Rakeyan Windusakti (Prabu Dewageung Jayeng Buana)
Rakeyan Windusakti naik takhta Kerajaan Sunda pada tahun 895 M menggantikan ayahnya, Arya Kedathon/Prabu Darmaraksa Salakabuana yang dibunuh oleh seorang menteri Kerajaan Sunda. Rakeyan Windusakti dilantik sebagai Kerajaan Sunda dengan gelar Prabu Dewageung Jayeng Buana. Rakeyan Windusakti memiliki permaisuri yang merupakan anak dari Rakeyan Wuwus yang bernama Dewi Sawitri. Dewi Sawitri sendiri adalah adik dari Danghiyang Guruwisuda, raja Kerajaan Galuh.

Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Sawitri, Rakeyan Windusakti memiliki dua orang anak yang bernama Rakeyan Kamuning Gading dan Rakeyan Jayagiri. Rakeyan Windusakti memerintah Kerajaan Sunda selama 18 tahun (895-913 M). Pada tahun 913 M, Rakeyan Windusakti meninggal dan digantikan oleh puteranya yang bernama Rakeyan Kamuning Gading.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Atja & Ekajati, E.S. 1989. Carita Parahiyangan “karya tim pimpinan pangeran wangsakerta”. Bandung: Yayasan Pembangunan Jawa Barat.
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Danasasmita, S. 1983. Sejarah Bogor. Bogor: Paguyuban Pasundan Cabang Kodya Bogor.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Iskandar, Yoseph.1997. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa).Bandung: Geger Sunten
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.