Bagaimana Perbandingan Sistem Moneter Tetap dan Mengambang di Berbagai Negara?. Sistem moneter merupakan komponen penting dalam ekonomi global yang berfungsi untuk mengatur nilai tukar mata uang suatu negara. Dua jenis sistem nilai tukar yang sering digunakan oleh negara-negara di dunia adalah sistem moneter tetap (fixed exchange rate) dan sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate). Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi, perdagangan internasional, dan investasi asing.

Artikel ini akan membahas secara mendalam perbandingan antara sistem moneter tetap dan mengambang, contoh penerapannya di berbagai negara, serta dampaknya terhadap perekonomian.
Sistem Moneter Tetap
Sistem moneter tetap adalah sistem di mana nilai tukar mata uang suatu negara dipatok terhadap mata uang lain, seperti dolar AS, atau terhadap komoditas tertentu seperti emas. Pemerintah atau bank sentral berperan aktif dalam menjaga kestabilan nilai tukar dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing, baik melalui cadangan devisa maupun kebijakan moneter lainnya.
Keunggulan Sistem Moneter Tetap
Stabilitas Nilai Tukar
Nilai tukar yang tetap memberikan kepastian bagi pelaku bisnis, khususnya yang bergerak dalam perdagangan internasional. Perusahaan tidak perlu khawatir dengan fluktuasi nilai tukar yang dapat memengaruhi biaya impor dan ekspor.
Menekan Inflasi
Dalam sistem ini, nilai tukar yang dipatok dapat mencegah inflasi yang tinggi, terutama di negara-negara berkembang. Dengan mengaitkan mata uangnya pada mata uang negara yang stabil, tekanan inflasi dapat dikendalikan.
Meningkatkan Kepercayaan Investor
Investor asing cenderung lebih percaya pada negara dengan sistem moneter tetap karena risiko nilai tukar yang rendah, sehingga meningkatkan investasi langsung.
Kekurangan Sistem Moneter Tetap
Keterbatasan Kebijakan Moneter
Negara dengan sistem moneter tetap kehilangan fleksibilitas dalam menggunakan kebijakan moneter untuk mengatasi masalah domestik, seperti inflasi atau pengangguran.
Ketergantungan pada Cadangan Devisa
Sistem ini membutuhkan cadangan devisa yang besar untuk menjaga kestabilan nilai tukar. Jika cadangan devisa menipis, negara dapat mengalami krisis keuangan.
Rentan Terhadap Spekulasi
Jika pelaku pasar percaya bahwa nilai tukar tidak sesuai dengan kondisi ekonomi fundamental, mereka dapat melakukan spekulasi, yang akhirnya melemahkan mata uang negara tersebut.
Studi Kasus: Sistem Moneter di Berbagai Negara
Sistem Moneter Tetap: Contoh Arab Saudi
Arab Saudi menggunakan sistem nilai tukar tetap, di mana Riyal Saudi dipatok terhadap Dolar AS pada tingkat SAR 3,75 per USD. Sistem ini memberikan stabilitas pada perekonomian yang sangat bergantung pada ekspor minyak. Namun, saat harga minyak global menurun, beban pada cadangan devisa Arab Saudi meningkat.
Sistem Nilai Tukar Mengambang: Contoh Amerika Serikat
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat menggunakan sistem nilai tukar mengambang. Fluktuasi dolar AS sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global, tingkat suku bunga, dan kebijakan Federal Reserve. Sistem ini memberikan fleksibilitas besar dalam kebijakan moneter, tetapi juga menciptakan volatilitas yang memengaruhi perdagangan internasional.
Perubahan Sistem: Contoh Tiongkok
Tiongkok sebelumnya menggunakan sistem nilai tukar tetap dengan mematok Yuan terhadap Dolar AS. Namun, sejak 2005, Tiongkok mengadopsi sistem nilai tukar mengambang terkelola (managed float), di mana nilai tukar Yuan ditentukan oleh pasar tetapi tetap berada dalam batasan tertentu. Sistem ini memberikan keseimbangan antara stabilitas dan fleksibilitas.
Perbandingan Antara Sistem Moneter Tetap dan Mengambang
Aspek | Sistem Moneter Tetap | Sistem Nilai Tukar Mengambang |
---|---|---|
Stabilitas Nilai Tukar | Stabil | Volatilitas Tinggi |
Kebijakan Moneter | Terbatas | Fleksibel |
Cadangan Devisa | Membutuhkan dalam jumlah besar | Tidak membutuhkan cadangan besar |
Inflasi | Terkendali | Berisiko lebih tinggi |
Ketahanan terhadap Spekulasi | Rentan | Lebih tahan |
Sistem moneter tetap dan mengambang masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan yang memengaruhi stabilitas dan fleksibilitas ekonomi suatu negara. Pilihan sistem nilai tukar tergantung pada kondisi ekonomi domestik, struktur perdagangan, serta tujuan kebijakan ekonomi suatu negara.
Negara-negara berkembang cenderung memilih sistem nilai tukar tetap untuk menciptakan stabilitas dan menarik investasi asing, meskipun ini berarti mereka kehilangan fleksibilitas kebijakan moneter. Di sisi lain, negara maju yang memiliki pasar keuangan yang kuat dan stabil lebih cenderung menggunakan sistem nilai tukar mengambang.
Dalam praktiknya, banyak negara menggunakan sistem nilai tukar hybrid, seperti managed float, untuk menggabungkan manfaat dari kedua sistem tersebut. Dengan demikian, kebijakan moneter dan fiskal harus disusun secara hati-hati untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Daftar Bacaan
- Mishkin, F. S. (2019). The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. Pearson Education.
- Krugman, P., & Obstfeld, M. (2018). International Economics: Theory and Policy. Pearson Education.
- Bank Indonesia. (2023). “Sistem Nilai Tukar di Indonesia”. Retrieved from www.bi.go.id.
- International Monetary Fund (IMF). (2023). “Exchange Rate Regimes: Overview”. Retrieved from www.imf.org.
- Reinhart, C. M., & Rogoff, K. S. (2004). This Time is Different: Eight Centuries of Financial Folly. Princeton University Press.
Rekomendasi Buku

Pengantar Ekonomi Mikro & Makro

Pengantar Ekonomi Mikro Dan Makro, Edisi Revisi

Ekonomi Moneter Studi Kasus Indonesia

Teori Ekonomi Moneter Dan Temuan Empiris

Ekonomi Moneter & Kebanksentralan
