Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya, sebuah kekaisaran maritim yang berkuasa di wilayah Nusantara pada masa lalu, menawarkan cerita yang memikat tentang kejayaan dan kehancuran. Sebagai salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara pada zamannya, Kerajaan Sriwijaya meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Indonesia.

Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Untuk memahami sepenuhnya perjalanan Kerajaan Sriwijaya, kita perlu menyelami berbagai sumber sejarah yang telah tersedia. Sumber-sumber ini mencakup artefak arkeologis, prasasti, dan catatan sejarah yang memberikan wawasan yang berharga tentang masa lalu gemilang Kerajaan Sriwijaya. Di bawah ini adalah beberapa sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari dalam dan luar negeri:

Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya Dari Dalam Negeri

Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari dalam negeri diantaranya adalah sumber berupa prasasti dan beberapa situs-situs candi. Beberapa sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya ini antara lain:

Prasasti

Prasasti-prasasti yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia juga menjadi sumber penting dalam mempelajari sejarah Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit dan Prasasti Talang Tuwo adalah dua contoh yang menonjol, yang memberikan informasi berharga tentang struktur pemerintahan, agama, dan perdagangan di Sriwijaya. Prasasti Kedukan Bukit, ditemukan di Palembang, adalah salah satu prasasti tertua yang mengenai Kerajaan Sriwijaya. Di bawah ini adalah beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya:

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit ditemukan ditepian Sungai Tatang, dekat Kota Palembang. Prasasti ini berangka tahun 604 Saka (682 M). Prasasti ini menerangkan bahwa seorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci (manalap siddhayatra) pada 23 April 682 M. Ia berangkat dari Minanga tamwan dengan membawa 20000 tentara, 200 peti perbekalan dengan perahu dan 1312 tentara yang berjalan di darat untuk datang ke suatu tempat yang bernama ma…,. Pada 16 Juni 682 M dengan sukacita Kerajaan Sriwijaya memperoleh kemenangan dan seluruh negeri memperoleh kemakmuran.
Jika dikaitkan dengan catatan perjalanan I-Tsing (I Ching) bahwa sekembalinya ia dari Nalanda, Malayu telah menjadi Sriwijaya. Hal ini memberikan pengertian bahwa pada tahun 682 M Kerajaan Malayu telah ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

Baca Juga  Kerajaan Bima 1640-1958
Prasasti Talang Tuo

Prasasti Talang Tuo ditemukan pada tahun 1920 di sebelah barat kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka (684 M). Prasasti ini menyebutkan tentang pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayanasa, untuk kemakmuran semua makhluk. Di samping itu, ada juga doa dan harapan yang jelas jika diamati menunjukkan sifat agama Buddha.

Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga Batu ditemukan di dekat Palembang, berbahasa Melayu Kuno dan berhuruf Pallawa. Prasasti ini tidak bertarikh, namun yang menarik dari prasasti ini adalah hiasan tujuh kepala ular kobra berbentuk pipih dengan mahkota berbentuk permata bulat. Prasasti Telaga Batu ini berisi tentang kutukan-kutukan bagi mereka yang berbuat kejahatan dan tidak taat kepada perintah raja. Prasasti ini juga memberikan data-data bagi penyusunan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur ditemukan di Sungai Menduk, Pulau Bangka dan berangka 608 Saka (686 M). Prasasti ini berisi tentang kutukan kepada siapa pun yang berbuat jahat, tidak tunduk dan tidak setia kepada raja, maka mereka ini akan mendapat celaka. Selain itu juga terdapat permintaan kepada para dewa untuk menjaga kedatuan Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat. Namun, yang menarik adalah keterangan tentang penaklukan bhumi jawa. Kemungkinan yang dimaksud di dalam penaklukan bhumi jawa adalah usaha Kerajaan Sriwijaya untuk melakukan ekspansi ke luar terutama menaklukan Jawa.

Prasasti Karang Brahi

Prasasti Karang Brahi ditemukan di tepi Sungai Merangin, yang merupakan cabang dari Sungai Batanghari, Jambi Hulu. berangka tahun 608 Saka (686 M). Prasasti ini berisi serupa dengan Prasasti Kota Kapur, berisikan kutukan bagi yang tidak tunduk dan patuh kepada raja.

Baca Juga  Rahyang Sanjaya
Prasasti Palas Pasemah

Prasasti ini ditemukan di tepi Sungai (Way) Pisang, anak Sungai Sekampung, Lampung Selatan. Prasasti ini juga berupa kutukan selayaknya prasasti Kota Kapur yaitu memberikan kutukan kepada daerah yang berani memberontak kepada Kerajaan Sriwijaya.

Candi

Candi Muara Takus

Candi Muara Takus adalah sebuah situs candi Buddha peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatra, merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di kawasan ini. Keberadaan Candi Muara Takus yang diidentifikasi sebagai salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya menunjukkan bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya bercorak Buddha.

Candi Muaro Jambi

Candi Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara, dengan luas 3981 hektar. Kompleks candi Muaro Jambi diidentifikasi merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Dengan demikian, meskipun Kerajaan Sriwijaya bercorak Buddha tidak menihilkan adanya penganut ajaran Hindu di dalam kehidupan istana dan masyarakatnya.

Candi Bahal
sumber sejarah kerajaan sriwijaya
Candi Bahal adalah salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya berupa candi selanjutnya adalah Candi Bahal. Candi Bahal dalah kompleks candi Buddha aliran Vajrayana yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Keberadaan Candi Bahal yang diduga sebagai peninggalan Kerajaan Sriwijaya memberikan informasi bahwa aliran Vajrayana adalah salah satu aliran yang berkembang di Kerajaan Sriwijaya dalam ajaran Buddha tradisi Mahayana.

Artefak

Situs-situs arkeologi yang tersebar di wilayah Asia Tenggara menyimpan rahasia peradaban Sriwijaya. Temuan-temuan seperti benda-benda seni, arsitektur, dan artefak lainnya memberikan gambaran tentang kehidupan masyarakat Sriwijaya pada masa lalu. Beberapa artefak yang dianggap peninggalan Kerajaan Sriwijaya antara lain adalah arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi,Bidor, Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Beberapa arca ini menunjukkan bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah penganut ajaran Buddha tradisi Mahayana.

Baca Juga  Konflik Kamboja (1967-1975)

Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya Dari Luar Negeri

Beberapa sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya dari luar negeri antara lain adalah berupa prasasti dan catatan perjalanan para pengelana yang singgah di Kerajaan Sriwijaya. Di bawah ini adalah beberapa sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari luar negeri:

Catatan Tiongkok

Selain artefak arkeologis dan prasasti, catatan sejarah yang berasal dari Tiongkok ditulis oleh para pengelana yang datang ke Kerajaan Sriwijaya juga menjadi sumber keterangan mengenai eksistensi Kerajaan Sriwijaya. Diantara para pengelana dari Tiongkok yang memberikan keterangan tentang Kerajaan Sriwijaya adalah catatan yang diberikan oleh I-Tsing.

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya memberikan wawasan tentang masa lalu gemilang sebuah kerajaan maritim yang besar di Indonesia. Dari artefak arkeologis hingga catatan sejarah Tiongkok, setiap sumber memiliki peran penting dalam merangkai kembali cerita tentang kejayaan dan kehancuran Sriwijaya.

Prasasti

Beberapa sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang berupa prasasti juga ditemukan di luar negeri diantaranya adalah prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda;

Prasasti Ligor

Prasasti Ligor adalah salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya yang terdapat di Ligor (sekarang Nakhon Si Thammarat, selatan Thailand, Semenanjung Tanah Melayu). Prasasti Ligor terdapat dua sisi pahatan yang ditulis pada dua sisi batu prasasti, di mana bagian pertama (sisi depan) disebut prasasti Ligor A atau dikenal juga dengan nama manuskrip Viang Sa; sedangkan bagian lainnya (sisi belakang) disebut prasasti Ligor B, yang beraksara Kawi dan berangka tahun 775. Keberadaan Prasasti Ligor ini menunjukkan pengaruh politik Kerajaan Sriwijaya yang luas hingga ke daerah Semenanjung Tanah Melayu.

Prasasti Nalanda

Prasasti Nalanda di temukan di Biara Nalanda, India. Prasasti Nalanda ini berangka tahun 860, dari penafsiran manuskrip menyebutkan Sri Maharaja di Suwarnadwipa, Balaputradewa anak Samaragrawira, cucu dari Sailendravamsatilaka (mustika keluarga Sailendra) dengan julukan Sriviravairimathana (pembunuh pahlawan musuh). Keberadaan Prasasti Nalanda ini menunjukkan pula pengaruh politik Kerajaan Sriwijaya yang luas dan menjadi bukti hubungan politik Kerajaan Sriwijaya yang baik dengan kerajaan-kerajaan luar negeri.

Daftar Bacaan

  • Boechari. 2013. Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
  • de Casparis, J. G. 1975. Indonesian Paleography. Leiden/Koln: E.J. Brill.
  • Groeneveldt. W. P. 2009. Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Depok: Komunitas Bambu.
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2011. Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Hindu. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Wolters, O. W. 1967. Early Indonesian Commerce: A Study of Origins Srivijaya. New York: Cornell University Press.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca