Raja Jayasingawarman (358-382): Pendiri Kerajaan Tarumanegara

Jayasingawarman (Jayasinghawarman) adalah pendiri Kerajaan Tarumanegara yang memerintah antara 358-382. Berdasarkan keterangan yang dimuat dalam naskah kuno, Ia adalah seorang maharesi dari Kerajaan Calankayana yang berada di India. Berdasarkan naskah kuno pula, diberitakan bahwa ia mengungsi ke Kepulauan Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magadha. Oleh karena Kerajaan Calankayana masih memiliki hubungan politik dengan Kerajaan Salakanagara, maka Jayasingawarman memilih untuk mengungsi di wilayah Kerajaan Salakanegara.

Pada tahun 348, Jayasingawarman bersama para pengikutnya yang terdiri dari tentara Kerajaan Calankayana dan beberapa penduduk sipil tiba di Pulau Jawa dan memutuskan untuk hidup menetap di Pulau Jawa. Atas bantuan dan perlindungan dari Dewawarman VIII, raja Kerajaan Salakanagara, Jayasingawarman diberikan tempat untuk membangun pemukimannya. Ia kemudian memilih untuk membangun pemukimannya di tepi sebelah barat Sungai Citarum yang diberi nama Tarumadesya.

Jayasingawarman Mendirikan Kerajaan Tarumanegara

Secara bertahap, selama sepuluh tahun pemukiman Tarumadesya ini mulai mengalami perkembangan yang cukup pesat hingga menjadi desa yang cukup ramai. Ramainya Tarumadesya dan perkembangannya yang cukup pesat ini disebabkan oleh banyaknya penduduk dari desa-desa lain yang menetap di Tarumadesya. Daya tarik Tarumadesya ini disebabkan oleh letaknya yang berada ditepian Sungai Citarum yang dapat mendukung aktivitas pertanian yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat. Selain itu, letaknya yang ditepian Sungai Citarum juga memberikan akses kepada Tarumadesya dengan perdagangan internasional sehingga memungkinkan para pedagang asing untuk singgah dan memberikan banyak keuntungan bagi Tarumadesya sendiri.

jayasingawarman
Sungai Citarum, di daerah Bekasi yang dipilih oleh Jayasingawarman untuk membangun Kerajaan Tarumanegara

Dengan semakin ramainya Tarumadesya dan dapat menjadi desa yang mandiri secara perekonomian dan tidak tergantung dengan bantuan pusat (Kerajaan Salakanagara) menjadikan Jayasingawarman percaya diri untuk mendeklarasikan Tarumadesya sebagai kerajaan dengan nama Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara didirikan pada tahun 358. Kerajaan Tarumanegara yang dideklarasikan oleh Jayasingawarman ini statusnya masih menjadi kerajaan bawahan dari Kerajaan Salakanagara yang dipimpin oleh Dewawarman VIII. Setelah mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Tarumanegara, ia bergelar Jayasingawarman Gurudarmapurusa atau nama lain Jayasingawarman disebut juga Rajadirajaguru Jayasingawarman.

Baca Juga  Prasasti Kedukan Bukit (682)

Melihat prestasi dan keberhasilan yang telah dicapai oleh Kerajaan Tarumanegara, Dewawarman VIII sebagai raja dari Kerajaan Salakanagara memutuskan untuk menikahkan putrinya yang bernama Iswari Tunggal pertiwi Warmadewi atau yang dikenal juga dengan nama Dewi Minawati dengan Jayasingawarman. Hal ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antara Kerajaan Salakanagara sebagai pusat dengan Kerajaan Tarumanegara sebagai negeri bawahan.

Menjadi Kerajaan Mandiri

Setelah Dewawarman VIII meninggal pada tahun 363 M, Dewawarman VIII digantikan oleh putranya, Dewawarman IX. Di bawah kepemimpinan Dewawarman IX Kerajaan Salakanagara mulai mengalami kemunduran. Kemunduran Kerajaan Salakanagara di bawah kepemimpinan Dewawarman IX hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun, kemunduran ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan Dewawarman IX dalam memimpin Kerajaan Salakanagara. Di sisi lain, secara tidak langsung pun dapat terjadi persaingan antara Rajatapura (ibukota Kerajaan Salakanagara) dengan Taruma sebagai salah satu kota pelabuhan yang mulai berkembang sangat pesat terutama setelah didirikannya Kerajaan Tarumanegara oleh Jayasingawarman.

Persaingan antara Rajatapura dan Taruma inilah yang memungkinkan menurunnya sumber pemasukan perekonomian bagi Kerajaan Salakanagara semakin berkurang. Di sisi lain tidak ada bukti-bukti yang menunjukkan Kerajaan Salakanagara memulai peperangan terhadap Kerajaan Tarumanegara, baik dari sumber prasasti maupun keterangan yang didapatkan dari naskah-naskah kuno. Hal ini memang dapat dipastikan bahwa selama pemerintahan Dewawarman IX tidak ada suatu upaya untuk memperkuat angkatan perang Kerajaan Salakanagara.

Dengan kenyataan inilah secara lambat-laun eksistensi dan pengaruh dari Kerajaan Salakanagara mulai digantikan oleh Kerajaan Tarumanegara. Melihat kondisi kemunduran Kerajaan Salakanagara, Jayasingawarman memanfaatkan kondisi ini untuk merebut puncak tertinggi kekuasaan di Pulau Jawa bagian Barat dengan menjadikan Kerajaan Salakanagara sebagai kerajaan bawahan dari Kerajaan Tarumanegara. Hal ini nampaknya menjadi jelas kiranya kemunduran Kerajaan Salakanagara dan menyerahnya Kerajaan Salakanagara terhadap Kerajaan Tarumanegara disebabkan oleh “kekalahan” dalam persaingan ekonomi.

Baca Juga  Surat Kabar Pembrita Betawi (1884-1916)

Masa Pemerintahan Jayasingawarman

Setelah berhasil menyebabkan Kerajaan Salakanagara menyerah, Jayasingawarman kemudian memindahkan pusat pemerintahan di bagian barat Pulau Jawa yang sebelumnya terletak di Rajatapura kini berpindah ke Taruma. Dengan berpindahnya pusat kekuasaan ini menjadi Kerajaan Tarumanegara sebagai kekuatan politik yang paling besar di bagian barat Pulau Jawa.

Untuk meningkatkan perekonomian Kerajaan Tarumanegara, Raja Jayasingawarman melakukan penggalian terusan yang diberi nama Candrabaga dan Gomati yang kemungkinan hingga ia meninggal pada tahun 382 baru Sungai Candrabaga saja yang telah berhasil diselesaikan. Hal ini didasari sebagaimana yang dijelaskan di dalam prasasti Tugu, perbaikan kembali Sungai Candrabaga barulah dilakukan pada masa pemerintahan cucunya, Raja Purnawarman pada tahun 41. Raja Purnawarman pula-lah yang melakukan lanjutan penggalian terhadap Sungai Gomati.

Berdasarkan pada terusan yang dibuat oleh Jayasingawarman memberikan keterangan yang cukup untuk mengetahu aktivitas perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara yang aktivitasnya adalah pada bidang pertanian dan perdagangan. Keberadaan terusan ini dianggap sebagai upaya irigasi dan sebagai jalur transportasi.

Raja Jayasingawarman Kerajaan Tarumanegara meninggal pada tahun 382 dan dipusarakan di tepi kali Gomati. Hal ini kemungkinan disebabkan Raja Jayasingawarman sedang melakukan pembangunan terhadap Sungai Gomati. Setelah Raja Jayasingawarman meninggal, selanjutnya kepemimpinan Kerajaan Tarumanegara dilanjutkan oleh Rajaresi Dharmayawarmanguru, putra sulung dari Jayasingawarman.

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Kapur, Kamlesh. 2010. History Of Ancient India (portraits Of A Nation). New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca