Prabu Darmaraksa Salakabuana (891-895 M)

Prabu Darmaraksa Salakabuana – Prabu Darmaraksa Salakabuana yang bernama asli Arya Kedathon/Arya Kedathan adalah suami dari Dewi Widyasari (adik Rakeyan Wuwus/menantu dari Rakeyan Duwus). Setelah Rakeyan Wuwus meninggal pada 891 M, Arya Kedathon melakukan kudeta terhadap Kerajaan Sunda untuk menjadi raja. 

Prabu Darmaraksa Salakabuana (Arya Kedathon)

Arya Kedathon dinobatkan sebagai raja Kerajaan Sunda pada tahun 891 M dengan gelar Prabu Darmaraksa Salakabuana. Kudeta yang dilakukan oleh Arya Kedathon terhadap Danghiyang Guruwisuda dimungkinkan sebab Arya Kedathon berasal dari keluarga istana Kerajaan Galuh. Sedangkan di Kerajaan Galuh, Danghiyang Guruwisuda telah diangkat sebagai raja Kerajaan Galuh oleh Rakeyan Wuwus pada tahun 852 M.

Prabu Darmaraksa Salakabuana

Merasa pengangkatan Danghiyang Guruwisuda sebagai raja Kerajaan Galuh tidaklah pantas, sebab Danghiyang Guruwisuda berasal dari Kerajaan Sunda, maka Prabu Darmaraksa Salakabuana melakukan kudeta terhadap hak Danghiyang Guru Wisuda atas Kerajaan Sunda sepeninggal Rakeyan Wuwus. Dengan kudeta Prabu Darmaraksa Salakabuana atas takhta Kerajaan Sunda menyebabkan Kerajaan Sunda pada tahun 891 M dipimpin oleh Prabu Darmaraksa Salakabuana sedangkan Danghiyang Guru Wisuda berkuasa atas Kerajaan Galuh.

Prabu Darmaraksa Salakabuana yang sebenarnya berasal dari Kerajaan Galuh, tidak mendapatkan banyak dukungan dari kalangan istana Kerajaan Sunda. Hal ini terbukti pada tahun 895 M, Prabu Darmaraksa Salakabuana dibunuh oleh salah seorang menteri Kerajaan Sunda. Takhta Kerajaan Sunda selanjutnya diteruskan oleh putra Prabu Darmaraksa Salakabuana, Rakeyan Windusakti.

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Atja & Ekajati, E.S. 1989. Carita Parahiyangan “karya tim pimpinan pangeran wangsakerta”. Bandung: Yayasan Pembangunan Jawa Barat.
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Danasasmita, S. 1983. Sejarah Bogor. Bogor: Paguyuban Pasundan Cabang Kodya Bogor.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Iskandar, Yoseph.1997. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa).Bandung: Geger Sunten
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.
error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca