Ekidna Moncong Pendek Papua (Tachyglossus Aculeatus Lawesii)

Ekidna moncong pendek Papua/New-Guinea short beaked echidna (Tachyglossus aculeatus lawesii) adalah salah satu dari spesies ekidna yang masih hidup dan merupakan subspesies dari ekidna berparuh pendek yang tersebar di pulau Papua. Hewan ini unik karena merupakan mamalia yang bertelur, berbeda dengan mamalia lainnya yang melahirkan anak. Ekidna berparuh pendek timur dapat ditemukan di wilayah dataran tinggi di barat daya New Guinea.

Ciri-Ciri Fisik

Hewan ini memiliki tubuh yangditutupi oleh bulu dan duri berwarna hitam dengan panjang sekitar 5 cm (2 inci) dengan ujung yang tajam berwarna putih. Duri ini terbuat dari keratin, bahan yang sama dengan rambut dan kuku manusia. Seperti ekidna pada umumnya duri-duri ini digunakan sebagai pertahanan diri terhadap predator. Ekidna moncong pendek Papua ini memiliki panjang tubuh diperkirakan sekitar 30-45 cm (12-18 inci) dengan berat sekitar 2-5 kg (4,5-11 lbs) dan beberapa diantaranya dapat mencapai ukuran 6 kg. Ukuran tubuh betina pada spesies ini umumnya lebih besar dibandingkan dengan jantan.

Tachyglossus Aculeatus Lawesii

Ekidna ini memiliki kaki pendek dan kuat dengan cakar yang digunakan untuk menggali dan mencari mangsa di mana cakar kaki depan lebih kuat dibandingkan dengan cakar kaki belakang. Fungsi cakar ini untuk menggali maupun untuk merobek sarang semut dan rayap. Moncongnya yang pendek dan lengket digunakan untuk mencium dan menjilat mangsa. Perlu diketahui bahwa

Ekidna ini memiliki lidah yang panjang dan lengket yang digunakan untuk menangkap serangga. Berbekal indera penciuman yang tajam dapat membantu mereka menemukan mangsa dalam kegelapan di mana moncong ekidna memiliki lubang hidung yang dapat ditutup untuk mencegah masuknya debu saat mereka melakukan penggalian. Tachyglossus aculeatus lawesii memiliki mata yang kecil dan tidak begitu baik untuk melihat sehingga ia lebih mengandalkan indera penciuman dan pendengaran mereka untuk menemukan mangsa.

Baca Juga  Monotremata: Mamalia Unik Yang Bertelur

Habitat Dan Persebaran Tachyglossus Aculeatus Lawesii

Tachyglossus aculeatus lawesii ditemukan di Pulau Papua terutama di Papua bagian barat daya, termasuk hutan hujan, hutan eukaliptus dan hutan pinus. Selain vegetasi hutan, hewan ini juga memiliki habitat di padang rumput di mana banyak ditemukan semut dan rayap sebagai makanan mereka. Hewan ini lebih menyukai area dengan tanah yang gembur di mana mereka dapat menggali untuk mencari mangsa.

Perilaku Dan Reproduksi

Tachyglossus aculeatus lawesii adalah hewan nokturnal, yang berarti mereka paling aktif di malam hari. Mereka adalah hewan soliter dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk mencari makan dan beristirahat. Mereka tidur di liang bawah tanah di siang hari untuk menghindari panas dan predator. Ekidna ini adalah pemakan serangga dan memakan semut, rayap, cacing tanah, dan larva. Mereka memiliki indera penciuman yang tajam yang membantu mereka menemukan mangsa dalam gelap.

Tachyglossus aculeatus lawesii berkembang biak secara ovipar, yang berarti mereka bertelur sebagaimana monotremata lainnya. Betina bertelur satu atau dua telur di liang bawah tanah. Telur dierami oleh betina selama sekitar 10 hari. Setelah menetas, anak-anak echidna disebut puggles. Puggles menyusu dari induknya selama sekitar enam bulan. Ekidna ini dapat hidup hingga 30 tahun di alam liar.

Beri Dukungan

Beri dukungan untuk website ini karena segala bentuk dukungan akan sangat berharga buat website ini untuk semakin berkembang. Bagi Anda yang ingin memberikan dukungan dapat mengklik salah satu logo di bawah ini:

error: Content is protected !!

Eksplorasi konten lain dari Abhiseva.id

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca