Sumber-Sumber Sejarah
Sumber-Sumber Sejarah – Sebagai peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, Sejarah dapat diungkap kembali oleh para sejarawan maupun penulis sejarah melalui sumber-sumber sejarah yang dapat ditemukan atau yang ditinggalkan oleh peristiwa di masa lampau. Meskipun demikian, tidaklah semua peristiwa yang terjadi di masa lampau dapat diungkapkan dan deskripsikan secara lengkap dan detail karena terbatasnya sumber-sumber sejarah.
Memahami sumber-sumber sejarah menjadi sangat penting di dalam tahapan penelitian sejarah terutama dalam tahapan Heuristik (mengumpulkan sumber sejarah. Di dalam sejarah, Heuristik adalah metode atau teknik penelitian yang digunakan oleh sejarawan maupun oleh penulis sejarah untuk menemukan, memahami, dan menafsirkan sejarah. Heuristik sering digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dari sumber-sumber sejarah seperti dokumen, artefak, buku, surat kabar, dan sumber-sumber lainnya yang relevan dengan topik yang sedang diteliti. Di dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai pengertian sumber-sumber sejarah beserta jenis dan contohnya.
Pengertian Sumber Sejarah
Di dalam penulisan sejarah, peranan atau keberadaan sumber sejarah menjadi sesuatu yang sangatlah penting. Sebab sumber-sumber sejarah merupakan bahan utama yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan peristiwa sejarah. Untuk memperoleh sumber-sumber sejarah itu, seseorang dapat memanfaatkan keberadaan museum, perpustakaan, arsip nasional, arsip daerah maupun situs tempat terjadinya suatu peristiwa maupun saksi atau pelaku sejarah sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan peristiwa sejarah yang akan dideskripsikan, diteliti maupun dituliskan. Berikut ini adalah pengertian sumber sejarah menurut pendapat para ahli:
- R. Moh Ali
Sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah Indonesia sejak zaman Purba sampai sekarang. - Zidi Gozalba
Sumber sejarah adalah warisan yang berbentuk lisan, tertulis, dan visual. - Moh. Yamin
sumber-sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah.
Dapat disimpulkan bahwa sumber sejarah adalah segala warisan kebudayaan yang berbentuk lisan, tertulis, visual serta daapat digunakan untuk mencari kebenaran, baik yang terdapat di Indonesia maupun di luar wilayah Indonesia sejak zaman Pra-aksara sampai dengan masa sekarang.

Sumber sejarah adalah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Persitiwa yang terjadi dan dialami oleh manusia pada masa lalu ada yang meninggalkan jejak-jejak yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Semua itu dapat dijadikan objek yang diteliti. Objek yang diteliti itu memerlukan sumber sejarah untuk dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi di masa lalu.
Sumber-Sumber Sejarah Berdasarkan Sifatnya
Keberadaan sumber sejarah sangat penting bagi penulisan sejarah. Sejarawan dapat menghimpun fakta-fakta sejarah dari sumber sejarah yang ada. Sumber sejarah memiliki kedudukan yang amat penting untuk mengetahui informasi maupun peristiwa yang terjadi di masa lalu. Sumber-sumber sejarah dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber Sejarah Primer
Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan alat indra yang lain. Mengenai hal ini, sumber primer harus dihasilkan oleh orang yang hidup pada zaman yang sama atau dokumen maupun benda yang dapat menjadi saksi dari peristiwa yang akan dikisahkan. Sumber primer harus asli dalam arti kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain. Contoh sumber primer adalah pelaku dan saksi sejarah, prasasti, dokumen pemerintah, candi yang berasal dan bersesuaian dengan zaman saat peristiwa sejarah itu terjadi.
Seorang sejarawan ataupun penulis sejarah sedapat mungkin harus menemukan sumber primer ini. Apa yang disebut sumber primer oleh sejarawan, misalnya adalah arsip-arsip dari pemerintah, yang dalam ilmu sosial disebut sebagai sumber sekunder. Hal ini terjadi karena yang dianggap sumber primer dalam penelitian ilmu sosialah ialah wawancara langsung kepada responden. Adapun di dalam ilmu sejarah, sumber sekunder akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
Sumber Sejarah Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber berisikan informasi yang tidak langsung atau bukan dari pelaku maupun saksi sejarah. Perlu diketahui bahwa sumber sekunder memiliki nilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan sumber primer. Contoh dari sumber sekunder adalah informasi yang disampaikan baik oleh penulis sejarah maupun sejarawan baik melalui sebuah artikel, buku maupun surat kabar.
Fungsi Sumber Sejarah
Di dalam melakukan penelitian sejarah, seorang penulis sejarah maupun sejarawan harus mengutamakan terlebih dahulu keberadaan sumber-sumber sejarah sebagai bahan di dalam penulisan atau dalam mengkisahkan suatu peristiwa sejarah. Seorang penulis sejarah maupun sejarawan haruslah terlebih dahulu mengutamakan sumber primer sebagai rujukannya. Sedangkan sumber sekunder dapat digunakan sebagai pendukung penjelasan ataupun keterangan yang diberikan dari sumber primer. Penggunaan sumber sekunder dibatasi oleh tujuan berikut ini:
- Digunakan dalam rangka memperoleh bahan bacaan yang menjadi acuan untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh bahan bacaan yang relevan dengan topik yang sedang diteliti;
- Digunakan dalam rangka memperoleh interpretasi orang lain atas topik yang sama dengan yang sedang diteliti. Akan tetapi interpretasi tersebut bukan untuk diikuti secara membabi buta, melainkan untuk diuji ulang dan diluruskan melalui karya yang sedang dikerjakan;
- Digunakan dalam rangka memperoleh petikan sumber primer. Akan tetapi dalam penggunaan selanjutnya, petikan tersebut haruslah dicek dalam sumber aslinya;
- Digunakan dalam rangka memperoleh latar belakang yang memadai tentang sebuah topik agar peneliti mempunyai bekal pengetahuan tentang peristiwa yang sedang dikajinya.
Sumber-Sumber Sejarah Menurut Jenisnya
Ditinjau dari jenisnya, sumber-sumber sejarah dibagi menjadi tiga yaitu, sumber sejarah tertulis, artefak dan sumber sejarah lisan. Di bawah ini akan dideskripsikan tentang sumber-sumber sejarah menurut jenisnya.
Sumber Sejarah Tertulis
Sumber sejarah tertulis adalah sumber sejarah yang diperoleh dari peninggalan-peninggalan tertulis yang terjadi di masa lalu. Contoh dari sumber tertulis antara lain notulensi, buku, catatan, arsip, dokumen, dan surat kabar. Sumber tertulis lainnya adalah prasasti sebagai sumber sejarah kuno. Prasasti biasanya ditulis pada batu ataupun lempengan logam dengan tujuan pembuatannya sebagai penanda tindakan-tindakan raja-raja.
Setelah seorang peneliti sejarah maupun sejarawan telah menentukan subject matter yang akan ditulis maka ia harus mencari sumber berupa dokumen tertulis yang berkaitan dengan subjek yang hendak ia teliti. Sebagai contoh, apabila seorang penulis sejarah telah menjadikan topik kelompok masyarakat pedagang di Surakarta pada periode tahun 1870-1900. Maka sudah tentu ia harus memulai tahun 1870 sebagai tahun permulaan dan diakhiri pada tahun 1900 sehingga ia dapat melihat perubahan yang terjadi sepanjang periode waktu tersebut. Dengan harapan inilah seorang penulis sejarah dapat mulai mencari sumber sejarah.
Sumber sejarah tertulis atau kadang disebut juga kadang dengan dokumen tertulis dapat berupa surat-menyurat, notulen rapat, kontrak kerja, bon-bon, kwitansi dan sebagainya. Surat-surat dapat berupa surat pribadi, surat dinas kepada pribadi dan sebaliknya., serta surat antar-dinas. Surat semacam itu dapat ditemukan di lemari pribadi atau dinas. Notulen rapat dinas dapat ditemukan di kantor, dan notulen rapat ormas dapat ditemukan di kantor ormas.
Di dalam beberapa kenyataan, seringkali juga dijumpai tentang pemusnahan dokumen, baik oleh dinas maupun ormas, sebelum seorang sejarawan maupun penulis sejarah menyentuhnya. Sehingga dengan kejadian ini hanya dapat menyayangkan, namun tidak dapat berbuat apa-apa. Hal serupa pun juga terjadi dengan dokumen lainnya seperti bon-bon, kontrak kerja, kwitansi di tempat pribadi, dinas maupun sebuah perusahaan. Dengan musnahnya dokumen itu maka seorang penulis sejarah maupun sejarawan hanya dapat bergantung kepada artifact, sumber lisan maupun sumber kuantitatif.
Beberapa contoh lainnya tentang dokumen tertulis misalkan prasasti (inskripsi), tulisan paku pada tanah liat yang ditemukan di Mesopotamia, tulisan hierogliph pada papirus di Mesir dan catatan tahunan (annals), kronik (catatan peristiwa menurut urutan waktu), catatan harian, kalender, genealogi, surat, memoir, autobiografi. Sebagian terbesar sejarah berasal dari catatan-catatan tertulis ini yang disampaikan kepada generasi kemudian mengenai kesaksian orang-orang yang telah memainkan peranan penting dalam membuat kejadian-kejadian pada masa lalu.
Artefak
Artefak yang diidentikkan dengan peninggalan-peninggalan (relics, remains) adalah bukti-bukti (evidensi-evidensi) dari kehidupan masyarakat manusia yang dapat dipegang. Sebagai produk (artifak) dari kebutuhan-kebutuhan hidup manusia sehari-hari maka ragamnya tentu sangat banyak. Tetapi, artifak ini tidak dibuat dengan maksud untuk menginformasikan kegiatan-kegiatan manusia kepada generasi yang akan datang. Menyampaikan informasi sejarah bukanlah tujuan utama dari peninggalan-peninggalan itu. Jika ada yang masih tertinggal hingga saat ini, tentu itu karena kebetulan saja, tidak disengaja. Tetapi sisa-sisa yang tertinggal itu dapat mengungkapkan kehidupan masyarakat pada umumnya.
Alat-alat rumah tangga, perkakas dapur, pecahan keramik, senjata-senjata yang digunakan oleh manusia untuk berburu yang terbuat dari batu, perunggu, atau besi, senjata api, pakaian, porselin, bangunan-bangunan berupa benteng, istana, makam, tempat peribadatan seperti candi, masjid, kuil ataupun gereja adalah beberapa contohnya. Sumber-sumber sejarah yang telah disebutkan itulah yang merupakan klasifikasi dari sumber berupa artefak. Semua sumber-sumber sejarah berupa artefak ini dapat menceritakan banyak sekali tentang kehidupan sosial, ekonomi, agama, dan kebudayaan serta peradaban manusia. Biasanya peninggalan-peninggalan ini untuk ukuran tertentu, dikumpulkan dan dipajangkan dalam museum yang dapat dikunjungi. Dari inilah orang dapat belajar sesuatu tentang kehidupan sosial budaya suatu masyarakat atau bangsa tertentu.
Untuk penelitian sejarah kuno, para penulis sejarah sebagian besar harus bergantung kepada hasil-hasil ekspedisi dan ekskavasi yang dilakukan oleh para arkeologi didalam mendapatkan sumber-sumber sejarah. Penafsiran para ahli arekologi tentang peninggalan-peninggalan tertentu sangatlah dibutuhkan oleh para sejarawan. Rahasia dari peradaban-peradaban kuno berupa makam-makam Firaun, piramida, kuil, obelisk, sphinx dari lembah Sungai Nil atau ekskavasi di Mesopotamia telah menghasilkan perbendaharaan pengetahuan yang penting mengenai peradaban manusia di lembah Sungai Eufrat dan Sungai Tigris berkat bantuan para ahli arkeologi.
Artefak berupa foto apabila diambil dari kasus subjek masyarakat pedagang tentu sangat mungkin dimiliki oleh mereka yang termasuk ke dalam masyarakat keluarga pedagang. Foto dari setiap generasi akan dapat menunjukkan perubahan sosial antar-keluarga dan antar-generasi. Latar belakang foto-kalau foto diambil dirumah akan menunjukkan gaya hidup setiap keluarga. Demikian juga data lain tentang perabot rumah, pakaian, kendaraan, klangenan (kesenangan, kegemaran, hobi) mungkin juga dapat terlihat dari adanya foto.
Sedangkan kemungkinan besar yang masih tersisa adalah berupa bangunan. Sedapat mungkin temukan bangunan yang masih asli, meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga bangunan baru yang dibangun oleh setiap generasi begitu juga dengan renovasi. Perubahan pada bangunan tentu pasti terjadi, sebab tidak dapat diharapkan semuanya (generasi dari keluarga pedagang) terlibat dalam bidang bisnis. Perubahan fungsi bangunan akan mengikuti profesi mereka. Pengusaha batik pasti punya tempat untuk jemuran, alat-alat pembatik, seperti cap dan canting, tempat-tempat pencelupan, dan toko tempat menjajakan hasil karya mereka.
Sumber Sejarah Lisan
Sumber sejarah lisan adalah keterangan langsung dari pelaku atau saksi sejarah dari suatu peristiwa sejarah. Semisal adalah keterangan dari seorang pejuang kemerdekaan terhadap peristiwa pada masa revolusi fisik yang terjadi sepanjang 1945-1950 dapat digunakan sebagai sumber dari penulisan sejarah. Atau keterangan dari orang yang menyaksikan rentetan peristiwa sepanjang revolusi fisik tahun 1945-1950 juga dapat digunakan sebagai sumber penulisan sejarah. Sumber lisan sendiri terbagi menjadi dua yaitu tradisi lisan dan sejarah lisan, berikut inilah perbedaan keduanya;
Tradisi Lisan
Tradisi lisan adalah cerita yang hidup dalam kelompok masyarakat tertentu yang disampaikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Di negara-negara industri maju, tradisi lisan ini dapat dikatakan telah lenyap, tetapi di negara-negara berkembang di mana melek huruf belum dapat menggantikan sama sekali budaya lisan, tradisi ini masih dapat bertahan hidup.
Sejarah Lisan
Sejarah lisan atau kadang dipahami juga dengan ingatan lisan adalah kenangan seorang pelaku atau saksi sejarah melalui proses wawancara. Pelaku atau saksi dapat menyampaikan pengalaman atau kesaksiannya atas suatu peristwa di masa lalu. Jika pelaku menyampaikan pengalamannya secara lisan disebut dengan sumber lisan, tetapi jika ia menyampaikan pengalaman atau keterangannya secara tertulis maka disebut dengan sumber tertulis. Seorang veteran perang pada masa Kemerdekaan Indonesia atau diplomat aktif dalam perundingan Indonesia-Belanda, keterangannya merupakan produk dari sumber-sumber sejarah lisan.
Sejarah lisan ini banyak digunakan di Inggris dan negara-negara Barat lainnya terutama untuk kajian sejarah sosial sejak tahun 1960-an. Akan tetapi, di Indonesia tidak terbatas untuk sejarah sosial saja, tetapi juga sejarah politik dan tema-tema sejarah lainnya.
Banyak orang yang masih bersikap skeptik terhadap penelitian sejarah lisan. Hanya saja meskipun sumber-sumber ini lebih lazim digunakan oleh para ahli ilmu-ilmu sosial lainnya, tetapi sebenarnya metode ini telah mempunyai sejarah yang amat tua yang digunakan oleh Heredotus, sejarawan Yunani saat menulis tentang Perang Persia. Hal ini pun juga dilakukan oleh Tuchydides ketika menulis tentang Perang Peloponnesia. Selain mereka, para sejarawan Abad Pertengahan Eropa pun juga bergantung pada kesaksian lisan (oral testimony). Meskipun sumber-sumber tertulis pun juga tumbuh pesat sejak era Renaissans dan selanjutnya, teknik tua lisan ini masih bertahan hidup di samping penelitian yang mengandalkan dokumen tertulis.
Setelah kemunculan kajian sejarah secara akademis-ilmiah yang modern pada abad ke-19 penggunaan sumber-sumber lisan seluruhnya mulai ditinggalkan atau tergeser untuk kemudian digantikan oleh tradisi Ranke (Leopold von Rake) yang menitikberatkan pada kajian-kajian dokumen tertulis yang berpusat di perpustakaan dan arsip.
Demikianlah penjelasan tentang pengertian sumber-sumber sejarah beserta jenis dan contohnya, semoga bermanfaat.
Daftar Bacaan
- Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
- Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
- Sjamsudin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.