• Home
  • Mammuthus
  • Mamut Kolombia/Mammuthus Columbi (1,4 – 1,3 Juta Tahun Yang Lalu)

Mamut Kolombia/Mammuthus Columbi (1,4 – 1,3 Juta Tahun Yang Lalu)

Mamut Kolombia/Columbian Mammoth (Mammuthus columbi) adalah spesies mamut yang telah punah dan pernah menghuni Amerika Utara dari Kanada bagian selatan hingga Kosta Rika selama zaman Pleistosen. Mamut Kolombia merupakan keturunan mamut stepa Eurasia yang menghuni Amerika Utara selama Pleistosen Awal sekitar 1,5–1,3 juta tahun yang lalu, dan kemudian mengalami hibridisasi dengan garis keturunan mamut berbulu.

Mamut Kolombia merupakan salah satu spesies mamut terakhir, dan mamut kerdil berevolusi dari mereka di Kepulauan Channel di California. Kerabat terdekat mamut Kolombia dan mamut lainnya yang masih ada adalah gajah Asia. Di dalam artikel ini akan diberikan penjelasan tentang Mamut Kolombia yang pernah menjelajahi kawasan Amerika Utara.

Taksonomi

Mamut Kolombia pertama kali dideskripsikan secara ilmiah pada tahun 1857 oleh seorang naturalis Hugh Falconer, yang menamai spesies tersebut Elephas columbi berdasarkan nama penjelajah Christopher Columbus. Hewan tersebut menarik perhatian Falconer pada tahun 1846 oleh Charles Lyell, yang mengirimkan kepadanya fragmen molar yang ditemukan selama penggalian Kanal Brunswick–Altamaha di Georgia, di Amerika Serikat bagian tenggara pada tahun 1838. Pada saat itu, fosil serupa dari seluruh Amerika Utara dikaitkan dengan mammoth berbulu (yang saat itu bernama Elephas primigenius).

Falconer menemukan bahwa spesimen yang dideskripsikannya berbeda dengan mammoth berbulu, Ia mengonfirmasi kesimpulannya dengan memeriksa struktur internal dan mempelajari molar tambahan dari temuan di Meksiko. Meskipun ilmuwan lainnya, William Phipps Blake dan Richard Owen percaya bahwa penggunaan nama Elephas texianus lebih cocok untuk spesies tersebut, Falconer menolak nama tersebut; ia juga menyarankan bahwa Elephas imperator dan Elephas jacksoni, dua gajah Amerika lainnya yang dideskripsikan dari temuan molar, didasarkan pada sisa-sisa yang terlalu terfragmentasi untuk dapat diklasifikasikan dengan benar.

Pada awal abad ke-20, taksonomi gajah yang telah punah menjadi semakin rumit. Pada tahun 1942, monograf tentang Proboscidea karya ahli paleontologi Henry F. Osborn diterbitkan, di mana ia menggunakan berbagai nama generik dan subgenerik yang sebelumnya telah diusulkan untuk spesies gajah yang telah punah, seperti Archidiskodon, Metarchidiskodon, Parelephas, dan Mammonteus. Osborn juga mempertahankan nama untuk banyak subspesies atau “varietas” regional dan menengah, dan menciptakan rekombinasi seperti Parelephas columbi felicis dan Archidiskodon imperator maibeni. Situasi taksonomi ini kemudian disederhanakan oleh berbagai peneliti sejak tahun 1970-an dan seterusnya; semua spesies mamut dipertahankan dalam genus Mammuthus.

Pada tahun 2003, seorang ahli paleontologi, Larry Agenbroad meninjau pendapat tentang taksonomi mamut Amerika Utara, dan menyimpulkan bahwa Mammuthus columbi (mamut Kolombia) dan Mammuthus exilis (mamut kerdil) adalah satu-satunya spesies mamut yang endemik di Amerika (karena spesies lain hidup di sana dan di Eurasia). Gagasan bahwa spesies seperti Mammuthus imperator (mamut kekaisaran) dan Mammuthus jeffersoni (mamut Jefferson) mereka dianggap sebagai mamut kolombia. Meskipun demikian, kerumitan dalam taksonomi mamut Amerika ini belum sepenuhnya dapat terpecahkan.

Evolusi

Anggota ordo Proboscidea yang paling awal diketahui, kelompok yang berisi gajah, ada sekitar 55 juta tahun yang lalu di sekitar wilayah Laut Tethys. Kerabat terdekat Proboscidea yang masih hidup adalah sirenia (dugong dan manatee) dan hyrax (ordo mamalia herbivora kecil). Famili Elephantidae ada sejak enam juta tahun yang lalu di Afrika, dan mencakup gajah yang masih hidup dan mamut. Di antara banyak kelompok yang sekarang punah, mastodon (Mammut) hanyalah kerabat jauh, dan bagian dari famili Mammutidae yang berbeda, yang terpisah sejak 25 juta tahun sebelum Mamut berevolusi. Gajah Asia (Elephas maximus) adalah kerabat terdekat mamut yang masih ada hingga saat ini.

Baca Juga  Berapa Lama Gajah Hamil?

Karena banyak sisa-sisa dari setiap spesies mammoth diketahui dari beberapa lokasi, merekonstruksi sejarah evolusi genus tersebut dimungkinkan melalui studi morfologi. Spesies mammoth dapat diidentifikasi dari jumlah tonjolan enamel (atau pelat lamelar) pada gerahamnya; spesies mamut yang lebih primitif memiliki sedikit tonjolan, dan jumlahnya meningkat secara bertahap saat spesies baru berevolusi untuk memakan makanan yang lebih abrasif. Mahkota gigi menjadi lebih tinggi dan tengkorak menjadi lebih tinggi untuk mengakomodasi ini. Pada saat yang sama, tengkorak menjadi lebih pendek dari depan ke belakang untuk mengurangi berat kepala. Tengkorak mamutberbulu dan Kolombia yang pendek dan tinggi adalah puncak dari proses ini.

Anggota pertama genus Mammuthus yang diketahui adalah spesies dari Afrika yaitu Mammuthus subplanifrons dari kala Pliosen, dan Mammuthus africanavus dari Pleistosen. Mammuthus subplanifrons dianggap sebagai nenek moyang bagi spesies-spesies mamut selanjutnya. Mamut memasuki Eropa sekitar 3 juta tahun yang lalu. Mamut Eropa paling awal diberi nama Mammuthus rumanus; ia menyebar ke seluruh Eropa dan Tiongkok. Eksistensi dari spesies ini hanya dapat diketahui dari peninggalan gerahamnya saja, yang menunjukkan bahwa ia memiliki 8–10 tonjolan enamel.

Suatu populasi dari Mammuthus rumanus berevolusi dengan 12–14 tonjolan enamel, memisahkan diri dari dan menggantikan tipe sebelumnya, menjadi Mammuthus meridionalis yang muncul sekitar 2,0–1,7 juta tahun yang lalu. Pada gilirannya, spesies ini digantikan oleh mammoth stepa (Mammuthus trogontherii) dengan 18–20 tonjolan enamel, yang berevolusi di Asia timur sekitar 2,0–1,5 juta tahun yang lalu. Mamut Kolombia berevolusi dari populasi Mammuthus trogontherii yang telah menyeberangi Selat Bering dan memasuki Amerika Utara sekitar 1,5-1,3 juta tahun yang lalu; mamut ini memiliki jumlah tonjolan geraham yang sama.

Mamut yang berasal dari Mammuthus trogontherii mengembangkan geraham dengan 26 tonjolan dan hidup sekitar 400.000 tahun yang lalu di Siberia dan menjadi mamut berbulu (Mammuthus primigenius). Mamut berbulu ini mulai memasuki daerah Amerika Utara sekitar 100.000 tahun yang lalu.

Populasi mamut Kolombia yang hidup antara 80.000 dan 13.000 tahun yang lalu di Kepulauan Channel California, 10 km (6,2 mil) dari daratan utama, berevolusi menjadi kurang dari setengah ukuran mamut Kolombia daratan. Oleh karena itu, mereka dianggap sebagai spesies yang berbeda dan dikenal dengan Mammuthus exilis, mamut kerdil (atau subspesies, Mammuthus columbi exilis). Mamut ini mungkin mencapai pulau-pulau dengan berenang di sana ketika permukaan laut lebih rendah, dan ukurannya berkurang karena terbatasnya makanan yang disediakan oleh wilayah pulau yang kecil. Tulang-tulang spesimen yang lebih besar juga telah ditemukan di pulau-pulau tersebut, tetapi apakah ini merupakan tahap dalam proses pengerdilan, atau kedatangan mamut Kolombia selanjutnya hingga kini tidak banyak diketahui.

Habitat Mamut Kolombia

Mammoth Kolombia menghuni sebagian besar wilayah Amerika Utara, mulai dari Kanada selatan hingga Amerika Tengah (di mana sebagian besar terbatas pada sekitar pantai Pasifik), dengan catatan paling selatan berada di Kosta Rika utara. Lingkungan di daerah-daerah ini mungkin memiliki habitat yang lebih bervariasi daripada yang dihuni oleh mamut berbulu di utara. Beberapa daerah ditutupi oleh rumput, tanaman herba, pohon, dan semak; komposisi mereka bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, dan termasuk habitat padang rumput, sabana, dan taman aspen. Daerah berhutan juga terjadi; meskipun mamut tidak begitu menyukai hutan, namunpembukaan lahan di dalamnya dapat menyediakan rumput dan tumbuhan bagi hewan-hewan tersebut.

Baca Juga  Palaeoloxodon: Gajah Purba dari Masa Pleistosen

Mamut Kolombia berbagi habitatnya dengan mamalia Pleistosen lain yang kini telah punah seperti Glyptotherium, Smilodon, kungkang tanah, Camelops, mastodon, kuda, dan bison. Mamut ini tidak hidup di Arktik Kanada atau Alaska, yang dihuni oleh mamut berbulu. Fosil mamut berbulu dan mamut Kolombia telah ditemukan di tempat yang sama di beberapa wilayah Amerika Utara. Tidak diketahui apakah kedua spesies tersebut hidup di sana secara bersamaan, atau apakah mamut berbulu memasuki wilayah selatan saat populasi mamut Kolombia tidak ada. Kedatangan mamut Kolombia di Amerika Utara diperkirakan mengakibatkan kepunahan gomphothere Stegomastodon sekitar 1,2 juta tahun yang lalu, sebagai akibat dari persaingan dengan mamut Kolombia yang memiliki ukuran lebih besar.

Kepunahan

Mamut Kolombia dan mamut berbulu sama-sama menghilang dari daratan Amerika Utara pada akhir Pleistosen. Dugaan kepunahan kedua spesies ini disebabkan tidak ada sisa-sisa dari makhluk hidup ini pada masa Holosen. Kepunahan mereka tentu saja bersamaan dengan kepunahan sebagian besar megafauna lain pada masa Pleistosen akhir di Amerika Utara. Penanggalan radiokarbon terakhir yang dikalibrasi untuk mamut Kolombia berada di lokasi situs Dent di Colorado yang berasal dari 12.124–12.705 tahun yang lalu, selama permulaan fase dingin Dryas Muda (12.900–11.700 tahun yang lalu) dan budaya Clovis (13.200–12.800 tahun yang lalu). Penanggalan terkalibrasi yang lebih muda dibandingkan dengan sebagian besar spesies lain yang punah pada masa Pleistosen akhir menunjukkan bahwa ia adalah salah satu megafauna Amerika Utara terakhir yang punah.

mamut kolombia, mammuthus columbi

Di antara sisa-sisa mamut Kolombia yang paling baru telah diberi penanggalan sekitar 10.900 tahun yang lalu dan sebenarnya mungkin lebih tua. Kepunahan ini merupakan bagian dari kepunahan Pleistosen Akhir di Amerika Utara, yang bertepatan dengan budaya Clovis dan Dryas Muda. Para ilmuwan hingga saat ini tidak dapat meyakini secara pasti apakah kepunahan ini terjadi secara tiba-tiba atau suatu kepunahan yang terjadi secara bertahap. Namun, faktanya selama periode Holosen ini, sekitar 40 spesies mamalia menghilang dari Amerika Utara, hampir semuanya berbobot lebih dari 40 kg (88 pon); kepunahan mamut tidak dapat dijelaskan secara terpisah.

Mengenai kepunahan mamut Kolombia ini, para ilmuwan berbeda pendapat mengenai apakah perubahan iklim, perburuan, atau gabungan keduanya, yang menyebabkan kepunahan mamut Kolombia. Menurut hipotesis perubahan iklim, cuaca yang lebih hangat menyebabkan menyusutnya habitat yang cocok untuk mamut Kolombia, yang berubah dari taman menjadi hutan, padang rumput, dan semigurun, dengan vegetasi yang kurang beragam. Hipotesis lainnya “Hipotesis pembunuhan berlebihan” mengaitkan kepunahan dengan perburuan oleh manusia, sebuah ide yang pertama kali diajukan oleh Paul S. Martin pada tahun 1967; penelitian yang lebih baru tentang hipotesis ini ternyata memiliki kesimpulan yang bervariasi.

Baca Juga  Mammuthus Meridionalis: Penjelajah Benua Eurasia (2,5 Juta - 800.000 Tahun Yang Lalu)

Sebuah studi tahun 2002 menyimpulkan bahwa catatan arkeologi tidak mendukung “hipotesis pembunuhan berlebihan”, mengingat hanya 14 situs Clovis (12 dengan sisa-sisa mammoth dan dua dengan sisa-sisa mastodon) dari 76 sampel yang diperiksa memberikan bukti kuat perburuan. Sebaliknya, sebuah studi tahun 2007 menemukan bahwa catatan situs Clovis menunjukkan frekuensi tertinggi eksploitasi ordo proboscidea untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan akhirnya arekologi mendukung “hipotesis pembunuhan berlebihan”.

Sebuah studi tahun 2019 yang menggunakan model matematika untuk mensimulasikan korelasi antara migrasi manusia dan mammoth Kolombia juga mendukung “hipotesis pembunuhan berlebihan”. Apa pun penyebab kepunahan sebenarnya, mamalia besar umumnya lebih rentan terhadap tekanan perburuan daripada yang lebih kecil karena ukuran populasi mereka yang lebih kecil dan tingkat reproduksi yang rendah. Di sisi lain, mamalia besar umumnya kurang rentan terhadap tekanan iklim karena mereka memiliki lebih banyak simpanan lemak dan dapat bermigrasi jarak jauh untuk menghindari kekurangan makanan. Sehinnga dengan kenyataan ini sebagian besar kepunahan pada ordo proboscidea dalam hal ini termasuk mamut Kolombia disebabkan oleh adanya perburuan.

Daftar Bacaan

  • Patterson, D. B.; Mead, A. J.; Bahn, R. A. (2012). “New skeletal remains of Mammuthus columbi from Glynn County, Georgia with notes on their historical and paleoecological significance”. Southeastern Naturalist. 11 (2): 163–172. doi:10.1656/058.011.0201. S2CID 83716210.
  • Osborn, H. F. (1942). Percy, M. R. (ed.). Proboscidea: A monograph of the discovery, evolution, migration and extinction of the mastodonts and elephants of the world. Vol. 2. New York: J. Pierpont Morgan Fund. pp. 935–1115.
  • Maglio, V. J. (1973). “Origin and evolution of the Elephantidae”. Transactions of the American Philosophical Society. 63 (3): 1–149.
  • Lister, A. M.; Sher, A. V.; Van Essen, H.; Wei, G. (2005). “The pattern and process of mammoth evolution in Eurasia”. Quaternary International. 126–128: 49–64.
  • Ferretti, M. P. (2003). “Structure and evolution of mammoth molar enamel”. Acta Palaeontologica Polonica. 3. 48: 383–396.
  • Enk, J.; Devault, A.; Debruyne, R.; King, C. E.; Treangen, T.; O’Rourke, D.; Salzberg, S. L.; Fisher, D.; MacPhee, R.; Poinar, H. (2011). “Complete Columbian mammoth mitogenome suggests interbreeding with woolly mammoths”. Genome Biology. 12 (5): R51.
  • Milius, S. (2011). “Life: DNA: Mammoths may have mixed: Supposedly separate types may really have been one”. Science News. 180 (12): 13.
  • Kurten, B.; Anderson, E. (1980). Pleistocene Mammals of North America. New York: Columbia University Press. pp. 348–354. ISBN 978-0-231-03733-4.
  • Pastino, Blake de (September 3, 2014). “First Columbian mammoth with hair discovered on California farm”. Western Digs. Archived from the original on November 28, 2022. Retrieved March 28, 2020.
  • Forest, C. E.; Wolfe, J. A.; Molnar, P.; Emanuel, K. A. (1999). “Paleoaltimetry incorporating atmospheric physics and botanical estimates of paleoclimate”. Geological Society of America Bulletin. 111 (4): 497–511.
  • Gold, D. A.; Robinson, J.; Farrell, A. B.; Harris, J. M.; Thalmann, O.; Jacobs, D. K. (2014). “Attempted DNA extraction from a Rancho La Brea Columbian mammoth (Mammuthus columbi): Prospects for ancient DNA from asphalt deposits”. Ecology and Evolution. 4 (4): 329–336.
  • Connie Barlow (2001). “Anachronistic Fruits and the Ghosts Who Haunt Them”. Harvard University Arboretum.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca