Perjanjian St. Germain 10 September 1919

Perjanjian St. Germain adalah sebuah perjanjian pasca Perang Dunia 1 yang ditandatangani pada tanggal 10 September 1919 oleh negara-negara pemenang Perang Dunia I yakni blok Sekutu dengan Republik Jerman-Austria. Perjanjian St. Germain ini layaknya seperti Perjanjian Trianon yang ditandatangani dengan Hongaria dan Perjanjian Versailles dengan Jerman, di dalam Perjanjian St. Germain ini terkandung Perjanjian Liga Bangsa-Bangsa, sehingga perjanjian ini tidak diratifikasi oleh Amerika Serikat. Namun, secara terpisah Amerika Serikat dan Austria menandatangani perjanjian perdamaian mereka sendiri pada tahun 1921.

Latar Belakang Perjanjian St. Germain

Pada tanggal 21 Oktober 1918 sebanyak 208 delegasi Dewan Kekaisaran Austria bersidang dalam Majelis Nasional Sementara Jerman-Austria. Sidang itu berkaitan dengan kemunduran dari tentara Austria-Hungaria terutama setelah Pertempuran Vittorio Veneto yang menyebabkan kemenangan bagi Italia dan berakhirnya Kekaisaran Austria-Hungaria. 

Di sisi lain, Kaum Sosial-Demokrat berhasil memenangkan pemilihan dan Karl Renner terpilih sebagai Kanselir Jerman-Austria pada tanggal 30 Oktober 1918. Pada tanggal 31 Oktober 1918 Hungaria bergolak dan menjalankan revolusinya yang dipimpin oleh Mihaly Karolyi yang menyatakan bubarnya persatuan Austria-Hungaria.

Berakhirnya Perang Dunia 1 di front Italia antara Italia dengan Austria-Hungaria ditandai dengan gencatan senjata yang dilakukan di Villa Giusti, Italia Utara pada tanggal 3 November 1918. Pada tanggal 11 November 1918 Kaisar Charle I dari Austria secara resmi memberikan kebebasan bagi setiap negara bagian untuk memisahkan diri dari Kekaisaran Austria dan secara resmi Kekaisaran Austria bubar. Pada tanggal 12 November 1918 Austria mendeklarasikan berdirinya negara Jerman-Austria yang menjadi bagian dari Republik Jerman.

Berdasarkan hasil dari Majelis Konstitusi Austria yang diadakan pada tanggal 16 Februari 1919 kembali memilih Karl Renner sebagai kanselir. Ketika Karl Renner dan beberapa delegasi Austria tiba di St. Germain pada bulan Mei 1919, dirinya ternyata tidak diperbolehkan untuk ambil bagian dalam negosiasi yang dipimpin oleh Perdana Menteri prancis, Georges Clemencau. Karl Renner kemudian dipaksa untuk menandatangani perjanjian yang telah dibuat antara Sekutu untuk Austria tanpa keikutsertaannya dalam negosiasi itu. Karl Renner menandatangani Perjanjian St. Germain pada 10 September 1919.

Baca Juga  Sistem Politik Ekonomi Liberal Di Indonesia Zaman Kolonial (1870)

Isi Perjanjian St. Germain

Berdasarkan isi yang tertuang di dalam Perjanjian St. Germain ini menyatakan bahwa Kekaisaran Austria-Hongaria akan dibubarkan. Menurut Pasal 177, Austria dan negara-negara Blok Sentral lainnya harus bertanggungjawab sebagai negara yang memicu terjadinya perang. Republik Austria Pertama yang baru didirikan mengakui kemerdekaan Hongaria, Cekoslowakia, Polandia, dan Kerajaan Yugoslavia (Serbia, Kroasia, dan Slovenia). 

perjanjian st.germain

Perjanjian St. Germain ini juga meminta pembayaran kepada Austria terhadap ganti kerugian material setelah perang. Di bawah ini adalah beberapa pokok isi Perjanjian St. Germain yang berkaitan dengan berkurangnya wilayah Austria-Hungaria:

  1. Wilayah Bohemia dan Moravia menjadi bagian dari negara Cekoslowakia;
  2. Bekas wilayah Kerajaan Galisia dan Lodomeria diberikan kepada Polandia yang telah muncul kembali sebagai Republik Polandia;
  3. Wilayah Bukovina di timur diserahkan kepada Kerajaan Rumania;
  4. Bagian selatan Tirol diberikan kepada Kerajaan Italia, termasuk wilayah Tirol Selatan yang mayoritas penduduknya berbahasa Jerman. Batas wilayah terletak di jalur gunung Brenner. Wilayah Litoral Austria (Gorizia dan Gradisca, Kota Kekaisaran Bebas Trieste dan Markgrafschaft Istria) dan beberapa pulau di Dalmatia juga diberikan kepada Kerajaan Italia;
  5. Bosnia dan Herzegovina, bekas Kerajaan Dalmatia, Kadipaten Karniola, dan Styria Hilir beserta Lembah Meza dan Jezersko di Karnten diserahkan kepada Kerajaan Yugoslavia (Serbia, Kroasia dan Slovenia);
  6. Satu-satunya wilayah Austria-Hungaria yang berada di luar Eropa (konsesi di Tianjin) dikembalikan kepada Tiongkok;
  7. Wilayah Burgenland diserahkan kepada Austria, sementara batas wilayah di Karnten Selatan akan ditentukan oleh pemungutan suara di Karnten.

Berdasarkan poin-poin ini dapat dikatakan bahwa Kekaisaran Austria-Hungaria telah kehilangan lebih kurang sebanyak 60 % wilayahnya dan terbagi menjadi negara-negara baru.

Di dalam Perjanjian St. Germain ini, Sekutu mengasumsikan bahwa semua kelompok minoritas ingin merdeka dari Austria. Di dalam prosesnya, Sekutu memberikan bantuan kepada negara-negara baru dalam membangun negaranya seperti Cekoslowakia, Polandia, Yugoslavia. Maupun memfasilitasi orang-orang minoritas yang berada di wilayah Austria-Hungaria untuk bergabung dengan etnis mereka di beberapa negara seperti Rumania dan Italia. Di saat yang sama, Sekutu memperbolehkan negara-negara baru tersebut mengambil alih wilayah-wilayah yang penduduknya berbahasa Jerman. 

Baca Juga  Prabu Menakluhur (1155-1157)

Selain harus mengalami pengurangan wilayah dan dibubarkannya Kekaisaran Austria-Hungaria, Austria juga harus menghapuskan kebijakan wajib militer. Angkatan Darat Austria dibatasi jumlahnya hanya menjadi 30.000 orang serta Angkatan Laut Austria harus dibubarkan. Terdapat pula beberapa pasal terkait dengan navigasi di daerah Sungai Danube dan penyerahan jalur kereta api.

Berdasarkan Pasal 88 dalam perjanjian itu Austria harus menjadi negara sendiri dan tidak dapat bergabung dengan kekuatan politik manapun. Sehingga Austria tidak dapat bergabung dengan Weimar tanpa persetujuan dari Liga Bangsa-Bangsa. Maka dari itu, nama Republik Jerman-Austria yang telah terbentuk harus diganti menjadi Austria. Banyak orang Austria yang tidak menyukai hal ini karena lemahnya ekonomi Austria yang disebabkan oleh wilayah-wilayah yang melepaskan diri. Dengan lepasnya wilayah-wilayah ini telah menyebabkan Austria lemah secara finansial dan militer dan telah menyebabkan instabilitas di Austria. Hal inilah yang membuat banyak orang Austria kelak mendukung gagasan Anschluss dengan Nazi Jerman.

Daftar Bacaan

  • Moos, Carlo 2017. “Südtirol im St. Germain-Kontext”, in Georg Grote and Hannes Obermair (ed.), A Land on the Threshold. South Tyrolean Transformations, 1915–2015, Oxford-Berne-New York: Peter Lang, pp. 27–39.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca