• Home
  • Mammuthus
  • Mammuthus Meridionalis: Penjelajah Benua Eurasia (2,5 Juta – 800.000 Tahun Yang Lalu)

Mammuthus Meridionalis: Penjelajah Benua Eurasia (2,5 Juta – 800.000 Tahun Yang Lalu)

Mammuthus meridionalis, terkadang disebut juga dengan mammoth selatan (Southern Mammoth), adalah spesies mamut yang telah punah dari Eurasia, termasuk Eropa. Mamut ini hidup selama masa Pleistosen Awal sekitar 2,5 juta tahun lalu hingga 800.000 tahun lalu.

Taksonomi

Mammuthus meridionalis awalnya diberi nama oleh Filippo Nesti pada tahun 1825 sebagai Elephas meridionalis berdasarkan sisa-sisa fosil yang berhasil dikumpulkan dari wilayah Valdarno Hulu di Tuscany, Italia. Taksonomi gajah yang telah punah menimbulkan kerumitan tersendiri selam abad ke-20 di mana banyak sekali penamaan berdasarkan perbedaan interpretasi dari para peneliti, seperti penggunaan nama Mammonteus maupun Archidiskodon. Para peneliti dari Rusia menyebut jenis mamut ini dengan nama Archidiskodon meridionalis.

Ciri-Ciri Fisik Mammuthus Meridionalis

Mammuthus meridionalis adalah salah satu proboscidea yang memiliki ukuran besar, melebihi ukuran gajah modern. Berdasarkan peninggalan pada fosil-fosilnya, seekor gajah jantan dewasa dari spesies ini yang diketahui dari kerangka yang sebagian besar lengkap yang dipajang di Forte Spagnolo, L’Aquila, Italia, diperkirakan memiliki tinggi sekitar 3,97–4,05 m (13,0–13,3 kaki) dengan perkirakan beratnya sekitar 10,7–11,4 ton. Seperti gajah modern, gajah betina memiliki ukuran yang jauh lebih kecil, dengan perkiraan tinggi dewasa rata-rata 3,3 m (10,8 kaki) dengan berat sekitar 7 ton.

Tengkoraknya berbentuk kubah yang menonjol, meskipun tinggi kubahnya lebih rendah daripada yang dimiliki oleh spesies mammoth pada periode selanjutnya. Mammuthus meridionalis yang tinggal di iklim yang relatif hangat, mungkin membuatnya tidak memiliki bulu yang lebat.

Habitat Dan Persebaran

Mammuthus meridionalis diperkirakan hidup dengan iklim sedang atau sedikit lebih hangat. Beberapa populasi dari spesies ini mendiami kawasan hutan di Eropa. Lebih jauh ke timur, berdasarkan penemuan fosilnya di Ubeidiya (Israel) dan Dmanisi (Georgia) menunjukkan mamut ini awalnya hidup di habitat yang sebagian terbuka dengan area berumput. Berdasarkan pada keausan fosil gigi mandibula mamut ini kemungkinan memakan jenis makanan yang bervariasi dengan rumput sebagai jenis makanan yang paling dominan.

Baca Juga  Stegoloxodon: Genus Gajah Kerdil Dari Indonesia (2,5 Juta Tahun Yang Lalu)

Evolusi

Karena banyak sisa-sisa dari setiap spesies mamut diketahui dari beberapa lokasi, maka memungkinkan untuk merekonstruksi sejarah evolusi genus tersebut melalui studi morfologi. Spesies mamut dapat diidentifikasi dari jumlah tonjolan email (atau pelat lamelar) pada gerahamnya: spesies primitif memiliki sedikit tonjolan, dan jumlahnya meningkat secara bertahap saat spesies baru berevolusi untuk memakan makanan yang lebih abrasif. Mahkota gigi menjadi lebih dalam dan tengkorak menjadi lebih tinggi untuk mengakomodasi hal ini. Pada saat yang sama, tengkorak menjadi lebih pendek dari depan ke belakang untuk meminimalkan berat kepala.

Mammuthus Meridionalis

Berdasarkan pada asumsi di atas, Mammuthus meridionalis diperkirakan merupakan keturunan dari Mammuthus rumanus, spesies mammoth tertua yang diketahui berasal dari luar Afrika, dengan catatan paling awal Mammuthus meridionalis berasal dari sekitar 2,6-2,5 juta tahun yang lalu, pada awal Pleistosen. Beberapa populasi awal Mammuthus meridionalis yang hidup pada 2,6-2,0 juta tahun yang lalu secara historis dimasukkan ke dalam spesies Mammuthus gromovi, sedangkan sebagai penulis yang lain menganggapnya sebagai subspesies Mammuthus meridionalis gromovi.

Populasi Mammuthus meridionalis berevolusi menjadi mamut stepa (Mammuthus trogontherii) dan mulai mendominasi di Eropa pada akhir Pleistosen Awal, antara sekitar 1 dan 0,8-0,7 juta tahun yang lalu. Beberapa pendapat lainnya, mamut stepa adalah spesies yang berbeda dan bukan hasil dari evolusi Mammuthus meridionalis. Namun, nyatanya keberadaan mamut stepa di Eropa juga bertepatan dengan kedatangan gajah bergading lurus (Palaeoloxodon antiquus) ke Eropa. Di sisi lain, spesies mammoth kerdil Mammuthus creticus, yang mendiami Pulau Kreta pada suatu saat selama Pleistosen Awal hingga awal Pleistosen Tengah, diduga merupakan keturunan dari spesies Mammuthus meridionalis.

Hubungan Dengan Manusia

Sisa-sisa fosil dari sepesies Mammuthus meridionalis di beberapa situs telah ditemukan dengan adanya tanda-tanda potongan dan/atau terkait dengan peralatan batu, yang kemungkinan adalah salah satu bukti adanya perburuan yang dilakukan oleh manusia purba. Sejumlah tulang Mammuthus meridionalis yang berasal dari situs Dmanisi di Georgia, yang berasal dari 1,8 juta tahun yang lalu memiliki tanda-tanda potongan yang mungkin dibuat oleh spesies Homo erectus. Di situs Fuente Nueva-3 dan Barranc de la Boella di Spanyol, yang masing-masing berasal dari sekitar 1,3 dan 1-0,8 juta tahun yang lalu.

Baca Juga  Palaeoloxodon Creutzburgi: Gajah Purba Dari Pulau Kreta (11.000-5.000 Tahun Yang Lalu)

Sisa-sisa Mammuthus meridionalis terkait dengan aktivitas penggunaan peralatan dari batu terutama penggunaan alat serpih batu yang banyak di temukan di Barranc de la Boella. Di Barranc de la Boella inilah beberapa tulang rusuk mungkin memiliki tanda-tanda adanya bekas potongan. Sebagaimana juga hal ini terjadi dengan tanda-tanda potongan yang secara pasti telah dilaporkan dari tulang-tulang yang ditemukan di Fuente Nueva-3. Namun nampaknya dari keterangan situs-situs ini kemungkinan aktivitas pemotongan yang dilakukan oleh manusia merupakan bukti pemulungan oportunistik, bukan sebagai perburuan aktif.

Daftar Bacaan

  • Palombo, Maria R.; Ferretti, Marco P. (January 2005). “Elephant fossil record from Italy: knowledge, problems, and perspectives”. Quaternary International. 126–128: 107–136.
  • Osborn, H. F. (1942). Percy, M. R. (ed.). Proboscidea: A monograph of the discovery, evolution, migration and extinction of the mastodonts and elephants of the world. Vol. 2. New York: J. Pierpont Morgan Fund.
  • Maglio, V. J. (1973). “Origin and evolution of the Elephantidae”. Transactions of the American Philosophical Society. 63 (3): 1–149.
  • Larramendi, A. (2016). “Shoulder height, body mass and shape of proboscideans”. Acta Palaeontologica Polonica. 61.
  • Larramendi, Asier; Palombo, Maria Rita; Marano, Federica (2017). “Reconstructing the life appearance of a Pleistocene giant: size, shape, sexual dimorphism and ontogeny of Palaeoloxodon antiquus (Proboscidea: Elephantidae) from Neumark-Nord 1 (Germany)”. Bollettino della Società Paleontologica Italiana (3): 299–317. doi:10.4435/BSPI.2017.29. ISSN 0375-7633.
  • Lister, A. M.; Sher, A. V.; Van Essen, H.; Wei, G. (2005). “The pattern and process of mammoth evolution in Eurasia”. Quaternary International. 126–128: 49–64.
  • Ferretti, M. P. (2003). “Structure and evolution of mammoth molar enamel”. Acta Palaeontologica Polonica. 3. 48: 383–396.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca