Sunan Prawata: Fase Kemunduran Kerajaan Demak
Sunan Prawata – Takhta Kerajaan Demak sepeninggal Sultan Trenggana pada 1546 dilanjutkan oleh anaknya, Raden Mukmin (Sunan Prawata). Sunan Prawata/Sunan Prawoto tidak bersikap seperti Sultan Trenggana dalam memerintah Kerajaan Demak. Di mana Sultan Trenggana lebih bersifat ekspansif, sedangkan Sunan Prawata tidak begitu memerhatikan permasalahan yang bersifat politik. Hal inilah yang menyebabkan di bawah pimpinan Sunan Prawata, Kerajaan Demak mulai mengalami kemunduran.
Sunan Prawata adalah seorang raja yang cenderung lebih memahami urusan keagamaan dibandingkan dengan urusan politik. Sehingga menyebabkan kurangnya kewibawaan Kerajaan Demak terhadap daerah-daerah yang sebelumnya telah ditaklukan oleh Sultan Trenggana. Beberapa wilayah seperti Banten, Cirebon, Surabaya dan Gresik mulai berkembang bebas dan tanpa ada kontrol yang ketat dari Kerajaan Demak. Hal ini menyebabkan lambat laun wilayah-wilayah daerah Kerajaan Demak mulai melepaskan diri.
Sunan Prawata tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memperluas pengaruh Kerajaan Demak sebagaimana yang telah dilakukan oleh Sultan Trenggana, meskipun sebenarnya ia berambisi untuk melakukan upaya yang telah dilakukan oleh Sultan Trenggana itu untuk menaklukan Pulau Jawa. Namun, oleh karena kekurangpiawaiannya sebagai seorang raja dan lebih condong sebagai seorang ulama, kemampuan politiknya kurang begitu baik dibandingkan dengan kemampuan agamanya.
Pada masa pemerintahan Sunan Prawata pusat pemerintahan Kerajaan Demak yang terletak di Bintoro dipindahkan ke bukit Prawoto, Pati. Oleh sebab itulah Raden Mukmin lebih dikenal dengan nama Sunan Prawoto. Pada masa pemerintahan Sunan Prawata, seorang Portugis yang bernama Manuel Pinto singgah ke Jawa pada tahun 1548 setelah mengantar surat untuk uskup agung Pastor Vicente Viegas yang berada di Makassar. Manuel Pinto sempat bertemu dengan Sunan Prawata dan mendengar rencana Sunan Prawata untuk mengislamkan seluruh Pulau Jawa, serta ingin berkuasa seperti Sultan Turki. Sunan Prawata juga berencana untuk menutup jalur beras ke Malaka dan berniat untuk menaklukkan Makassar. Akan tetapi, rencana Sunan Prawata itu berhasil diurungkan akibat bujukan Manuel Pinto.
Keinginan dari Sunan Prawata untuk melanjutkan sikap yang diambil oleh Sultan Trenggana tidak pernah terlaksana. Sunan Prawata nampak lebih sibuk untuk mengurusi masalah agama dibandingkan mengurus masalah pemerintahan dan bahkan Sunan Prawata pun seolah enggan untuk mempertahankan kekuasaannya sebagai seorang raja. Oleh sebab itulah, beberapa wilayah milik Kerajaan Demak mulai melepaskan diri.