Sejarah Islam di Spanyol
Islam di Spanyol – Perkembangan dan penyebaran ajaran agama Islam pada abad ke-12 telah menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia, salah satunya adalah wilayah Andalusia yang sekarang di kenal dengan negara Spanyol. Penguasaan kekuatan politik Islam di wilayah ini telah menyebabkan agama Islam dikenal di wilayah Barat. Di bawah ini akan dijelaskan tentang sejarah Islam di Spanyol dan perkembangannya secara singkat.
Kehadiran agama Islam di Andalusia telah mempengaruhi negara-negara yang ada di Eropa untuk mengalami suatu kemajuan yang sangat berarti. Bagaimanapun Eropa akan bangkit dari keterbelakangannya selama periode Abad Pertengahan. Kebangkitan itu terlihat dari bidang politik dengan didukung oleh pengetahuan dan teknologinya. Kemajuan Eropa tidak terlepas dari pemerintahan Islam yang berada di Spanyol.
Masuknya Peradaban Islam
Andalusia atau Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid (705-715 M), slah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara terjadi pada masa khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Al- Malik mengangkat Hasan Ibnu Nu‟man Al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan Ibnu Nu‟man sudah digantikan oleh musa Ibn Nushair pada tahun 88 H. Di zaman Al- Walid itu, Musa Ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko.
Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayyah memakan waktu sampai 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah Ibn Abu Sufyan) sampai tahun 83 H (masa Al-Walid). Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai oleh Islam, di wilayah ini terdapat kantung-kantung yang menjadi basisi kekuasaan kerajaan romawi. Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul- betul dapat dikuasai, umat Islam memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum Muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Kondisi Spanyol sebelum kedatangan Islam sungguh memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan kerajaan Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi. Kondisi ini menjadi penyebab rakyat Spanyol menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan raja adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengerluarkan mereka saat itu. Kerinduan mereka akhirnya menemukan titik terang pada saat Islam datang di Spanyol.
Dalam proses penaklukan spanyol terdapat tiga pahlawan yang dapat dikayakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan kesana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tariq ibn Ziyad, dan Musa Ibn Nuzhair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyidik. Ia menyebrangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan pasukan perang yang berjumlah 500 orang diantara adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya ebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian suku barbar yang didukung oleh Musa Ibn Nushair dan sebagian besar lagi orang arab yang dikirim oleh khalifah Al-Walid. Pasukan ini kemudian menyebrangi selat dibawah pompinan Thariq ibn Ziyad, sebuah gunung tempat pertama kali Tariq dan pasukannya mendapat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini,maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol.
Kemenangan pertama yang tercapai oleh hariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi dengan suatu pasukan yang besar. Ia berangkat menyebrangi selat dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukan, setelah Musa berhasil menaklukan Idenia, Karmoa, Seville, dan Merida serta mengalahkan kerajaan Ghotic, Theodomir di Oriheula. Ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Kemudian keduanya berhasil menguasai seluruh kota terpenting di Spanyol termasuk bagian utaranya mulai dari saragosa sampai Navarre.
Faktor-faktor Munculnya Peradaban Islam di Spanyol
Setelah Islam berhasil memenangkan wilayah Spanyol maka peradaban Islam pun mulai memasuki daerah Spanyol. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternalnya adalah pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam. Kondisi sosial politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan secara politik. Wilayah Spanyol terbagi-bagi kepada sistem kelas sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, ketidadaan persamaan hak.
Dan yang dimaksud faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh- tokoh yang kuat, tentara yang kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Mereka cakap, berani dan tabah dalam menghadapi setiap macam permasalahan. Terutama yang tidak kalah penting adalah di dalam ajaran agama Islam yang ditunjukan para tentara Islam adalah toleransi, persaudaraan dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu telah menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam disana.
Perkembangan
Islam memiliki peran yang sangat besar di Spanyol yakni sejak pertama kali menginjakan kaki disana hingga jatuhnya kerajaan Islam. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui oleh umat Islam di Spanyol dibagi menjadi enam periode, yaitu:
Periode Pertama (711-755)
Pada periode pertama ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan- gangguan masih terjadi, baik itu datang dari dalam maupun luar seperti: seperti perselisihan yang terjadi antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan antara etnis dan golongan.
Disamping itu perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa mereka yang berhak menguasai daerah Spanyol. Oleh karena itu, terjadi dua puluh pergantian wali (gubernur) spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang suadara.
Dengan banyaknya konflik internal dan eksternal, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Datangnya Abd al-Rahman al Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/ 755 M menjadi tanda berakhirnya periode pertama.
Periode Kedua (755-912)
Pada masa ini, Spanyol diperintah oleh seorang amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan yang ketika itu dipegang oleh Khalifah 8 Abassiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Abdurrahman al Dakhil adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil melarikan diri dan olos dari kerajaan Bani Abassiyah yang telah menaklukan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Aqbdurrahman al Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al Rahmab al Ausath, Muhammad Ibnu Abd al Rahman, Munzir Ibnu Muhammad, dan Abdullah Ibnu Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh banyak kemjuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd Rahman al Dakhil mendirikan masjid Kordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I dikenal berjasa sebagai pembaharu dalam kemiliteran.
Dialah yang memprakarsai tentara bayaran Spanyol. Adapun Abd. Al- Rahman al Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat mulai masuk, terutama di zaman Abdurrahman al Ausath, yang mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol.
Akhirnya, kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol semakin berkembang. Gangguan politik serius yang terjadi pada periode ini justru datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang yang tak puas menuntut terjadinya revolusi. Pemberontakkan yang dipimpin oleh Hafsun dan anaknya, Umar, yang berpusat di pegunungan dekat Malaga merupakan yang gangguan penting. Selain itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang Arab masih seringkali terjadi.
Periode Ketiga (912-1013)
Pemerintahan Abd Rahman III yang bergelar al Nasir li dinillah (penegak agama Allah) sampai munculnya raja-raja kelompok (kecil) yang dikenal dengan Muluk al Thawaif masuk dalam periode ketiga. Pada periode ini, Spanyol diperintah diperintah oleh penguasa yang bergelar Khalifah. Pemakaian gelar khalifah tersebut bermula dari berita bahwa al Muktadir, khalifah daulat Bani Abassiyah Baghdad, tewas dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut Abd Rahman III, keadaan ini menunjukan bahwa suaana pemerintahan Abassiyah sedang berada dalam ketidakpastian. Oleh sebab itu, momen terebut dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah dirampas dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Gelar ini resmi dipakai mulai tahun 929. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ketiga ini ada tiga orang, yaitu Abd Rahman al Nasir (976-1009).
Pada periode ini, umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayan , menyaingi kejayaan daulat Abassiyah di Baghdad. Abd. Al-Rahman Al-Nashir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran dan diiringi dengan pembangunan kota yang berlangsung dengan cepat.
Awal dari kehancuran khalifah Bani Umayyah di spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta berada dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu, kekuasaan aktual berada ditangan para pejabat. Pada tahun 981 khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya.
Atas keberhasilannya, ia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 dan digantikan oleh anaknya Al-Muzzaffar, yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya hancur total. Pada tahun 1009 khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapus jabatan khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
Cordova adalah ibu kota pemerintahan, di masa Bani Umayyah mengalami perkembangan yang pesat. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah di Spanyol, Cordova menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri Universotas Cordova. Banyak ilmuwan dari Dunia Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di universitas ini. Di kota ini terdapat perpustakaan besar yang mempunyai buku kira-kira 400.000 judul.
Periode Keempat (1013-1086)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negeri kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau al Muluk al Thawaif. Masa ini merupakan masa kekalutan ibukota yang banyak dipergunakan oleh para amir diberbagai provinsi untuk melepaskan wilayahnya masing-masing dari kekuasaan khaifah di cordova, yang antara lain berpusat di suatu kota Seville, Cordova, dan Toledo.
Pemerintahan terbesar diantaranya adalah Abaddiyah di Seville. Pada periode ini, umat Islam Spanyol kembali memasuki pertikaian internal. Jika terjadi perang saudara, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan untuk pertama kalinya. Akibat fatalnya, kekuatan Islam diketahui mulai menurun dan tiba saatnya untuk dihancurkan.
Periode Kelima (1086-1248)
Walaupun terpecah dalam beberapa negara, pada periode ini, Islam di Spanyol masih mempunyai suatu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti Murabithun (1086-1143) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibnu Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah berjuang mempertahankan negerinya dari serangan kaum Nasrani. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Perpecahan di kalangan raja-raja Muslim menyebabkan Yusuf bergerak lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia pun behasil. Kesuksesan ini ternyata tidak dapat diteruskan oleh penguasa-penguasa sesudahnya karena mereka adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143, kekuasaan Dinasti Murabithun baik di Afrika Utara maupun di Spanyol berakhir.
Dinasti Muwahhidun muncul sebagai gantinya. Pada tahun 1146 penguasa Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut Spanyol. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad Ibnu Tumart. Antara tahun 1114 dan 1154, kota-kota Muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan terutama saat pemerintahan dipegang oleh Abu Yusuf al Mansur. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama kemudian, dinasti Muwahhidun mengalami keruntuhan.
Pada tahun 1212, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun meneyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235, keadaan Spanyol dan kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, Umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan- serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh pada tahun 1248. Akhirnya, kecuali Granada, seluruh wilayah Spanyol telah lepas dari kekuasaan Islam.
Periode Keenam (1248-1492)
Kerajaan Granada merupakan pertahanan terakhir Muslim Spanyol dibawah kekuasaan dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman al Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah kecil. Dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Umat Kristen hampir menguasai seluruh Spanyol. Dan masa ini adalah saat terakhir Islam berkuasa di Spanyol. Dan masa ini adalah saat terakhir Islam berkuasa di Spanyol. Kekuasaan Islam yang hanya tinggal pertahanan akhir ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan, akhirnya pada tahun 1492 Islam dikalahkan oleh Kristen.
Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidang kebudayaan dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya. Puncak kemajuan peradaban Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Dalam rentang waktu selama kurang lebih tujuh stengah abad, umat Islam di Spanyol telah mencapai kemajuan yang sangat pesat, baik dibidang ilmu pengetahuan maupun kebudayaan. Berbagai disiplin ilmu berkembang pesat pada masa itu. Hal ini ditandai dengan banyaknya berbagai figur-figur ilmuwan yang cemerlang dibidangnya masing-masing dan sampai sekarang.
Kemajuan peradaban Islam di Spanyol pada saat ini berimbas pada bangkitnya Renaissans dunia barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa. Adapun kemajuan-kemajuan intelektual yang telah dicapai oleh adanya agama Islam di Spanyol antara lain:
Perkembangan Filsafat Islam
Hal ini terjadi pada tahun 961-976 M, atas inisiatif al-Hakam untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari Timur, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan Universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di Dunia Islam. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Al Sayigh (Ibnu Bajah). Dan filosof yang kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail. Melalui berbagai karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, filsafat. Karya filsafatnya yang mahsyur berjudl Hay Ibn Yaqzhan.
Perkembangan Sains Islam
Di bidang sains, Islam di Spanyol telah banyak melahirkan tokoh dalam bidang sains. Dalam bidang kedokteran, matematika, astronomi, kimia, dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas termahsyur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah orang yang pertama menemukan pembuatan kaca dari batu. Dalam bidang sejarah dan geografi terdapat ibn Jubair dari Valencia (1145-1228), Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377) dan lain-lain.
Perkembangan Fiqh
Ajaran agama Islam di Spanyol adalah penganut mazhab Maliki. Yang memeprkenalkan pertama adalah Ziyad ibn abd al-Rahman.
Perkembangan Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Islam di Spanyol mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi (Zaryab).
Perkembangan Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadu bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam Spanyol dan ini dapat diterima oleh orang-orang islam dan non Islam. Diantaranya orang-orang yang ahli dalam bahasa Arab dan tata bahasa adalah ibn Sayyidih, Ibn Khuruf dan lain-lainnya.
Kemajuan Pembangunan Fisik

Disamping kemajuan intelektual, Islam di Spanyol juga mencapai kemajuan di bidang pembangunan fisik. Pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat Islam sangat banyak, antar lain dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar, bidang pertanian dan lainnya. Namun demikian pembangunan- pembangunan fisik yang menonjol adalah pembangunan gdung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja‟fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istan al-Mamun, Masjid Seville dan Istana al-Hamra di Granada. Cordova dan Granada di masa Bani Umayah mengalami perkembangan yang pesat.
Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Isam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Diantara kebanggan kota Cordova adalah mesjid Cordova. Di kota Cordova terdapat 491 mesjid. Disamping itu, ciri khusus kota adalah adanya tempat pemandian, di Cordova terdapat 900 pemandian.
Granada
Granada memiliki tanah yang subur, banyak pegunungan dan sugai-sungai. Al-Hamrahn merupakan istana yang permai yang megah dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Kemajuan-kemajuan Islam yang terjadi di Spanyol dipengaruhi oleh beberapa faktor:
a. Adanya penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan umat Islam, seperti abd al-Rahman al-Dakhil, abd al-Rahman-Wasith dan abd al-Rahman al-Nasir;
b. Adanya kebijaksanaan penguasa untuk mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah oleh penguasa Dinasti Umayyah di Spanyol seperti Muhammad ibn abd al-Rahman (852-886) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976);
c. Penguasa menegakkan toleransi beragama terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka juga ikut dalam mewujudkan peradaban Islam di Spanyol;
d. Masyarakat Islam di Spanyol merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komunitas baik agama maupun bangsa sehingga merekea bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannnya masing-masing;
e. Adanya kesatuan budaya Islam. Meskipun pada saat itu ada persaingan sengit antara Abassiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol tapi para ilmuwan bebas melakukan perjalanan untuk menuntut ilmu mulaidari ujung Barat wilayah Islam ke ujung timur.
Perpecahan politik masa Muluk al-Thawaif dan sesudahnya tidak menyebabkan kemunduran karena setiap Dinasti (raja) di Malaga, Tolego, Seville, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova bahkan diantaranya justru lebih maju.
Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol
Pada umumnya kemunduran peradaban Islam secara nyata tampak sejak jatuhnya Baghdad (pusat pemerintahan dan peradaban Islam di Timur) ke tangan bangsa Mongol, dan jatuhnya Cordova (pusat pemerintahan dan Peradaban Islam di Barat ke tangan penguasa Kristen di Barat, kurang lebih abad ke-13. Kemunduran perdaban Islam tersebut berlangsung secara berangsur/susut sampai dengan abad ke-16 dan pada abad ke-17 sampai dengan abad ke-19. Sehingga dapat dikatakan bahwa peradaban Islam pada masa ini mengalami fase kemunduran oleh karena dikuasai oleh praktik kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh Bangsa Barat.
Berikut penyebab mundur dan hancurnya Islam di Spanyol:
a. Konflik Islam dan Kristen, kehadiran Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Kristen di Spanyol, sehingga kehidupan negara Islam tidak pernah sepi dari pertentangan antara Islam dan Kristen;
b. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu, di Spanyol , sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang pribumi. Mereka masih memberi istilah ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dianggap merendahkan;
c. Kesulitan Ekonomi yang ditunjukkan pada paruh kedua masa Islam di Spanyol, para Penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan serius, sehingga lalai membina perekonomian;
d. Tidak jelasnya sistem peralihan pemerintahan yang menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris;
e. Kekuatan politik Islam di Spanyol terpencil dari Dunia Islam yang lain. Ia berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di Spanyol.
Pengaruh Peradaban Islam di Spanyol bagi Eropa
Pengaruh Peradaban Islam di Spanyol di Eropa yaitu Kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini telah berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik. Memang banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, seperti Sicilia dan Perang Salib, tetapi salah satu saluran terpenting adalah perkembangan Islam di Spanyol.
Spanyol merupakan tempat yang utama bagi Eropa untuk menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik sosial, maupun perekonomian, dan peradaban antar negara. Masyarakat Eropa menyaksikan sebuah kenyataan bahwa Spanyol saat berada dibawah kekuasaan Islam telah berhasil berkembang pesat meninggalkan negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains disamping bangunan fisik. Salah satu pemikiran terpenting yang hingga kini masih dianut dan dikagumi adalah pemikiran Ibnu Rusyd (1120- 1198).
Ibnu Rusyd telah berhasil melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan cara yang memikat sehingga banyak orang yang tertarik untuk berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunatullah menurut pengertian Islam daripada ajaran pantheisme dan antropomorphisme Kristen. Demikian besar pengaruhnya di Ertopa, hingga timbul gerakan Averroism (Ibnu Rusyd-isme) yang menuntut kebebasan berpikir. Meskipun begitu, pihak gereja tetap bersikeras menolahk pemikiran rasional yang dibawa gerakan Avveroisme ini.
Gerakan Avveroisme di Eropa telah melahirkan gerakan reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Buku-buku Ibnu Rusyd dicetak di Venisia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Karya-karyanya juga diterbitkan pada abad ke-16 M di Napoli, Bologna, Lynms, dan Strasbourg, dan diawal abad ke-17 M diu Jenewa.
Dengan begitu, pikiran Ibnu Rusyd semakin populer dan telah menjadi salah satu paham utama bagi masyarakat Eropa. Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibnu Rusy, ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda- pemuda Kristen Eropa yang belajar di Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada, dan Samalanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim.
Pusat penerjemahan itu adalah 18 Toledo. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas Paris didirkan pada tahun 123, tiga puluh tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18 buah universitas. Ilmu yang mereka peroleh dari universitas-universitas Islam, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat, diajarkan disana. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, dan Ibn Rusyd.
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam di Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (Renaissance) peninggalan pemikiran Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.
Walaupun Islam akhirnya harus pergi meninggalkan negeri Spanyol dengan cara menyakitkan, Islam telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan iyu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi (Renaissance) pada abad ke-14 yang bermula di Italia, kemudian gerakan reformasi pada abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M, serta disusul dengan pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18 M. Dengan demikian, peran islam tetap terasa meski tidak lagi dalam bentuk sebuah agama melainkan dalam bentuk sebuah agama melainkan dalam bentuk peradaban yang tinggi. Demikianlah penjelasan secara singkat tentang sejarah Islam di Spanyol.