Sejarah dan Kisah Cleopatra Ratu Terakhir Mesir (70-30 SM)

Cleopatra, begitu orang-orang menyebut nama ratu dari Mesir yang terakhir. Sosok Cleopatra sangat populer sebagai pemikat pria yang paling ulung dalam sejarah. Sebagai seorang pemikat, Cleopatra bahkan berhasil menaklukan seorang pria yang memiliki popularitas dan reputasi besar, yaitu Julius Caesar yang berhasil ia taklukan. Kecantikan yang dimilikinya begitu melegenda dimana kedatangannya ke Roma yang begitu glamor telah memulai trend kosmetik dan fashion se-seantero Romawi. Namun, sayangnya hubungan antara Julius Caesar dan Cleopatra akhirnya menjadi alasan bagi lawan politik Julius untuk menjatuhkannya.

Setelah kematian Julius Caesar, nama dan popularitas Cleopatra tidak hilang. Cleopatra kemudian menjadi rebutan para tokoh Kekaisaran Romawi dengan tujuan untuk mendapatkan kekayaan Mesir. Namun, Cleopatra akhirnya memilih Mark Antony, tangan kanan Julius dan salah satu kandidat terkuat dari Triumvirat untuk melindunginya. Cleopatra dengan pesonanya telah berhasil menaklukan Mark Antony dan kemudian mereka berdua memutuskan untuk hidup bersama di Mesir secara kontroversial sampai dengan kematiannya secara tragis dengan cara bunuh diri setelah kalah dalam perang saudara.

Siapa Cleopatra?

Perlu diketahui bahwa Cleopatra yang dimaksud di sini adalah Cleopatra VII Philopator. Gelar yang disandangnya seringkali membuat orang awam mengira bahwa Cleopatra adalah orang asli Mesir, padahal kenyataannya tidak. Cleopatra berasal dari dinasti Ptolemaic yang berasal dari wilayah Yunani-Macedonia.  Sebab, Cleopatra adalah keturunan dari Ptolemy seorang jendral dan kawan terdekat dari Alexander The Great yang ikut berperang dan membuat penaklukan hingga ke Persia dan  hampir saja menguasai India. Setelah kematian Alexander, Ptolemy terlibat dalam perang perebutan wilayah yang berhasil dikuasai oleh Alexander The Great.

Berdarah Yunani-Makedonia Bukan Mesir

Ptolemy yang dianggap memiliki kesetiaan tinggi diberikan izin untuk memerintah daerah Mesir atas nama keturunan Alexander The Great, tetapi kemudian Ptolomy mengikuti jejak yang dilakukan oleh jenderal-jenderal Alexander The Great lainnya, dengan mengangkat dirinya sebagai raja. Setelah sukses mempertahankan dan menjadikan dirinya sebagai raja di Mesir, pada masa pemerintahannya Ptolemy sempat melakukan serangan ke Syria. Ptolemy I Soter (namanya sebagai raja) berhasil membangun fondasi yang kuat bagi dinastinya yang mana mampu bertahan selama 300 tahun.

Eksistensi dari keturunan Ptolemy terus terjaga dengan melakukan tradisi pernikahan sepupu bahkan kakak-adiknya sendiri agar kerajaan Mesir yang mereka miliki tidak terpecah-pecah karena permasalahan warisan. Oleh karena begitu terjaganya kemurnian dari darah keturunan Ptolemy sehingga sering disebutkan bahwa tidak ada setetes darah orang asing (Mesir) pun di dalam garis keturunan Ptolemy. Bahkan Romawi yang nantinya berkomplot melawannya tidak berani untuk meligitimasikan kekuasaannya, dan dengan begini semakin mengukuhkan murninya garis keturunan Cleopatra dan tentunya garis keturunan Ptolemy.

Sosok Cleopatra

Murninya garis keturunan dari Dinasti Ptolemaic di Mesir inilah yang membuat penampilan Cleopatra sangat elegan dan mempesona. Berdasarkan pada catatan sejarah Cleopatra memiliki rambut coklat atau kuning pirang, dengan gaya diikat kebelakang dengan hidung mancung, hampir bengkok serta dagu tegas khas Yunani.

Sosok Cleopatra jauh dari apa yang terbayangkan dalam ingatan orang-orang. Dalam catatan-catatan sejarah, Cleopatra digambarkan sebagai sosok wanita yang kurang cantik. Hal ini dapat terlihat dari berbagai koin yang dicetak dengan wajah dirinya yang memperlihatkan wajah maskulin daripada feminim. Walaupun mungkin hal ini bertujuan untuk menegaskan imagenya sebagai penguasa tetapi patung wajah yang dibuat paling dekat dengan masanya juga memiliki kencenderungan yang sama dengan apa yang terdapat dalam koin itu.

Baca Juga  Candrawarman (515-535)

Deskripsi serta komentar yang diberikan oleh berbagai tokoh sejarah yang hidup di jamannya menggambarkan bahwa Cleopatra memiliki “suara” yang manis, kepintaran atau karisma yang menarik, bukan wajah yang cantik ataupun tubuh yang mempesona sebagaimana yang selama ini dibayangkan berdasarkan definisi wanita cantik masa sekarang. Patung yang dibuat seratusan tahun sebelah kematian Cleopatra menggambarkan sosoknya sebagai wanita dengan tampilan wajah yang “datar” atau dapat dikatakan biasa-biasa saja, bahkan ada satu patung dimana ia terlihat agak gemuk.

cleopatra

Berbagai artefak yang ditemukan di mana terutama artefak-artefak yang dihiasi wajahnya memiliki beberapa kesamaan dalam penggambaran sosok Cleopatra, yakni hidung yang ekstra mancung dan dengan rambut ala Yunani dan tidak luar biasa cantik seperti layaknya patung dewi-dewi Yunani melainkan agak kental dengan elemen maskulin yang menggambarkan sosok wanita yang memiliki kecerdasan, berani serta tegas. Mungkin, soal kecantikan Cleopatra bisa dikatakan hanya sedikit di atas rata-rata, bahkan sejujurnya agak kurang cantik jika melihat statusnya sebagai putri Raja.

Beberapa komentar mengenai Cleopatra menyebutkan bahwa Cleopatra sesungguhnya berkulit pucat dan tidak (mulus) sempurna. Dengan kata lain sang ratu kemungkinan memiliki tanda bekas jerawat, dan sebagainya pada wajahnya. 

Sangat umum terjadi tetapi wanita lain dalam sejarah sering dipuja berwajah mulus sehingga Cleopatra terlihat agak kurang. Rambutnya juga tidak lurus melainkan ikal berombak dan diikat kebelakang dalam gaya tradisional Yunani, dan tanpa poni. Sehingga dari deskripsi fisik tentang Cleopatra dan pemaknaannya, maka timbullah pertanyaan bagaimana definisi wanita cantik pada saat itu? apakah memiliki persamaan dengan definisi pada masa ini, atau wanita cantik telah mengalami pergeseran makna?

Sosok Terpelajar

Apapun kekurangan yang ia miliki secara fisik ditutupi secara melimpah dengan kecerdasan yang ia miliki. Semua tokoh yang pernah bertemu dengannya selalu memuji kecerdasannya dalam berkomunikasi. Cleopatra disebutkan sebagai sosok wanita terpelajar dan memahami seluk-beluk kenegarawanan termasuk politik antar-kerajaan yang pada saat itu agak muskil dikuasai oleh wanita. Demikian pula disebutkan bahwa Cleopatra jarang membutuhkan penerjemah bahasa, sebab Cleopatra menguasai 5 hingga 9 bahasa termasuk Arabic, Ehiopic, Parthian, bahkan Hebrew atau Aramaic. Sesuatu hal yang fantastis bukan?

Cleopatra sendiri lebih sering menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa ibu dalam percakapan sehari-hari dan meskipun begitu Cleopatra pun juga menguasai bahasa Mesir juga walaupun tidak seutuhnya ia menguasai sebab para penguasa Dinasti Ptolemaic merasa tidak perlu mempelajarinya. Namun, yang menjadi perhatian adalah bahwa Cleopatra tidak menguasai Bahasa Latin sehingga ia tidak mampu bercakap-cakap dengan kebanyakan warga Romawi. 

Akan tetapi uniknya, para elit Romawi termasuk Julius Caesar, Mark Antony serta tokoh penting lainnya justru menguasai bahasa Yunani sebagai bahasa kaum terdidik. Inilah yang menjadikan Cleopatra amat mempesona dan memukau bagi kalangan elit Romawi sebab bahasa Yunani-lah yang digunakan bagi Cleopatra dan elit Romawi, sehingga para elit Romawi memahami betul bahwa Cleopatra adalah seorang wanita yang cerdas.

Cleopatra Seorang Politikus

Kemampuan bahasa dan wawasan Cleopatra yang luas mengenai negara dan juga perpolitikan di kawasan Mediterania menjadi modal penting bagi Cleopatra untuk berkuasa kelak. Kedewasaan Cleopatra dimulai ketika ia bersama ayahnya terusir ke Roma oleh saudarinya yang mengambil alih pemerintahan Mesir setelah terjadinya pemberontakan terhadap pajak yang sangat memberatkan. Dari peristiwa inilah Cleopatra mulai terbiasa dengan intrik politik dengan segala risiko yang ada.

Dengan bantuan Romawi yang ingin hutangnya dibayar oleh ayah Cleopatra, mereka kembali ke Mesir dan merebut kerajaannya kembali. Cleopatra mulai berkuasa sebagai wakil namun empat tahun kemudian regimnya tumbang karena perpecahan dengan adiknya, Ptolemy XIII serta beberapa kubu militer di Mesir yang memiliki kepentingannya sendiri. Cleopatra diasingkan tetapi adiknya mengambil langkah buruk dengan membunuh Pompey yang pergi ke Mesir.

Baca Juga  Situs Sungai Baksoka: Perbengkelan Alat-Alat Paleolitikum

Walaupun Pompey merupakan musuh Julius yang sekarang berkuasa di Roma, tetapi Pompey tetap dihormati dan ingin ditangkap hidup-hidup. mendengar pembunuhan tersebut, Julius marah dan menduduki ibukota Mesir. ketika itu Cleopatra nekat minta diseludupkan di dalam gulungan karpet dan dibawa ke ruang kerjanya. sang gadis usianya baru 22 tahun namun memiliki kepandaian yang mampu memikat Julius, seorang jendral dan politikus senior yang sudah berusia 50an.

Mereka dengan cepat menjadi kekasih dan Cleopatra melahirkan seorang putra. untuk sementara kuasanya di Mesir begitu kuat apalagi Julius Caesar berhasil menjadi penguasa (dictator) Romawi setelah memenangkan perang saudara. namun kedekatannya dengan Julius akhirnya menjadi bumerang politik dimana mereka diisukan berniat menjadi Raja dan Ratu Romawi, sesuatu yang tabu bagi penduduk Roma yang masih berbentuk Republik.

Julius Caesar menjadi korban pembunuhan tidak lama setelah kedatangan Cleopatra di Roma yang begitu menggemparkan. Romawi kembali terlempar ke dalam perang saudara. sang Ratu kembali ke Mesir dan mempertimbangkan posisinya. setelah beberapa lama ia memilih bersekutu dengan kubu pro Caesar dan mengizinkan 4 Legiun Romawi yang diberikan Julius untuk menjaga Mesir turut campur dalam peperangan di Italia.

Masa damai tiba setelah kubu yang membunuh Julius dihancurkan dan Triumvirat baru muncul. Cleopatra membangun hubungan dengan Mark Antony yang ketika itu mencurigainya karena Mesir sempat diberitakan memberikan sejumlah uang untuk kubu lawan dalam perang saudara. tidak diketahui apakah kecurigaan tersebut benar tetapi cukup masuk akal karena perang saudara yang lama akan melemahkan Romawi sehingga posisi Mesir menjadi menguntungkan.

Apapun itu, Cleopatra datang ketika dipanggil oleh Mark Antony. kesempatan ini tidak ia sia-siakan dengan membawa rombongan dalam kapal pesiar yang luar biasa mewah. walaupun sudah beberapa kali bertemu muka dengan Cleopatra tetapi kali ini Antony dibuat betul-betul terpikat olehnya. awalnya hanya mengharapkan bantuan Mesir untuk membiayai perang melawan Parthia tetapi ia kemudian memilih menghabiskan banyak waktu di Alexandria. 

Cleopatra menghabiskan banyak kekayaan yang dimilikinya untuk Mark Antony, setelah beberapa kegagalan besar dan kecil dalam perang akhirnya Antony berhasil mengalahkan kerajaan Parthian dan menguasai sejumlah besar wilayah di Anatolia, Syria dan Armenia. pada saat itu hubungan dengan Roma sudah memburuk karena berbagai perbedaan pendapat dengan Octavian (anak angkat Julius). apalagi Antony tampak tidak peduli dengan istrinya yang sahnya (adik dari Octavian).

Pesta kemenangan besar Antony atas Parthian dirayakan di Alexandria dan di ujung acara menyerukan bahwa aliansinya dengan Octavian berakhir. secara resmi ia mulai membagi-bagi wilayahnya untuk Caesarion, anak Julius Caesar. juga kepada anak-anaknya bersama Cleopatra sebagai raja di beberapa wilayah yang sudah ia kuasai. hal ini membuat banyak tokoh Romawi termasuk Octavian sebagai anak angkat Julius Caesar murka.

Caesarion sebagai darah dan daging dari Julius berpotensi besar untuk mengancam keberlangsungan pemerintahan Romawi. bagaimanapun ia berhak mewarisi semua kekayaan Julius Caesar. dibandingkan dengan sang anak, Octavian hanyalah anak angkat (adopsi) Julius sehingga klaim miliknya kurang kuat. padahal satu-satunya legitimasi Octavian untuk berkuasa di Romawi adalah statusnya sebagai anak dari Julius Caesar.

Perang politik pun dimulai dengan Antony menyebut Octavian sebagai provokator, pemalsu warisan Julius Caesar dan perebut hak dari anak sah Julius yakni Caesarion. tidak ketinggalan ia menceraikan istri sahnya yakni adik dari Octavian. Roma membalas dengan mengumumkan bahwa Antony mengangkat anak-anaknya sebagai raja, dan secara ilegal menguasai wilayah milik Romawi yang seharusnya diberikan kepada rakyat sebagai tanah garapan.

Baca Juga  Sejarah Asal-Usul Nama Indonesia

Yunani menjadi tempat pertempuran pertama dimana pasukan yang loyal terhadap Octavian berhasil merebut kota pelabuhan yang penting dalam sebuah perang laut. dengan bekal pendaratan di Yunani, nama Octavian terbukti populer di kalangan mantan prajurit yang sedang membangun koloni. bagaimanapun juga Octavian dahulu berjuang untuk memberikan tanah garapan bagi mereka. hal ini membuat pasukannya bertambah besar dengan cepat.

Antony salah perhitungan menganggap Octavian hanyalah pemuda tanggung yang tidak memiliki pengalaman, sedangkan dirinya adalah jendral Roma yang paling sukses setelah Julius. ia mengira loyalitas pasukan dan rakyat Roma ada pada dirinya. ternyata yang mendukungnya hanyalah sebagian politikus Romawi yang berpikiran sama. sebagai jendral yang berpengalaman, Antony tidak terlihat membuat strategi perang yang efektif dalam menghadapi Octavian.

Ketika perang sampai di Mesir, Mark Antony sang penakluk kerajaan Parthian justru menghabisi dirinya sendiri setelah mendengar isu bahwa Cleopatra sudah bunuh diri. walaupun terdengar tragis-romantis tetapi kesehatan psikis dan mentalnya sebagai seorang jendral patut dipertanyakan. pasukan miliknya menyerah kepada Octavian dan Cleopatra sendiri yang masih hidup akhirnya minum racun bersama anak-anaknya. hal ini menjadi babak akhir dari kerajaan Mesir.

Dikisahkan bahwa Cleopatra di saat terakhirnya membiarkan dirinya digigit oleh ular beracun. hal ini menjadi mitos yang keliru. diketahui bahwa orang era tersebut, terutama kaum berpendidikan seperti Cleopatra tahu betul bahwa gigitan ular berbisa akan mengakibatkan kematian yang lambat dan menyakitkan. penggunaan racun di kalangan istana cukup besar sehingga hampir mustahil Ratu berpengalaman seperti Cleopatra tidak mengetahui hal tersebut.

Mengetahui hal di atas, maka para ahli menyimpulkan bahwa kemungkinan besar sang Ratu terakhir Mesir meminum racun dengan campuran obat bius seperti opium untuk membuatnya tidur lelap sebelum menemui ajalnya. racun semacam ini jelas lebih disukai karena terlihat tanpa rasa sakit dan korbannya tenang seperti tidur. yang pasti publik Romawi dan Octavian sendiri terkesima mendengar bahwa Cleopatra berani mengakhiri hidupnya sendiri daripada tertangkap.

Walaupun dikenal sebagai wanita opportunis, Cleopatra sebenarnya patut dikagumi. sebagai Ratu Mesir ia mengusahakan apa yang menjadi tanggung jawabnya yakni keberlangsungan kerajaannya. ketidaktahuannya soal militer membuatnya tergantung pada sosok pria yang kompeten secara militer untuk menyelamatkan pemerintahannya dari kehancuran. tidak bisa dipungkiri bahwa berkat dirinya kerajaannya selamat, tumbuh subur dan terjamin kedaulatannya selama lebih dari 20 tahun.

Sebuah pencapaian mengingat tidak banyak kerajaan lain disekitarnya yang mampu berbuat sama ketika menghadapi Romawi yang tidak dapat dibendung. hal-hal yang membuat Cleopatra mampu melakukannya bukanlah daya tarik seksual, bukan karena wajah cantik, bukan pula kekayaan semata tetapi kepintaran yang luar biasa. pemahaman terhadap masalah politik dan kenegarawanan menjadi modal untuk berdiskusi secara sederajat dengan penguasa lain dijamannya.

Apabila kebanyakan wanita hanya berpikiran tentang keluarga ataupun sosialita kelas atas yang membosankan bagi pria, seorang Cleopatra mampu berbicara tentang kenaikan harga gandum di Mesir dan efeknya terhadap perekonomian Mediterania. berdiskusi tentang siapa yang sebenarnya berkuasa di Yunani, apa yang bisa dilakukan untuk membuat Politikus Roma mendukung mereka, hingga siapa yang bisa dibeli untuk menguatkan agenda mereka di dalam Senat.

Daftar Bacaan

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca