Mahisa Suramardini Warmandewi meneruskan takhta suaminya di Kerajaan Salakanagara; Dewawarman V yang gugur di pertempuran pada tahun 276 dalam menghadapi bajak laut. Naik takhtanya Mahisa Suramardini sebagai raja di Kerajaan Salakanagara ini untuk mengisi kekosongan pemerintahan dan sambil menunggu putra sulungnya dewasa. Mahisa Suramardini Warmandewi dan Dewawarman V memiliki seorang putra yang masih kecil bernama Ganayanadewa Linggabumi.
Masa Pemerintahan Mahisa Suramardini Warmandewi
Selama putranya belum dewasa, Mahisa Suramardini Warmandewi-lah yang memerintah di Kerajaan Salakanagara. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa Mahisa Suramardini Warmandewi sebagai wanita pertama yang memegang puncak kekuasaan tertinggi di suatu kerajaan yang ada di barat Pulau Jawa. Tidak ada yang dapat diketahui berdasarkan sumber prasasti dan naskah-naskah kuno mengenai pemerintahannya. Jika melihat dari apa yang terjadi dari masa pemerintahan Dewawarman V dan gugurnya ia dalam melawan para bajak laut yang mengancam perairan Salakanagara, kemungkinan pada masa pemerintahan Mahisa Suramardini masih disibukkan dengan gangguan dari bajak laut. Mahisa Suramardini Warmandewi wafat pada tahun 289, sehingga takhta Kerajaan Salakanagara diberikan kepada putranya yang bernama Ganayanadewa Linggabumi.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.