Ketika Dewawarman VII meninggal pada tahun 340 datang Senapati Krodamaruta dari Calankayana. Senapati Krodamaruta tiba di Rajatapura (ibukota Kerajaan Salakanagara). Krodamaruta adalah anak dari Gopala Jayangrana (putra ke-4 dari Dewawarman VI yang bertugas sebagai menteri di Kerajaan Calankayana). Senapati Krodamaruta tiba di ibukota Rajatapura dari Kerajaan Calankayana bersama ratusan pasukan bersenjata lengkap dan langsung mengklaim dirinya sebagai penerus takhta Kerajaan Salakanagara tanpa menghiraukan adat pergantian kekuasaan yang selama ini dijalankan.

Peristiwa perebutan takhta Kerajaan Salakanagara ini terjadi karena Senapati Krodamaruta melihat peluang ketika ahli waris takhta Kerajaan Salakanagara yang sah adalah seorang perempuan, Spatikarnawa Warmandewi dan belum bersuami. Karena sikapnya yang melanggar adat pergantian kekuasaan, Krodamaruta tidak disukai oleh keluarga keraton dan penduduk Kerajaan Salakanagara. Beruntunglah peristiwa yang tidak harmonis antara pemimpin dengan bawahan di Kerajaan Salakanagara ini tidak berlangsung lama, karena Senapati Krodamaruta tewas tertimpa batu besar yang longsor dari puncak bukit ketika sedang berburu di hutan. Senapati Krodamaruta hanya memerintah selama 3 bulan saja di Kerajaan Salakanagara.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.