanya suatu perubahan. |
3 | Agresi jahat yang tidak terprogram secara filogenetik dan tidak adaptif biologis. | Hasil proses interaksi sosial yang bersifat negatif atau disosiatif. |
4 | Bukan pembawaan manusia, memiliki tingkat kedestruktifan yang berbeda-beda. | Sebagai fakta sosial yang tidak dapat dihindari |
Resolusi dan Penyelesaian Konflik Sosial
Resolusi Konflik
Resolusi konflik atau dalam bahasa inggris disebut conflict resolution memiliki pengertian yang berbedabeda. Sedangkan Weitzman mendefinisikan resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan masalah bersama (solve a problem together). Resolusi konflik juga dapat diartikan sebagai usaha untuk menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru.
Resolusi konflik adalah suatu cara individu atau kelompok untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain atau kelompok lain secara sukarela.
Resolusi konflik juga menyarankan penggunaan cara-cara yang lebih demokratis dan kontruktif untuk menyelesaikan konflik dengan memberikan kesempatan kepada pihak- pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka oleh diri mereka sendiri atau dengan melibatkan pihak ketiga yang bijak, netral, dan adil untuk membantu pihak- pihak yang berkonflik guna menyelesaikan masalahnya.
Pengertian Resolusi Konflik Menurut Para Ahli
Berikut beberapa pengertian resolusi konflik yang dikemukakan oleh para ahli.
Levine
Menurut Levine, resolusi konflik adalah Tindakan mengurai suatu permasalahan, pemecahan; atau penghapusan permasalahan.
Weitzeman & Weitzeman
Resolusi konflik sebagai sebuah Tindakan pemecahan masalah Bersama (solve a problem together).
Fisher
Resolusi konflik adalah usaha menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa tahan lama di antara kelompok-kelompok yang berseteru.
Mindes
Resolusi konflik merupakan kemampuan untuk menyelesaikan perbedaan dengan yang lainnya, serta aspek penting dalam pembangunan sosial dan moral yang memerlukan keterampilan dan penilaian untuk bernegosiasi, kompromi, serta mengembangkan rasa keadilan.
Beberapa Kemampuan Dalam Menumbuhkan Inisiatif Resolusi Konflik
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa resolusi konflik suatu cara individu untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dengan individu lain. Upaya ini dilakukan untuk menciptakan perdamaian di antara pihak yang berkonflik. Ada berbagai macam kemampuan yang sangat penting dalam menumbuhkan inisiatif resolusi konflik di antaranya sebagai berikut:
Kemampuan Orientasi
Kemampuan orientasi dalam resolusi konflik dapat meliputi pemahaman individu tentang konflik dan sikap yang menunjukkan anti kekerasan, kejujuran, keadilan, toleransi, dan harga diri.
Kemampuan Persepsi
Kemampuan persepsi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk dapat memahami bahwa setiap individu berbeda, mampu melihat situasi seperti orang lain melihatnya (rasa empati), dan tidak menilai orang lain secara sepihak.
Kemampuan Emosi
Kemampuan emosi dalam resolusi konflik mencakup kemampuan untuk mengolah berbagai macam emosi, termasu di dalamnya rasa marah, takut, frustasi, dan emosi negatif lainnya.
Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi dalam resolusi konflik meliputi kemampuan mendengar orang lain, memahami lawan bicara, berbicara dngan bahasa yang mudah dipahami, serta meresume atau Menyusun ulang pernyataan yang bermuatan emosional ke dalam pernyataan yang netral atau kurang emosional.
Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam resolusi konflik, yaitu suatu kemampuan untuk memprediksi dan menganalisis situasi konflik yang sedang dialami.
Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif dalam resolusi konflik meliputi kemampuan memahami masalah untuk memecahkan masalah dengan berbagai macam alternatif jalan keluar.
Upaya Penyelesaian Konflik Sosial
Konflik dapat muncul akibat cara pandang diantara pihak-pihak yang berkonflik., sehingga dengan adanya resolusi konflik diharapkan dapat mengurangi atau menghindari terjadinya konflik. Kondisi seperti ini dapat menciptakan perdamaian di antara anggota masyarakat. Berbagai upaya dalam menyelesaikan konflik yaitu:
Mediasi
Dalam Kamus Sosiologi, mediasi adalah upaya penyelesaian konflik oleh pihak ketiga, tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Pihak ketiga sifatnya tidak memihak salah satu pihak yang berkonflik, tetapi mencoba mempertemukan dan mendamaikan kedua belah pihak yang berkonflik. Tugas utama pihak ketiga adalah menyelesaikan konflik secara damai. Pihak ketiga hanya sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan terhadap penyelesaian konflik. Sekalipun nasihat-nasihat pihak ketiga tersebut tidak mengikat pihak-pihak yang terlibat konflik, tetapi mediasi terkadang menghasilkan penyelesaian yang cukup efektif. Hal ini karena mediasi dapat mengurangi Tindakan irasional yang mungkin timbul dalam sebuah konflik. Sebagai contohnya, AMM (Aceh Monitoring Mission) yang mendamaikan antara GAM (Gerakan Aceh Merdeka) dan Indonesia.
Konsiliasi
Dalam Kamus Sosiologi, konsiliasi merupakan suatu usaha untuk mengendalikan konflik dengan menggunakan lembaga-lembaga tertentu agar pihak yang berkonflik dapat berdiskusi mengenai persoalan yang dipertentangkan. Sebagai contohnya, di suatu perusahaan ada pertikaian antara buruh dan pengusaha. Kemudian, Departemen Tenaga Kerja mempertemukan pihak buruh dan pengusaha untuk duduk bersama menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, sehingga tercapai suatu kesepakatan damai.
Negosiasi
Dalam penyelesaian konflik sosial di masyarakat, juga dapat dilakukan melalui proses negosiasi. Negosiasi merupakan merupakan suatu interaksi sosial antara pihak-pihak yang terlibat untuk saling menyelesaikan perbedaan agar mencapai kata sepakat. Dalam proses ini, kedua pihak yang berkonflik melakukan pembicaraan dalam bentuk tawar-menawar mengenai syarat-syarat untuk mengakhiri konflik.
Arbitrasi
Arbitrasi merupakan suatu upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui pihak ketiga dengan memberikan keputusan yang harus ditaati dan diterima oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Pihak ketiga ini dipilih oleh kedua belah pihak atau badan berwenang. Apabila tidak dapat menentukan pihak ketiga, maka pemerintah akan menunjuk pengadilan sebagai pihak ketiga.
Stalemate
Apabila kedua belah pihak memiliki kekuatan seimbang, kemudian berhenti pada suatu titik dan tidak saling menyerang, maka upaya ini disebut stalemate. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contohnya, adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang Dingin (1947–1991) atau ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan di bidang nuklir.
Konversi
Dalam Kamus Sosiologi, konversi (conversion) merupakan upaya penyelesaian konflik yang dilakukan dengan salah satu pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian dari pihak lain. Sebagai contohnya, dalam rapat OSIS terjadi perdebatan antara ketua dengan wakil ketua OSIS. Ketua OSIS mengalah dan menerima pendapat wakil ketua OSIS karena pendapat wakil ketua OSIS dianggap lebih dapat membantu untuk kemajuan organisasi tersebut.
Ajudikasi
Ajudikasi merupakan upaya menyelesaikan konflik yang dilakukan melalui lembaga pengadilan. Penyelesaian konflik menurut ajudikasi dilakukan melalui jalur huku. Misalnya, sengketa tanah antara warga masyarakat dengan pengusaha yang diselesaikan melalui pengadilan.
Demikianlah penjelasan tentang pengertian, macam-macam konflik sosial dan upaya penyelesaian konflik sosial.