Resiguru Manikmaya adalah raja pertama dari Kerajaan Kendan. Kerajaan Kendan diperkirakan didirikan oleh Suryawarman dari Kerajaan Tarumanegara pada tahun 536 M dengan mengangkat Resiguru Manikmaya sebagai raja pertama Kerajaan Kendan.
Pendeta Di Jayasinghapura
Resiguru Manikmaya berasal dari keluarga Kerajaan Calankayana, India Selatan. Sudah beberapa negeri dan wilayah didatangi olehnya, serta tinggal di sana, kemudian berangkat lagi pindah ke negeri lain. Negeri itu di antaranya Pulau Simhala, negeri Gauda, Hujungmendini, Pulau Sumatra, Pulau Bali, dan Jawa Timur. Selanjutnya Resiguru Manikmaya akhirnya tiba di Jawa Barat dan tinggal di situ, di bekas ibukota Kerajaan Tarumanegara, Jayasinghapura. Sang Resiguru Manikimaya adalah seorang yang ahli agama, pandai bicara, serta sifatnya sangat baik. sehingga beliau dijadikan kepala pendeta di ibukota Kerajaan Tarumanegara.
Resiguru Manikmaya tidak lama setelah diangkat sebagai kepala pendeta di Jayasinghapura, Resiguru Manikmaya menikah dengan Dewi Tirtakancana, putri Maharaja Suryawarman, penguasa ke-7 Kerajaan Tarumanegara. Oleh karena statusnya sebagai menantu dan juga dianggap sebagai orang yang baik budi pekertinya, Resiguru Manikmaya dihadiahi daerah Kendan (suatu wilayah perbukitan Nagreg di Kabupaten Bandung), lengkap dengan rakyat dan tentaranya.
Selain menikahi putri raja Suryawarman, Resiguru Manikmaya juga menikahi Dewi Sanwara dan memiliki seorang anak yang bernama Sri Narawati. Setelah pernikahan Resiguru Manikmaya dengan Dewi Tirtakancana, sebagai seorang brahamana, maka Resiguru Manikmaya diberikan anugerah oleh Raja Suryawarman dengan penobatannya sebagai seorang Rajaresi di daerah Kendan.
Selain itu, Sang Maharaja Suryawarman, menganugerahkan perlengkapan yang semestinya dimiliki oleh sebuah kerajaan berupa mahkota Raja dan mahkota Permaisuri. Selain itu, Raja Suryawarman juga memberikan berbagai pakaian yang penuh dengan hiasan, berbagai benda untuk para pembesar kerajaan, para pegawai, berbagai jenis kendaraan perang seperti kereta kudadan gajah, hewan-hewan ternak dan makanan yang lezat.
Hal ini dimaksudkan secara tidak langsung, selain sebagai seorang pemuka agama, Resiguru Manikmaya pun diangkat sebagai seorang raja daerah oleh Suryawarman dan memerintah bersama istrinya, Dewi Tirtakancana sebagai raja dan ratu daerah Kendan yang bertanggungjawab langsung kepada Raja Suryawarman.
Resiguru Manikmaya Menjadi Raja Daerah Di Kendan
Berita pengangkatan Resiguru Manikmaya sebagai penguasa daerah Kendan, dikabarkan oleh Maharaja Suryawarman kepada seluruh raja-raja bawahan Kerajaan Tarumanegara dengan sepucuk surat. Di mana di dalam surat tersebut berisi tentang keberadaan Rajaresi Manikmaya di Kerajaan Kendan, harus diterima dengan baik. Sebab, ia menantu Sang Maharaja Suryawarman, dan mesti dijadikan sebagai sahabat. Terlebih lagi, Sang Resiguru Manikmaya adalah seorang Brahmana yang hebat dan telah banyak berjasa terhadap agama. Siapa pun yang berani menolak Rajaresiguru Manikmaya di Kerajaan Kendan, akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan dihapuskan.
Secara tidak langsung dengan diangkatnya Resiguru Manikmaya sebagai penguasa Kerajaan Kendan sekaligus telah menikahi anak Suryawarman telah meningkatkan status Kerajaan Kendan sebagai daerah bawahan yang nampaknya sebelum pengangkatan Resiguru Manikmaya sebagai penguasa, Kendan kemungkinan hanya sebagai salah satu daerah yang kurang begitu penting dalam struktur birokrasi Kerajaan Tarumanegara. Sejak Kerajaan Kendan resmi diperintah oleh Resiguru Manikmaya, status Kerajaan Kendan dinaikkan sebagai daerah Karesian yaitu daerah yang dilindungi sebagai tempatnya para resi luhung ilmu.

Sebagai seorang raja sekaligus seorang agamawan, Resiguru Manikmaya tentu mengembangkan pula ajaran-ajaran Hindu di daerah Kendan. Hal ini dapat terbukti dari penemuan di Arcamanik berupa Arca Durga dan Pusaka Naga Sastra yang menggunakan bahasa Sanskerta. Dari hasil peninggalan Resiguru Manikmaya telah membawa perubahan besar di dalam struktur sosial masyarakat di daerah sekitar Kendan, di mana telah terjadi suatu penyebaran ajaran Hindu beraliran Siwa meskipun tidak dapat dipastikan bahwa penduduk di daerah Kerajaan Kendan akan mengkonversi kepercayaannya menjadi pemeluk ajaran Hindu beraliran Siwa.
Hal ini disebabkan bahwa pada periode-periode awal berdirinya Kerajaan Tarumanegara dan dari beberapa peninggalan prasasti yang ditemukan, bahwa Kerajaan Tarumanegara terutama raja Purnawarman adalah seorang penganut ajaran Hindu beraliran Wisnu. Meskipun memiliki persamaan dengan menganut ajaran Hindu, namun tentu tidaklah mudah mengkonversi sebuah aliran dari Wisnu ke penganut aliran Siwa. Selain itu perlu juga dipertimbangkan dengan keberadaan tradisi-tradisi lokal yang masih bertahan dan tetap berkembang di daerah Kerajaan Kendan. Sehingga nampaklah sebuah daerah dengan penganut kepercayaan yang beragam.
Dari hasil pernikahan Resiguru Manikmaya dengan Dewi Tirtakancana disebutkan bahwa ia memiliki seorang anak yang bernama Raja Putra Suraliman. Sebagai seorang resi yang memahami ilmu keagamaan, Resiguru Manikmaya pun juga memiliki pengetahuan di bidang pemerintahan dan kemiliteran.
Status Kerajaan Kendan sebagai tanah suci pun dapat terlihat dari fungsi daerah Kerajaan Kendan sebagai tempat bagi para prajurit Kerajaan Tarumanegara untuk menempa ilmu kanuragan dan kedigdayaan. Salah satu kitab yang disusun oleh sang resi, Pustaka Ratuning Bala Sarewu menjelaskan tentang tata cara pengelolaan kerajaan. Di dalam kitab tersebut, berisi tentang bagaimana cara membangun sebuah negara dengan prajuritnya yang sangat kuat. Sebagai daerah suci dan sebagai tempat menempa ilmu para prajurit Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kendan telah melahirkan panglima perang laut bagi Kerajaan Tarumanegara, dan salah satunya adalah putra sang resi, yaitu Suraliman. Pada tahun 568 M, Resiguru Manikmaya wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Suraliman sebagai penguasa Kerajaan Kendan.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Atja & Ekajati, E.S. 1989. Carita Parahiyangan “karya tim pimpinan pangeran wangsakerta”. Bandung: Yayasan Pembangunan Jawa Barat.
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Iskandar, Yoseph.1997. Sejarah Jawa Barat (Yuganing Rajakawasa).Bandung: Geger Sunten
- Kapur, Kamlesh. 2010. History Of Ancient India (portraits Of A Nation). New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.