Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa Jayabuana
Rakeyan Jayagiri – Prabu Wanayasa/ Prabu Wanayasa Jayabuana adalah adik dari Prabu Pucukwesi yang memerintah Kerajaan Sunda selama tiga tahun (913-916 M). Prabu Wanayasa mengkudeta kakaknya, sehingga ia menduduki takhta Kerajaan Sunda. Meskipun hingga saat ini tidak ada keterangan yang jelas mengenai kudeta yang dilakukan oleh Prabu Wanayasa terhadap Prabu Pucukwesi. Namun, yang memungkinkan kudeta itu disebabkan Prabu Pucukwesi berupaya untuk memperbaiki hubungan dengan keluarga dari Danghiyang Guruwisuda yang dianggap telah merebut takhta Kerajaan Galuh yang sebenarnya adalah orang dari Kerajaan Sunda.
Tindakan yang dilakukan oleh Prabu Pucukwesi ini tidak sejalan dengan pemikiran Prabu Wanayasa yang menganggap tidak perlu memperbaiki hubungan dengan orang yang telah merebut takhta Kerajaan Galuh dan membunuh ayah mereka, Arya Kedathon. Sebagaimana diketahui, Arya Kedathon telah dibunuh oleh seorang menteri dari Kerajaan Sunda sebab Arya Kedathon dianggap bukanlah orang yang berhak atas takhta Kerajaan Sunda yang semestinya diberikan kepada Danghiyang Guruwisuda, putra Rakeyan Wuwus.

Setelah menyingkirkan kakaknya sendiri, Prabu Wanayasa berusaha untuk menguasai Kerajaan Galuh yang dikuasai oleh keturunan Rakeyan Kamuning Gading yang telah menikah dengan anak-anak dari keturunan Danghiyang Guruwisuda. Putri Rakeyan Kamuning Gading atau Prabu Pucukwesi telah menikahi Rakeyan Jayadrata yang kini telah menjadi raja Kerajaan Galuh. Naiknya Rakeyan Jayadrata sebagai raja Kerajaan Galuh hampir bersamaan dengan kudeta yang dilakukan oleh Prabu Wanayasa di Kerajaan Sunda. Prabu Wanayasa pun ingin segera menguasai Kerajaan Galuh yang dianggap seharusnya menjadi haknya.
Untuk melaksanakan keinginan itu, Prabu Wanayasa mempersiapkan pasukan Kerajaan Sunda untuk menggempur Kerajaan Galuh. Pasukan Kerajaan Sunda itu dipimpin langsung oleh Prabu Wanayasa sendiri. Di dalam penyerangan itu, Prabu Wanayasa dapat dikalahkan oleh pasukan Kerajaan Galuh. Prabu Wanayasa segera menyusun serangan yang kedua untuk membalas kekalahannya. Namun, serangan kedua yang besar dan lebih lengkap tetap dapat dihancurkan oleh pasukan Kerajaan Galuh, yang dipimpin langsung oleh Rakeyan Jayadrata.
Karena Prabu Wanayasa tidak pernah dapat berhasil menguasai Kerajaan Galuh yang dipimpin oleh Rakeyan Jayadrata, maka kerajaan Galuh menjadi kerajaan merdeka di bawah pimpinan Rakeyan Jayadrata. Sehingga kekuasaan Prabu Wanayasa hanya mencakup daerah Kerajaan Sunda yang berada di sebelah barat Sungai Citarum.
Kegagalan Prabu Wanayasa dalam menguasai Kerajaan Galuh, selain dimanfaatkan oleh Rakeyan Jayadrata untuk menjadikan Kerajaan Galuh sebagai kerajaan yang merdeka, namun juga dimanfaatkan untuk menyingkirkan Prabu Wanayasa. Perlu diketahui, bahwa Rakeyan Limburkencana, putra Rakeyan Kamuning Gading, putra Prabu Pucukwesi masih menyimpan dendam kepada Prabu Wanayasa yang telah mengkudeta ayahnya. Sehingga Rakeyan Limburkencana pun berencana menyingkirkan Prabu Wanayasa dari takhta Kerajaan Sunda.
Karena itu, Rakeyan Limburkencana segera mempersiapkan perebutan takhta Kerajaan Sunda. Rakeyan Jayadrata pun menyatakan dukungannya kepada Rakeyan Limburkencana, sebab Rakeyan Limburkencana adalah adik iparnya sendiri. Namun, tujuan menggulingkan Rakeyan Jayagiri belum juga dapat terlaksana hingga Rakeyan Jayagiri meninggal pada tahun 942 M. Prabu Wanayasa digantikan oleh menantunya, Rakeyan Watuageng yang juga suami dari Dewi Ambawati (putri Prabu Wanayasa).