Soenda Berita didirikan oleh Raden Mas Tirto Adhi Soerjo di Cianjur pada tahun 1903. Surat Kabar Soenda Berita merupakan cikal bakal pers nasional yang akan memberikan inspirasi bagi semangat perjuangan kaum bumiputera melawan kebodohan, ketertindasan dan kolonialisme yang dilakukan oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda. Soenda Berita di dalam penerbitannya menggunakan bahasa Melayu dan merupakan surat kabar pribumi pertama yang dibiayai, dikelola dan diisi oleh kalangan bumiputera sendiri.
Soenda Berita Di Awal Abad Ke-20
Surat Kabar Soenda Berita telah membangkitkan dan menganjurkan kepada golongan priyayi (bangsawan) baik priyayi tinggi maupun priyayi rendahan untuk wajib mencari ilmu agar terbuka pikiran dan kepandaiannya dan mampu menghadapi tantangan kehidupan. Tirto Adhi Soerjo di dalam penerbitan Soenda Berita sangat menginginkan meningkatnya pengetahuan bangsanya di pelbagai bidang kehidupan dan menyiapkan bangsanya untuk menghadapi zaman modern.
Di dalam menghadapi zaman modern ini, priyayi-priyayi harus cerdik dengan banyak membaca surat kabar, buku, berkala dan mengetahui serta memahami segala macam bentuk peraturan hukum Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda agar sesuai dengan yang dilakukannya ataupun bekerja untuk menolong bangsanya. Soenda Berita dalam berita dan artikelnya banyak memberitakan tentang perihal keadaan masyarakat Sunda dan Jawa. Artikel-artikel dalam Soenda Berita juga banyak membahas perihal ekonomi seperti menyoal pengkreditan, selain itu juga dibahas tentang kesehatan seperti pengobatan, kedokteran, kimia, farmasi dan bakteriologi; hukum tata pengadilan, ketataprajaan, dan hukum agama Islam.
Peranan Soenda Berita
Di samping itu, Soenda Berita banyak memberikan penjelasan tentang pengetahuan di bidang pertanian, perkebunan dan pengetahuan praktis lainnya, seperti fotografi, bekerja di percetakan, tinjauan pers, pengajaran dan pendidikan terjemahan lembaran negara dan lampirannya serta mengenai seni pertunjukkan wayang terutama wayang golek.
Soenda Berita banyak membahas masalah perempuan terutama perempuan di Sunda dan di Jawa yang juga ditulis oleh kaum perempuan sendiri. Adapun pembahasan yang ditulis dalam rubrik perempuan ini menyoal tentang peranan perempuan dalam rumah tangga seperti memasak, menyulam, bordir, menjahit dan segala hal yang berkaitan dengan rumah tangga. Prinsipnya dari adanya rubrik perempuan ini adalah kalau perempuan maju juga akan membantu beban suami. Soenda Berita mengajarkan perempuan harus mempunyai etika atau tata krama yang baik.
Surat Kabar Soenda Berita dikelola seorang diri oleh Tirto Adhi Soerjo. Tirto Adhi Soerjo membangun Soenda Berita dengan modal sendiri, setelah menjual semua harta bendanya yang ada di Batavia. Sedangkan Tirto Adhi Soerjo juga mendapatkan tambahan modal dari Bupati Cianjur, R.A.A Prawiradiredja. Redaksi dan percetakan Soenda Berita terpusat di Cianjur.
Dengan terbitnya Soenda Berita pada tahun 1903 Ini merupakan terbitan pertama dalam sejarah pers Indonesia, di mana redaksinya bertempat di desa. Harga eceran koran yang terbit tiap hari Minggu itu 20 sen pereksemplarnya. Sedangkan harga langganan 80 sen sebulan atau f 7,50 setahun. Sasaran dari Soenda Berita adalah pegawai menengah dan tinggi, para saudagar dan pegawai swasta. Sebab, harga tersebut akan berat bagi seorang pegawai rendahan. Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pramoedya Ananta Toer:
“Para pegawai rendah bisa juga berlangganan secara patungan sebagaimana biasa terjadi di antara mereka yang ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih luas.”
Pramoedya Ananta Toer
Dukungan Bupati Cianjur
Bupati Cianjur, R. A. A. Prawiradiredja sangat membantu Tirto Adhi Soerjo dalam penerbitan Soenda Berita. R. A. A. Prawiradiredja tidak hanya bertindak sebagai pembantu penerbitan, tetapi menjadi sponsor dari perdagangan surat kabar itu sendiri. Kendati demikian, peran bupati itu tak lepas dari posisinya di masyarakat dan pangkatnya dalam pemerintahan.
Sepanjang tahun 1903 Soenda Berita terdiri dari empat setengah halaman, seperempat bagian koran berisikan iklan. Jumlah iklan tersebut berhasil menutupi lebih dari separuh biaya produksi. Iklan yang dimuat berasal dari perusahaan besar dan menengah, di antaranya Grand Hotel Java dan lainnya. Diperkirakan koran berisi informasi umum itu mencapai 1.500 eksemplar.
Perlu diketahui bahwa pada tahun 1904 redaksi dan administrasi dari Soenda Berita berpindah dari Cianjur ke Batavia, tepatnya di Weltevreden (Gambir sekarang). Memasuki tahun 1904 Soenda Berita dicetak dalam kertas koran dengan format 21×28 cm yang terdiri dari 16 halaman dan dicetak sebanyak 1500 eksemplar. Dalam terbitan Soenda Berita pada 3 April 1904, surat kabar itu dicetak oleh FB Smits yang menyebabkan kuasa besar koran mingguan itu pun dipegang oleh August Waardenburg yang mana peredaran surat kabar Soenda Berita meliputi daerah Batavia dan sekitarnya.
Meskipun begitu, Tirto Adhi Soerjo tetaplah sebagai redaktur dari surat kabar itu. Berpindahnya kuasa kepada August Waardenburg kemungkinan disebabkan oleh adanya kemacetan dalam masalah keuangan yang nampak terlihat dari pernyataan Tirto Adhi Soerjo setelah 9 bulan terbitnya Soenda Berita;
“… kami suka sekali membanting diri membuang tenaga akan membantu memajukan kepandaian bangsa kami dan bangsa yang dipersamakan dengannya, asalkan kami tidak terpaksa menanggung banyak kerugian”.
Tirto Adhi Soerjo
Kesulitan Keuangan
Menurut Pramoedya Ananta Toer, Tirto Adhi Soerjo berusaha untuk mengajak pembaca Soenda Berita terlibat dalam usaha memajukan bangsa dan membuat pembaca mengerti bahwa Soenda Berita adalah milik masyarakan dan merupakan bagian dari masyarakat. Nyata kiranya bahwa setelah 9 bulan terbit itu, Soenda Berita mengalami kesulitan keuangan oleh karena beban tenaga kerja yang ada.
Sehingga tidaklah mengherankan kiranya kemungkinan saham dari Soenda Berita sebagian mungkin sebagian besar di jual untuk menutupi beban dan kesulitan keuangan yang ada. Pada tahun 1906 tidak begitu jelas nasib dari Soenda Berita yang berkaitan dengan kepergian Tirto Adhi Soerjo ke Maluku tanpa adanya alasan yang jelas.
Daftar Bacaan
- Hartanto, Agung Dwi. 2007. Seabad Pers Kebangsaan 1907-2007. Jakarta: Bokoe
- Toer, Pramoedya Ananta. 2003. Sang Pemula. Jakarta: Lentera Dipantara