Peran Wahidin Soedirohoesodo Kepada Organisasi Boedi Oetomo
Peran Wahidin Sudirohusodo Kepada Budi Utomo – Wahidin Sudirohusodo adalah inspirator bagi pembentukan organisasi modern pertama untuk kalangan priyayi Jawa. Ia juga lulusan STOVIA dan bekerja sebagai dokter pemerintah di Yogyakarta sampai tahun 1899. Pada tahun 1901, dia menjadi redaktur majalah Retnadoemilah, yang dicetak dalam bahasa Jawa dan Melayu untuk kalangan priyayi dan mencerminkan perhatian priyayi terhadap masalah-masalah dan status mereka.
Selain berpendidikan Barat, Wahidin Sudirohusodo adalah pemain gamelan dan wayang yang berbakat. Dia memandang bahwa dilandasi terutama oleh ilham Hindu-Buddha, mengisyaratkan bahwa sebagian penyebab kemerosotan masyarakat Jawa adalah kedatangan agama Islam, dan berusaha memperbaiki masyarakat Jawa melalui pendidikan Belanda. Wahidin Sudirohusodo kemudian berusaha untuk menghimpun beasiswa studiefond yang bertujuan untuk memberikan pendidikan Barat kepada golongan priyayi Jawa. Akan tetapi, hanya segelintir pejabat dari generasi tua dan kelas bupati yang bergairah.Â
Elit yang bersifat turun-temurun ini sebenarnya cenderung merasa takut menghadapi persaingan dari golongan priyayi rendah yang sedang tumbuh, pada tingkatan tertinggi masyarakat Jawa, hanya seorang pangeran dari garis keturunan Pakualam di Yogyakarta yang mendukungnya. Memang beberapa keturunan Pakualaman memainkan peranan penting dalam perkembangan-perkembangan baru pada masa itu.
Pada tahun 1907, Wahidin Sudirohusodo berkunjung ke STOVIA. Di sana di salah satu lembaga terpenting yang mengasilkan priyayi rendah Jawa itu, dia mendapat tanggapan yang bersemangat dari murid-murid sekolah tersebut. Diambil keputusan untuk membentuk suatu organisasi pelajar guna memajukan kepentingan-kepentingan.priiyayi-priyayi rendah pada bulan Mei 1908, diselenggarakan suatu pertemuan yang melahirkan Budi Utomo (het schoone streven).
Pada pertemuan itu dihadiri oleh perwakilan dari STOVIA dan OSVIA. Sekolah-sekolah guru dan sekolah pertanian serta kedokteran hewan, cabang-cabang Budi Utomo didirikan pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut. Pada bulan Juli 1908, Budi Utomo telah memiliki anggota mencapai 650 orang. Mereka yang bukan mahasiswa juga menggabungkan diri, sehingga pengaruh mahasiswa mulai berkurang dan organisasi tersebut tumbuh menjadi partai priyayi rendah pada umumnya.
Budi Utomo pada dasarnya tetap merupakan suatu organisasi priyayi Jawa. Organisasi ini secara resmi menetapkan bahwa bidang perhatiannya meliputi penduduk Jawa dan Madura; dengan demikian, mencerminkan kesatuan administrasi kedua pulau itu dan mencakup masyarakat Sunda dan Madura yang kebudayaannya berkaitan erat dengan Jawa. Adalah bahasa Melayu, dan bukan bahasa Jawa, yang dipilih sebagai bahasa resmi Budi Utomo.

Namun demikian, kalangan priyayi Jawa dan, sampai tingkat yang jauh lebih kecil, Sunda-lah yang menjadi pendukung inti Budi Utomo. Rasa keunggulan budaya orang Jawa cukup seing muncul untuk anggota-anggota orang Jawa dan Sunda. Budi Utomo tidak pernah memperoleh landasan rakyat yang nyata di antara kelas-kelas bawah dan mencapai jumlah keanggotaan tertinggi hanya 10000 orang pada akhir tahun 1909. Organisasi Budi Utomo ini pada dasarnya juga merupakan lembaga yang mengutamakan kebudayaan dan pendidikan dan jarang memainkan peran politik yang aktif.