Sang Rajaresi Dharmayawarmanguru (382-395)

Dharmayawarman adalah raja kedua Kerajaan Tarumanegara yang naik takhta Kerajaan Tarumanegara pada tahun 382. Ia memerintah di Kerajaan Tarumanegara antara tahun 382-395. Dharmayawarman adalah putra sulung dari Raja Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara. Pada tahun 382, setelah meninggalnya raja Jayasingawarman, ia dinobatkan menjadi raja kedua Kerajaan Tarumanegara.

Pemerintahan Dharmayawarman Di Tarumanegara

Setelah dinobatkan menjadi raja di Kerajaan Tarumanegara, ia bergelar Sang Rajaresi Dharmayawarmanguru. Gelar Dharmayawarmanguru diberikan oleh karena ia adalah seorang pemimpin pemerintahan dan sekaligus juga sebagai pemimpin semua guru agama Hindu yang terdapat di Kerajaan Tarumanegara. Yang artinya, selain sebagai pemimpin politik (raja), ia pun juga sebagai pemimpin agama (kaum brahmana).

Raja Dharmayawarmanguru mendapatkan gelar “guru” itu juga disebabkan karena kemampuannya yang tinggi dalam pemahaman ajaran-ajaran Hindu dan bahkan melampaui kemampuan para brahmana di Kerajaan Tarumanegara. Hal ini tidak aneh, sebab sebagaimana diketahui bahwa ia adalah anak dari Raja Jayasingawarman, yang mana sebelum Raja Jayasingawarman menjadi Raja Kerajaan Tarumanegara, dirinya adalah seorang Maharesi yang memiliki status lebih tinggi dibandingkan seorang brahmana biasa.

dharmayawarman
Di dalam prasasti Tugu terdapat petunjuk bahwa raja Dharmayawarman adalah tokoh historis.

Pada masa pemerintahan Raja Dharmayawarman, penduduk Kerajaan Tarumanegara sebagian besar masih menganut pemujaan terhadap roh leluhur yang diwarisi secara turun-temurun. Oleh sebab itu, ia selalu berupaya untuk mengajarkan ajaran agama Hindu kepada pemimpin-pemimpin desa dan penduduk Kerajaan Tarumanegara. Selain itu, untuk menunjang usahanya, iajuga mendatangkan para brahmana yang berasal dari India. Meskipun telah berupaya untuk menyebarkan ajaran agama Hindu, banyak penduduk yang masih tetap bertahan dengan kepercayaan asli mereka.

Dharmayawarman juga membentuk sistem caturwarna di mana terdapat empat kasta di dalam penduduk Kerajaan Tarumanegara; kasta Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Selain itu, penduduk juga dibedakan antara golongan; nista, madya dan utama. Golongan utama adalah golongan tertinggi di dalam stratifikasi sosial masyarakat Kerajaan Tarumanegara. Golongan nista sebagai golongan yang paling rendah sangat takut terhadap agama yang dianut oleh Sang Rajaresi Dharmayawarmanguru.

Baca Juga  Sejarah Abad Pertengahan Eropa

Pada tahun 392, Dharmayawarman menobatkan putranya, yang bernama Purnawarman sebagai penerusnya untuk bertakhta di Kerajaan Tarumanegara. Ia meninggal pada tahun 395 dan dipusarakan di tepi Sungai Candrabaga danjuga disebut sebagai Sang Lumahing Candrabaga (yang mendiang di Candrabaga) hal ini dikarenakan ia dipusarakan di sungai itu.

Daftar Bacaan

  • Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
  • Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Kapur, Kamlesh. 2010. History Of Ancient India (portraits Of A Nation). New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca