Partai Nasional Indonesia muncul setelah kelesuan iklim pergerakan nasional Indonesia yang menimbulkan reaksi keras Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda melarang organisasi pergerakan nasional untuk menjalankan kegiatannya. Tindakan keras yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda tidak terlepas dari pergerakan yang dilakukan oleh PKI pada tahun 1926. Nafas baru pergerakan nasional dimulai kembali ketika pada 14 Juli 1927, Sukarno dan Algemeene Studieclub memprakarsai pembentukan sebuah partai politik baru yang diberi nama Perserikatan Nasional Indonesia, dengan Soekarno sebagai ketuanya.
Latar Belakang Dibentuknya Partai Nasional Indonesia
Di Bandung pada tanggal 14 juli 1927 Perserikatan Nasional Indonesia didirikan oleh Tjokroaminoto, Sartono, Iskaq Tjokroadisurjo dan Soekarno merupakan perkembangan dari Algemeene Studie Club yang sudah berdiri sejak tahun 1925 di kota Bandung. Partai ini didirikan dan dipimpin oleh golongan terpelajar yang sudah mendapat didikan politik. Diantara para pendirinya terdapat bekas anggota Perhimpunan Indonesia.
Ir. Soekarno, tamatan Technische Hooge School (ITB) diangkat sebagai ketua. Sasaran pokok Partai Nasional Indonesia adalah mencapai kemerdekaan. Untuk itu, semangat kebangsaan perlu dipadu menjadi kekuatannasional. Caranya ialah memperdalam keinsyafan rakyat dengan mengarahkan mereka pada pergerakan yang sadar.
Dari kesadaran itu akan lahir kemauan yang satu, yakni kemauan nasional. Bila kemauan nasional sudah tersebar luas dan dihayati oleh rakyat, kemauan itu akan menjadi perbuatan nasional. Ketiga bentuk itu disebut Trilogi: nationale geest, nationale will, dan nationale daad (semangat nasional, kemauan nasional, dan perbuatan nasional).
Partai Nasional Indonesia menyatakan bahwa imperialisme Belanda telah menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mengambil bahan mentah, pasar untuk menjual hasil industrinya, dan tempat untuk menanamkan modal. Praktik yang dilakukan imperialism itu telah merusak struktur sosial, politik, dan ekonomi bangsa Indonesia.
Syarat utama memperbaiki keadaan yang rusak itu ialah adanya kemerdekaan politik yang berarti berakhirnya Pemerintahan Kolonial Hindia-Belanda. Kemerdekaan itu harus dicapai dengan persatuan Indonesia tanpa membedakan agama dan kelas. Imperialisme yang berkuasa di Indonesia adalah imperialisme internasional yang juga menguasai bangsa-bangsa lain di Asia. Oleh karena itu, usaha bangsa Indonesia melwan imperialisme harus dipersatukan dengan usaha bangsa-bangsa lain di Asia.
Partai Nasional Indonesia khususnya pimpinannya Ir. Soekarno, mengembangkan teori tentang nasionalisme. Nasionalisme yang dimaksud Soekarno bersifat anti penjajah dan anti imperealisme yang berkembang di barat berbeda dengan nasionalisme yang berkembang di Timur, termasuk Indonesia. Nasionalisme di timur lahir dari kandugan rakyat yang tertindas. Oleh karena itu, asasnya sosialisme, anti imperialism dan anti kapitalisme.
Nasionalisme Indonesia berjiwa kemanuasiaan, nasionalisme Barat berjiwa individual. Partai Nasional Indonesia berusaha memperkuat diri ke dalam dan ke luar. Pekuatan diri ke dalam dilakukan antara lain dengan mengadakan kursus-kursus dan membentuk kelompok-kelompok diskusis untuk melatih para anggota memecahkan berbagai persoalan dan meningkatkan pengetahuan mereka. Perkuatan ke luar berarti mempengaruhi kelompok lain dan rakyat banyak.
Perkembangan Organisasi
Popularitas Partai Nasional Indonesia berkembang pesat karena pengaruh Soekarno dengan pidato-pidatonya yang sangat menarik perhatian rakyat. Kewibawaan dan gaya bahasa sebagai alat bagaimana pidato-pidato Soekarno sangat ditunggu-tunggu disetiap pertemuan rapat Partai Nasional Indonesia. Soekarno menekadkan untuk mengejar Indonesia Merdeka di bawah panji-panji Merah Putih Kepala Banteng (Merah-keberanian, Putih-kebersihan hati, Kepala Banteng-percaya kepada kekuatan dan tenaga sendiri).
Usaha propaganda dilakukan dengan membentuk serikat sekerja supir ”Persatuan Motoris Indonesia”, Serikat Anak Kapal Indonesia”, Persatuan Jongos Indonesia”. Apalagi perkembangan Partai Nasional Indonesia ini mempengaruhi sebagian pegawai negeri dan anggota angkatan perang. Bagi Partai Nasional Indonesia, untuk memperoleh pergerakan rakyat yang sadar, maka perkumpulan perlu mempunyai azas yang terang dan jelas, perlu mempunyai suatu teori nasionalisme yang radikal yang dapat menimbulkan kemauan yang satu, yaitu kemauan nasional.
Bila kemauan nasional ini cukup tersebar dan masuk mendalam di hati sanubari rakyat, maka kemauan nasional ini menjadi suatu perbuatan, yaitu perbuatan nasional (nationale geest-nationale wil-nationale daad). Dan di dalam anggaran dasar PNI dicantumkan maksud dan tujuannya secara tegas, yaitu Indonesia Merdeka. Ini berarti Partai Nasional Indonesia mengambil jalan non-kooperatif dengan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda. Masa-masa awal sangat dipengaruhi oleh ideologi dan mentalitas Partai Nasional Indonesia dalam membentuk mesin birokrasi dan mengerahkan massa. Maka, disinilah arti penting PNI-Birokrasi menjadi eksis dalam percaturan politik yang terjadi Indonesia.

Melihat aktifitas politik PNI yang semakin meningkat, pemerintah Hindia Belanda memberi peringatan kepada pimpinan Partai Nasional Indonesia pada tanggal 15 Mei 1928 di sidang pembukaan “Volksraad” yang diucapkan oleh Gubernur Jenderal de Graeff untuk menahan diri. Meski ada peringatan dari Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda, Partai Nasional Indonesia tetap terus melakukan kegiatan politiknya, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan kongres yang pertama. Pada kongres yang diadakan di Surabaya, tanggal 27-30 Mei 1928, Partai Nasional Indonesia memutuskan merubah namanya menjadi “Partai Nasional Indonesia”.
Perubahan nama ini berarti meningkatnya Partai Nasional Indonesia menjadi suatu organisasi yang lebih tersusun rapi, menjadi suatu partai politik yang harus mempunyai program politik, ekonomi dan sosial yang lebih baik dan berhati-hati dalam penerimaan anggota. Sebagai anggota hanya dapat diterima orang-orang yang sadar dan aktif. Di kongres kedua yang diadakan di Jakarta tanggal 18-20 Mei 1929, ketua Partai Nasional Indonesia Soekarno memberikan pidato yang berapi-api di depan peserta kongres.
Bung Karno memantapkan kebulatan hati anggota Partai Nasional Indonesia untuk mengejar Indonesia Merdeka dibawah panji-panji “Merah-Putih-Kepala Banteng”. Merah berarti keberanian, putih kebersihan hati sedangkan kepala banteng berarti percaya pada kekuatan dan tenaga sendiri. Media Propaganda Partai Nasional Indonesia Pemerintah Hindia Belanda yang semakin hari bertambah cemas melihat pengaruh yang diperoleh Partai Nasional Indonesia dimana-mana, mulai menunjukkan tangan besi. Tujuan kongres adalah mengsahkan anggaran dasar, program azas dan rencana kerja Partai Nasional Indonesia.
Selain itu, kongres bertujuan untuk memperkenalkan diri lebih jauh kepada masyarakat dan dihadiri oleh wakil- wakil organisasi pergerakan. Kongres telah memilih Ir. Soekarno sebagai ketua Pengurus Besar Partai Nasional Indonesia dan Mr. Sartono sebagai bendahara. Pengaruh Partai Nasional Indonesia dalam usaha mempersatukan seluruh kekuatan Indonesia dan persatuan Indonesia tidak hanya dalam organisasi-organisasi politik tetapi juga dalam gerakan pemuda.
Dalam Kongres Pemuda Indonesia keduadi Jakarta tanggal 26-27 oktober 1928 kelihatan pengaruh tersebut . Dan pada penutupan kongres 28 oktober diucapkan Sumpah Pemuda yang terkenal itu. Dalam tahun 1930 hampir semua perkumpulan pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia muda.
Pada organisasi-organisasi putri pun kelihatan kecenderungan untuk bersatu ini. Dalam Kongres Wanita Indonesia yang pertama, pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta yang dihadiri oleh sejumlah organisasi wanita yang berpengaruh waktu itu , dapatlah dihasilkan suatu organisasi persatuan wanita yang berbentuk federasi. Namanya ialah Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI),dan dalam Kongres kedua tanggal 28-31Desember 1930 namanya dirubah menjadi Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia (PPPI).
Ada dua macam tindakan yang dilakukan oleh Partai Nasional Indonesia untuk memperkuat diri dan pengaruhnya didalam masyarakat , yaitu: ke dalam, mengadakan usaha- usaha terhadap dan untuk lingkungan sendiri, yaitu mengadakan kursus- kursus , mendirikan sekolah-sekolah , bank- bank dan sebagainya; keluar memperkuatkan publik opini terhadap tujuan Partai Nasional Indonesia, antara lain melalui rapat- rapat umum dan menerbitkan surat kabar- surat kabar Banteng Periangan (di Bandung) dan Persatoean Indonesia (di Jakarta).
Kegiatan Partai Nasional Indonesia yang dengan cepat dapat menarik masa itu, sangat mencemaskan pemerintah colonial. Gubernur jendral pada waktu pembukaan sidang volksraad tanggal 15 mei 1928 mengharapkan kesadaran rakyat terhadap nasionalisme yang extrim. Dikemukakan juga bahwa sikap non-cooperation (yang dijalankan Partai Nasional Indonesia) bersifat perumusan terhadap pemerintah.
Walaupun ada peringatan halu itu, cabang-cabang Partai Nasional Indonesia tumbuh diseluruh Indonesia. Tujuh cabang pertama ialah di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Pekalongan dan Palembang. Empat calon cabang ialah Air-itam, (dekat Palembang) Cirebon, Parut dan Semarang. Disamping itu juga ada beberapa kring (anggota pengurus belum lengkap) di Surakarta, Makassar, (ujung pandang), Buol dan banyuwangi.
Hingga akhir tahun 1929 kandidat anggota Partai Nasional Indonesia berjumlah kira-kira 10.000 orang diantaranya 6000 orang didaerah periangan. Pada tanggal 18 -20 mei 1929 diadakanlah kongres Partai Nasional Indonesia yang kedua dijakarta. Disamping memilih kembali pengurus PB-Partai Nasional Indonesia yang lama juga telah diambil keputusan:
- Bidang ekonomi/sosial
Menyokong perkembangan Bank nasional Indonesia,mendirikan koprasi-koprasi, studiefonds, dan fonds korban, atau partijfonds (untuk anggota-anggota yang kena tindakan pengamanan pemerintah), dan serikat-serikat sekerja, mendirikan sekolah-sekolah dan rumah sakit-rumah sakit.
- Bidang politik
Mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia (PI) dinegri belanda dan menunjuk PI sebagai wakil PPPKI di luar negeri. Sesuatu yang menarik juga dalam kongres ini ialah disinggungnya masalah trasmigrasi untuk mengatasi kemelaratan rakyat (terutama didaerah yang berpenduduk padat).
Semenjak kongres kedua ini kegiatan Partai Nasional Indonesia makin meningkat,terutama untuk usaha konsolidasi kekuatan. Kepada anggota-anggota diadakan kursus-kursus yang terbagi atas dua:
- Kursus pimpinan, biasa diikuti oleh 10-12 orang. Hanya diadakan dibandung, dan guru-gurunya adalah Ir.soekarno. Mr. Isqak Tjokrohadisoerjo, Mr. Ali Sastroamidjojo dan Manadi;
- Kursus biasa didaerah-daerah yang diadakan oleh cursus commissie dimana pelajaran diberikan secara sederhana dan mudah dimengerti.Semua pengikut kursus ini kemudian diuji dan bila lulus barulah mereka diterima menjadi anggota. Disamping itu diadakan klub-klub diskusi yang melatih anggota-anggota memecahkan persoalan-persoalan dan meningkatkan kemampuan pengetahuan anggota.
Jelas bahwa cara-cara yang dilakukan Partai Nasional Indonesia ini telah memperkuat posisi dan pengaruh Partai Nasional Indonesia dikalangan masyarakat.Sukses yang dicapai ini dalam waktu yang singkat berkat filsafat PNI yaitu; marhaenisme. Kemudian marhaenisme ditafsirkan sebagai marxisme yang diterapkan sesuai dengan kondisi-kondisi dan situasi Indonesia.
Bila dibandingkan dengan jumlah anggota Sarekat Islam, anggota Partai Nasional Indonesia sampai bulan desember 1929 hanya lebih kuraang 10.000 orang. tetapi pengaruh Ir soekarno sebagai pemimpin Partai Nasional Indonesia dan pemimpin Indonesia telah meluas dan meresap diseluruh Indonesia dan didalam seluruh lapisan masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh Partai Nasional Indonesia dalam usahanya membawa rakyat untuk memperoleh kemerdekaan telah menguatirkan orang-orsng reaksioner belanda diindonesia,yang kemudian membentuk suatu organisasi bernama vaderlandsche club tahun 1929 , yang mendesak pemerintah agar segera mengambil tindakan tegas terhadap Partai Nasional Indonesia.
Bubarnya Partai Nasional Indonesia
Pemerintah Hindia Belanda yang semakin hari bertambah cemas melihat pengaruh yang diperoleh Partai Nasional Indonesia dimana-mana, mulai menunjukkan tangan besi. Walaupun mereka bertindak masih dalam batas kewajaran. Tetapi, Soekarno yang menulis berbagai tulisan yang menyerang Belanda. Soeloeh Indonesia Moeda, Persatoean Indonsesia dan Fikiran Ra’jat. Dari media tulis inilah Soekarno mencurahkan segala ide tentang nasionalisme, anti imperialisme, dan antikolonialisme hingga ide yang di gandrunginya, sosialisme.
Tujuan Seokarno menulis di media tersebut adalah untuk memompa semagat nasionalisme dikalangan rakyat untuk menentang imperialisme dan kolonialisme di Tanah air. Kaum Marhaen di Fikiran Ra’jat dicirikan sebagai masyarakat miskin, buruh terbodohkan dan terjajah, mereka adalah masyarakat yang harus bangkit dari keterpurukannya untuk lahir kembali sebagai manusia yang merdeka di tanahnya sendiri.
Sehingga pada 15 mei 1928 dalam rapat dewan rakyat, pemerintah memberikan peringatan kepada ketua Partai Nasional Indonesia agar menahan diri dalam ucapan dan propagandanya. Para pemimpin Partai Nasional Indonesia tidak menghiraukan hal tersebut dan keluarlah peringatan kedua dari pemerintah pada bulan juli 1929.
Pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi bahwa Partai Nasional Indonesia akan mengadakan pemberontakan pada awal tahun 1930. Sehingga Bung Karno dan Gatot Mangkoepraja, setelah selesai menghadiri kongres PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangasaan Indonesa) yang kedua di Solo pada tanggal 29 Desember 1929 ditangkap pemerintah Hindia Belanda. Kemudian mereka dibawa ke Bandung dengan penjagaan yang ketat kemudian ditempatkan di penjara Sukamiskin.
Begitu pula dengan beberapa pimpinan teras Partai Nasional Indonesia lainnya. Setelah itu mereka diadili di pengadilan landraad pada 18 Agustus 1930 di bandung. Tuduhan yang dikenakan pemerintah Hindia Belanda adalah mereka dituduh menggangu keamanan dalam negeri dan hendak melakukkan pemberontakan dan juga tentang menyiarkan kabar dusta untuk mengangu ketertiban umum.
Keputusan landraad di Bandung yang menghukum Ir.soekarno 4 tahun penjara, Gatot Mangkuprojo 2 tahun, Maskun 1 tahun 8 bulan, dan Supriadinata 1 tahun 3 bulan. Pengadilan menjatuhkan hukuman berdasarkan pasal 153 dan 169 KUHP. Keputusan itu ditetapkan oleh Raad van justitie pada 17 April 1931.
Hukuman terhadap pemimpin Partai Nasional Indonesia ini juga mengandung pengertian bahwa barang siapa melakukan tindakan seperti pemimpin maka itu dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dijatuhi hukuman. Jadi anggota yang masih meneruskan jejak dan langkah Partai Nasional Indonesia ada dalam bahaya. Oleh karena itu atas pertimbangan ini khususnya dari segi keselamatan maka pengurus besar Partai Nasional Indonesia memutuskan pembubaran Partai Nasional Indonesia pada Februari 1931 di Jakarta. Biarpun Partai Nasional Indonesia itu masih muda, tetapi pengaruhnya amatlah besar daripada pengaruh organisasi-organisasi lain.
Daftar Bacaan
- Kartodirjo, Sartono. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru II: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: Gramedia.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto. 2010. Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman Kebangkitan Nasional dan Masa Hindia-Belanda. Jakarta: Balai Pustaka
- Ricklefs, M. C. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200- 2004. Jakarta: Serambi.