Perjanjian Galuh 739 M

Perjanjian Galuh – Berita kematian Rakeyan Tamperan/ Tamperan Barmawijaya pada tahun 739 M akhirnya sampai ke Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sanjaya. Sanjaya segera mengerahkan pasukannya untuk menuju wilayah Kerajaan Galuh dan menyelamatkan cucunya, Hariang Banga yang diketahui masih hidup. Di sisi lain, Manarah mendengar pergerakan pasukan Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sanjaya pun segera mempersiapkan seluruh pasukan Kerajaan Galuh diperbatasan antara kedua kerajaan. 

Konflik Sanjaya dan Manarah: Lahirnya Perjanjian Galuh 739 M

Di perbatasan antara Kerajaan Galuh dan Kerajaan Mataram mulai pecah pertempuran antara pasukan Manarah dengan pasukan Sanjaya. Perang ini sebenarnya adalah perang saudara yang mana keduanya adalah keturunan dari pendiri Kerajaan Galuh, Wretikandayun. Peperangan yang melibatkan kedua belah pihak terjadi hingga beberapa hari. 

Mengetahui terjadinya peperangan antara Manarah dan Sanjaya diperbatasan Kerajaan Galuh dan Kerajaan Mataram, Resiguru Demunawan yang berasal dari Kerajaan Saung Galah dan masih merupakan sesepuh Kerajaan Galuh yang masih hidup (saat peristiwa ini Resiguru Demunawan berusia 93 tahun) menuju medan pertempuran untuk menghentikan peperangan antara Manarah dan Sanjaya.

perjanjian galuh

Dengan wibawa Resiguru Demunawan, kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata dan berunding di Keraton Kerajaan Galuh. Berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yang ditengahi oleh Resiguru Demunawan menghasilkan kesepakatan yang disebut juga “Perjanjian Galuh” tahun 739 M. Isi Perjanjian Galuh yaitu;

  1. Hariang Banga menjadi raja di Kerajaan Sunda dengan gelar Prabu Kretabuana Yasawiguna Ajimulya;
  2. Manarah menjadi raja di Kerajaan Galuh dengan gelar Prabu Jayaprakosa Mandaleswara Salakabuana
  3. Demunawan berkuasa atas Kerajaan Saung Galah dan bekas Kerajaan Galunggung.

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Atja & Ekajati, E.S. 1989. Carita Parahiyangan “karya tim pimpinan pangeran wangsakerta”. Bandung: Yayasan Pembangunan Jawa Barat.
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Danasasmita, S. 1983. Sejarah Bogor. Bogor: Paguyuban Pasundan Cabang Kodya Bogor.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Iskandar, Yoseph.1997. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa).Bandung: Geger Sunten
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca