Spartikarna Warmandewi (putri Dewawarman VII) mengambil alih takhta Kerajaan Salakanagara setelah meninggalnya Senapati Krodamaruta. Sepeninggal Senapati Krodamaruta terjadilah kekosongan kekuasaan di Kerajaan Salakanagara. Untuk mengisi kekosongan kekuasan, akhirnya Spartikarna Warmandewi (putri Dewawarman VII) mengambil alih takhta Kerajaan Salakanagara meskipun saat itu ia belum menikah. Spartikarna Warmandewi dinobatkan sebagai penguasa Kerajaan Salakanagara pada tahun 340. Beliau terkenal cantik, pintar serta bijaksana.

Masa Pemerintahan Spartikarnawa Warmandewi
Pada tahun 346, di masa kekuasaan Spartikarnawa Warmandewi ibukota Kerajaan Salakanagara, Rajatapura kedatangan pengungsi dari Kerajaan Palawa karena kerajaan tersebut telah dikuasai oleh Kerajaan Samudragupta (India). Diantara para rombongan pengungsi itu terdapat bibi dari Spatikarnawa Warmandewi yang bernama Sri Gandari Lengkaradewi (puteri ke-5 dari Dewawarman VI). Sri Gandari Lengkaradewi beserta suami dan anak-anaknya mengungsi ke Rajatapura. Pada tahun 348 Spatikarnawa Warmandewi kemudian menikah dengan putra Sri Gandari Lengkaradewi yang bergelar Prabu Darmawirya Dewawarman. Setelah pernikahannya, Spatikarnawa Warmandewi memberikan kekuasaan Kerajaan Salakanagara kepada suaminya yang juga dikenal dengan Dewawarman VIII.
Daftar Bacaan
- Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 4 Parwa 2
- Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara Sarga 3 Parwa 2
- Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Ekajati, Edi S. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Jakarta: Pustaka Jaya.
- Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
- Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.