Nagajayawarman (640-666)

Nagajayawarman adalah Raja Kerajaan Tarumanegara yang kesebelas yang dilantik pada tahun 640 M. Nagajayawarman menduduki takhta Kerajaan Tarumanegara setelah berhasil menggantikan Sang Dewamurti atau Raja Hariwangsawarman yang hanya berkuasa selama satu tahun. Nagajayawarman sebenarnya adalah seorang raja dari Kerajaan Cupunagara yang menikahi saudara perempuan Hariwangsawarman yang bernama Dewi Mahasari. Asal-usul Nagajayawarman yang berasal dari Kerajaan Cupunagara diketahui dari gelar yang diperolehnya ketika dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Tarumanegara yaitu Sri Maharaja Nagajayawarman Darmasatya Cupujayasatru.

Masa Pemerintahan Nagajayawarman

Hariwangsawarman berhasil digantikan oleh Nagajayawarman sebagai penguasa Kerajaan Tarumanegara. Meskipun hingga saat ini tidak diketahui penyebab digantinya penguasa Kerajaan Tarumanegara dari tangan Hariwangsawarman ke tangan Nagajayawarman. Hal yang memungkinkan adalah telah terjadinya kudeta takhta raja Kerajaan Tarumanegara oleh Nagajayawarman yang mendapatkan dukungan dari istrinya, Dewi Mahasari yang sekaligus juga saudara perempuan dari Hariwangsawarman.

Kudeta itu nampaknya benar-benar terjadi disebabkan tidak adanya pula informasi yang berkaitan dengan keluarga dari Hariwangsawarman, baik istri maupun anak-anaknya. Selain itu, mengenai status hubungan antara istri Nagajayawarman dengan Hariwangsawarman yang meskipun berstatus sebagai saudara, kemungkinan istri Nagajayawarman adalah anak tertua dari Raja Sudawarman. Dengan demikian, Nagajayawarman merasa bahwa istrinya yang lebih berhak atas takhta Kerajaan Tarumanegara, dibandingkan dengan Hariwangsawarman.

nagajayawarman

Selain persoalan masalah siapa penerus takhta yang sah dari Kerajaan Tarumanegara, Nagajayawarman yang melihat situasi dan kondisi politik di Kerajaan Tarumanegara yang telah melemah. Melemahnya kekuatan Kerajaan Tarumanegara dibuktikan dengan banyaknya kerajaan-kerajaan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara yang telah memerdekakan diri. Hal ini menjadi kesempatan bagi Nagajayawarman agar Kerajaan Cupunagara memerdekakan diri sebagai bawahan Kerajaan Tarumanegara.

Dengan berhasilnya direbut takhta Kerajaan Tarumanegara ke tangan Nagajayawarman, secara pengaruh Kerajaan Tarumanegara menjadi bagian dari Kerajaan Cupunagara dengan ditandai berkuasanya Raja Kerajaan Cupunagara, Nagajayawarman di takhta Kerajaan Tarumanegara. Meskipun nampaknya, Nagajayawarman masih menjadikan Kerajaan Tarumanegara secara administratif sebagai atasan dari Kerajaan Cupunagara. Hal ini dilakukan untuk menghormati istrinya, yang memang sebagai pewaris dari Kerajaan Tarumanegara. Selain itu, Nagajayawarman pun memerintah Kerajaan Tarumanegara atas nama istrinya, Dewi Mahasari.

Baca Juga  Mulawarman: Raja Terbesar Kerajaan Kutai

Setelah dinobatkan sebagai raja di Kerajaan Tarumanegara, Nagajayawarman segera mengirimkan utusan pada tahun 640 ke berbagai negara sahabat Kerajaan Tarumanegara. Utusan-utusan itu mengabarkan kepada negara-negara sahabat yang menyatakan bahwa takhta Kerajaan Tarumanegara kini telah diperintah oleh Raja Kerajaan Cupunagara, yaitu Nagajayawarman. Dari pernikahan dengan Dewi Mahasari, Nagajayawarman memiliki beberapa orang anak yang diantaranya adalah Linggawarman. Linggawarman inilah yang kelak menggantikan Nagajayawarman sebagai raja di Kerajaan Tarumanegara.

Nagajayawarman berkuasa di Kerajaan Tarumanegara selama 26 tahun (640-666 M). Pada tahun 666 M, Raja Nagajayawarman meninggal dan digantikan oleh puteranya, Linggawarman sebagai penerus takhta Kerajaan Tarumanegara.

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Kapur, Kamlesh. 2010. History Of Ancient India (portraits Of A Nation). New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca