Prasasti Palas Pasemah (686 ?)

Prasasti Palas Pasemah adalah sebuah prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Palas Pasemah, di tepi Way (Sungai) Pisang, Lampung. Prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Palas Pasemah diidentifikasi sebagai peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya dengan pertanggalan abad ke 7 Masehi.

Sejarah Penemuan Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah ini pertama kali ditemukan oleh warga desa sekitar pada tanggal 5 April 1956 di Kali Pisang, anak sungai Way Sekampung, Desa Palas Pasemah, Kabupaten Lampung Selatan. Temuan itu lalu dilaporkan ke Kandepdikbud Kasi Kebudayaan Kecamatan Palas dan diteruskan ke Pemda Lampung Selatan.

Pada tahun 1979 Prof. Boechari mengunjungi tempat ini untuk meninjau secara langsung prasasti Palas Pasemah. Setelah diteliti, tulisan kuno yang ada di batu itu merupakan prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya. Isi prasasti itu dibahas oleh Prof. Dr. Boechari dalam sebuah artikelnya “An Old Malay Inscription of Srivijaya at Palas Pasemah (South Lampung)” dalam buku “Kumpulan Makalah Pra Seminar Penelitian Sriwijaya”. Isi prasasti tersebut mirip dengan prasasti kutukan lainnya seperti Prasasti Karang Brahi (Jambi) dan Prasasti Kota Kapur (Bangka). Perbedaannya, Prasasti Palas Pasemah tidak memuat angka tahun dalam pembuatannya. Namun, berdasarkan dari isi prasastinya, kemungkin Prasasti Palas Pasemah dibuat dengan penanggalan yang tidak jauh berbeda dengan Prasasti Kota Kapur maupun Prasasti Karang Berahi yakni sekitar akhir abad ke-7 M.

Isi Prasasti Palas Pasemah

  • Siddha kita hamwn wari awai. Kandra kayet ni pai hu[mpa an];
  • nahuma ulu lawan tandrun luah maka matai tandrun luah wi[nunu paiihumapa];
  • anhankairu muah. Kayet nihumpa unai tunai. Unmeteng[bahkti ni ulun];
  • haraki unai tunai. Kita sawanakta dewata maharddhika san nidhana mangra[ksa yang kedatuan];
  • di sriwijaya. [kita tui tandrun luah wanakata dewata mula yang parsumpaha[n pawaris. kada];
  • ci urang di dalangna bhumi ajnana kadatuanku ini parawis. Drohaka wanu [n. samawuddhi la];
  • wan drohaka. Manujari drohaka. Niujari drohaka. tahu din drohaka [Tida ya marpadah];
  • tida ya bhakti tatwa arjjawa di yaku dnan di yang nigalar kku sanyasa datua niwunuh ya su [mpah ni];
  • Suruh tapik mulang parwwa [dnan da] tu sriwijaya talu muah ya dnan gotra santanana. Tathapi sa [wana];
  • kna yang wuatna jahat maka lanit urang maka sakit maka gila mantraganda wisaprayoga upuh tua ta [mwal sa];
  • ramwat kasihan wasikarana ityewarnadi janan muwah ya siddha pulang ka ya muwah yang dosana wu [a];
  • tna jahat inan. Ini grang kadaci ya bhakti tatwa arjjwa di yaku dnan di yang nigalarkku sanyasa datua santi muah;
  • wuattana dnan gotra santanana smarddha swastha niroga niru padrawa subhiksa muah yang wanuana parawis.

Terjemahan Prasasti Palas Pasemah

Salam, hormat kepada semua dewa, yang maha kuat, yang melindungi Sriwijaya. Hormat juga kepada Tadrum Luah, dan semua dewa yang mengawasi sumpah kutukan ini. Jika ada orang atau rakyat di bawah kekuasaanku, yang tunduk pada kerajaan, memberontak, berkomplot dengan pemberontak, bicara dengan pemberontak, tahu pemberontak, tidak tunduk takzim dan setia padaku dan pada mereka yang telah dinobatkan sebagai datu. Orang-orang tersebut akan terbunuh oleh sumpah kutukan ini. Kepada penguasa Sriwijaya, diperintahkan untuk menghancurkannya. Mereka akan dihukum bersama seluruh anggota marga dan keluarganya.

Baca Juga  Sejarah Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

Orang yang berniat buruk, yang membuat prang menghilang, membuat orang sakit, membuat orang gila, mengucapkat jampi-jampi, meracuni orang dengan upas dan tuba, dengan racun yang terbuat dari akar-akaran dan tanaman merambat, menjalankan ilmu pengasih (supaya orang jatuh cinta), biarlah mereka dijatuhkan dari keberuntungan dan dibenci masyarakat, karena berlaku buruk. Tetapi, mereka yang patuh dan setia kepadaku dan mereka kunobatkan sebagak datuk akan memperoleh segala keberuntungan dalam usahanya, termasuk marga dan keluarga mereka. Sukses itu memberi sejahtera, sehat, aman yang berlimpah kepada negara

Daftar Bacaan

  • Casparis, J.G. 1956. Prasasti Indonesia II: Selected Inscriptions from the 7th to the 9th Century A.D., Dinas Purbakala Republik Indonesia, Bandung: Masa Baru.
  • Coedes, George. 2014. “Prasasti berbahasa Melayu Kerajaan Srivijaya”. Dalam Kedatuan Sriwijaya, oleh George Coedes, Louis-Charles Damais, Hermann Kulke dan Pierre-Yves Manguin, 45-88. Jakarta: Komunitas Bambu
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.
error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca