Peradaban Cina Kuno

Salah satu peradaban tertua yang terdapat di benua Asia adalah Peradaban Cina kuno atau peradaban Tiongkok kuno. Peradaban Cina kuno mula-mula berkembang di lembah sungai kuning (Huang Ho) oleh sebab itu peradaban Cina kuno juga disebut dengan peradaban lembah Sungai Kuning atau peradaban lembah Sungai Huang Ho.

Prasejarah Cina

Manusia tertua yang pernah ditemukan di Cina adalah Pithecantropus Pekinensis (Sinantrophus Pekinensis). Pithecantropus Pekinensis diperkirakan hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu di mana hidup sezaman dengan Pithecantropus Erectus di Jawa. Fosil Pithecantropus Pekinensis ditemukan di Gua Chou Kau Tien dengan artefak-artefak yang ada di bukit-bukit pasir. Berdasarkan penemuan ini maka dapat dikatakan bahwa awal mula Peradaban Cina kuno berasal dari bagian utara Cina.

Hal yang menarik dari peradaban awal Cina adalah apabila berdasarkan pada penemuan fosil Pithecantropus Pekinensis, maka Peradaban Cina kuno berkembang dari tempat yang letaknya terpencil, tertutup oleh gunung dan gurun pasir. Hal ini sangat bertolak belakang dengan peradaban lembah Sungai Indus, peradaban Mesopotamia dan peradaban lembah Sungai Nil. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa Peradaban Cina kuno memiliki sifat dasar yang tersendiri yang terlepas dari pengaruh luar. Meskipun di dalam perkembangannya, pengaruh dari luar sewaktu-waktu pun bisa terjadi dan mempengaruhi.

Kebudayaan Zaman Neolitikum

Berdasarkan temuan artefak yang berasal dari masa neolitikum, Peradaban Cina kuno berasal dari kebudayaan tertua yakni kebudayaan Yang Shao (Yang-Shao Culure) yang berkembang sekitar 4000 SM. Di Kebudayaan Yang Shao ini telah ditemukan tembikar yang telah dicat berwarna merah dengan garis-garis hitam.  

Selain kebudayaan Yang Shao, sekitar 2000 SM berkembang kebudayaan Lung Shan dengan ciri khas tembikar yang dibuat pada suhu yang tinggi. Daerah persebaran kebudayaa Lung Shan diperkirakan ke arah timur.   Masyarakat Kebudayaan Yang Shao dan Lung Shan diperkirakan telah memulai sistem pertanian menetap (irigasi) meskipun masih ditemukan pula aktivitas dari berburu dan juga menangkap ikan.

Zaman Perunggu

Zaman perunggu di Cina diperkirakan dimulai sejak 1500 SM meskipun masih diperdebatkan apakah zaman perunggu adalah kebudayaan asli atau mengambil teknik-teknik yang berasal dari barat Cina. Hal yang bisa dipahami adalah bahwa teknik pembuatan barang-barang dari perunggu di Cina berasal dari teknik pembuatan barang tembikar, baik dari segi bentuk maupun teknik, terutama teknik mengatur suhu pembakaran.

Legenda Peradaban Cina Kuno: Tokoh Pan Gu

Bisa dikatakan bahwa ketika Cina memasuki zaman perunggu, sejak saat itu pula Cina mulai memasuki masa sejarahnya. Meskipun diketahui bahwa pada periode ini sumber-sumber sejarah berupa dokumen masih sangat minim dan diyakini bahwa sejarah Cina telah dimulai sejak 3500 SM berdasarkan legenda-legenda. Ya meskipun legenda itu tersendiri teramat sulit untuk dipercayai, tetapi legenda dapat memberikan gambaran mentalitas budaya yang dibentuk dan dibangun dalam sebuah peradaban.

Berdasarkan legenda, awal mula Peradaban Cina kuno bermula dari tokoh Pan Gu yang mana dirinya semakin lama semakin membesar dan meledak. Di mana dikisahkan bahwa alam semesta ini adalah gambaran dari tubuh Pan Gu yang meledak. Di mana gunung adalah tubuh Pan Gu, hutan adalah rambutnya dan sungai-sungai adalah keringatnya.

Setelah zaman Pan Gu memasuki zaman kaisar purba yang disebut dengan tiga Huang dan lima Ti. Dari lima Ti tersebut khusnya yang disebut dengan Kaisar Kuning (Huang-Ti) tetap hidup terus di dalam kepercayaan rakyat sebagai ayah dari ilmu kedokteran. Istrinya menyumbang pengetahuan mengenai pembuatan sutra, kaisar selanjutnya, Tu Shi menyumbang sistem aksara dan diyakini sebagai dewa pertanian. Sedangkan Kaisar Shen Nung mengajari manusia cara bertani.

Baca Juga  Intervensi NATO di Bosnia dan Herzegovina

Tiga raja teladan, Yao, Shun dan Yu dipahami bahwa Yao memilih Shun sebagai penggantinya dan bukan anaknya karena dianggap kurang bijak dan mampu memimpin. Shun pun juga seperti Yao yang memilih menterinya sebagai penggantinya. Yu dikenal sebagai pahlawan kebudayaan di mana Yu juga memiliki jasa berhasil membendung banjir besar dan sekaligus menjadi pendiri dari dinasti pertama di Cina, yaitu Dinasti Xia (Hsia) yang diperkirakan berkuasa sejak 2200 SM. Dari pendirian Dinasti Xia inilah kisah sejarah Cina yang dipenuhi dengan dinasti-dinasti dimulai. Dibawah ini adalah uraian singkat tentang dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina kuno;

Dinasti Xia

Dinasti Xia ini masih merupakan dinasti legenda di mana banyak kisah-kisah yang diceritakan tidak berdasarkan sumber dan fakta sejarah serta dibubuhi oleh hal-hal yang irrasional. Cerita tentang Dinasti Xia baru populer pada zaman Dinasti Chou. Hal ini merupakan sebuah upaya legitimasi Dinasti Chou untuk meneruskan Dinasti Shang, kemudian Dinasti Chou menciptakan paradigma tentang Dinasti Xia dengan mengatakan bahwa Dinasti Xia adalah dinasti yang baik dan menjustifikasi bahwa Dinasti Shang adalah dinasti yang zalim serta menyebutkan bahwa keberadaan Dinasti Shang merupakan penyebab runtuhnya Dinasti Xia

Dinasti Shang

Dinasti Shang berpusat di Lembah Sungai Wei yang terletak di antara Sungai Huang Ho (utara) dan Sungai Yang Tse (selatan). Pada masa ini, masyarakatnya telah memiliki kehidupan bertani dengan pengolahan yang baik. Kepercayaan mereka dibangun kepada Dewa Kesuburan/ Dewa Bumi. Sistem pemerintahannya masih menggunakan sistem “Primus Interpares”, yaitu orang yang paling kaya, mempunyai tanah yang luas, dan mempunyai pasukan yang banyak, yang dapat memimpin. Dalam masyarakatnya juga tercipta sebuah sistem clan (kinship) yang amat kuat.

Masyarakatnya telah mempunyai tingkat kebudayaan yang tinggi. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya keramik-keramik yang indah, gerabah-gerabah, keramik tripod (guci 3 kaki) dan black pottery (budaya periuk hitam tanpa ornamen). Pada masa ini juga dikenal dengan kebudayaan tulang (culture bones). Hal ini dibuktikan dengan penemuan pada tahun 1921 yang menemukan adanya tumpukan tulang binatang yang berfungsi untuk ramalan-ramalan cuaca. Penemuan ini menunjukkan bahwa masyarakat yang hidup pada zaman Dinasti Shang telah memiliki tingkat pertanian yang maju. 

Pada masa ini juga ditemukan gambar di dalam kulit kura-kura, yaitu gambar seorang penguasa yang  naik  kereta kuda. Hal  ini menunjukkan bahwa telah terjadi perpaduan budaya, yaitu budaya selatan (pertanian) dan kebudayaan padang rumput. Pada masa ini juga, tulisan-tulisan sudah bisa dibaca. Hal ini berarti bahwa pada masa dinasti ini, Cina mengakhiri masa prasejarah dan memasuki masa baru, yaitu zaman Neolit. Dinasti ini runtuh karena dikudeta oleh clan Chou.

Dinasti Chou/Zhou: Perkembangan Filsafat Peradaban Cina Kuno

Sesuatu yang menarik pada masa ini ialah adanya kepercayaan/pemujaan terhadap Dewa Langit (Astral). Dewa Langit dijadikan sebuah legalitas dalam memperoleh kekuasaan dan menyingkirkan dinasti terakhir, yaitu Dinasti Shang. Dengan konsep kekuasaan Mandat dari Langit, Dinasti Chou mengklaim bahwa clan-nyalah yang ditunjuk oleh Dewa untuk memerintah, sehingga berhak untuk mengakhiri kekuasaan Dinasti Shang.

Baca Juga  Revolusi Beludru Cekoslowakia 1989

Zaman ini juga disebut sebagai Zaman Seratus Filsafat. Di antara filsafat-filsafat yang berkembang pada masa dinasti ini yaitu sebagai berikut.

Konfusianisme

Ajaran Konfusianisme lahir sebagai dampak dari kerusakan dan kehancuran berbagai sendi kehidupan di Cina sebagai akibat dari banyaknya konflik politik yang berujung pada peperangan. Ajaran konfusianisme mengajarkan hal-hal yang real dan praktis, yaitu bagaimana menjalankan berbagai peran, baik itu sebagai rakyat, penguasa, raja, ayah, anak, maupun ibu yang baik.

Taoisme

Menurut ajaran Tao, untuk mencapai kebahagian yang hakiki, maka manusia harus meninggalkan kehidupan dunia dengan menjauhi kehidupan kota dan pergi ke hutan untuk mencari arti dari hidup dengan merenung.

Legalisme

Legalisme adalah filsafat yang mengutamakan ditegakkannya hukum yang tegas dan keras agar tercipta kehidupan yang aman dan tentram. Filsafat ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia itu jahat dan akan baik jika ditegakkan hukum.

Dinasti Qin/Chin

Dinasti Chin bersifat sentralistik dengan Kaisar Chin Shin Huang Ti. Pada zaman Dinasti Chin ini berkembang filsafat legalisme karena para penasihat kaisar merupakan penganut legalisme. Ajaran Konfusius dilarang, buku-bukunya dibakar dan para penganutnya dibunuh.

peradaban cina kuno

Strategi politik Dinasti Chin yaitu dengan mendirikan bangunan-bangunan yang dapat menghalau orang-orang Barbar sejauh mungkin. Bangunan itu berbentuk benteng-benteng yang dibangun di celah-celah bukit yang bisa dimasuki pasukan berkuda dan inilah embrio Tembok China (Great Wall) yang diperbaharui oleh dinasti-dinasti setelahnya.

Dinasti Han

Pada masa Dinasti Han, ajaran Konfusionisme mencapai beberapa masa keemasan. Dinasti Han mempersyaratkan adanya ujian ajaran Konfusianisme ketika merekrut para pegawai kerajaan. Dengan demikian, rakyat berbondong- bondong belajar ajaran Konfusianisme. Mereka yang lulus dari ujian ini menjadi pegawai kerajaan dan disebut dengan kaum gentry. Kaisar terbesar pada Dinasti Han adalah Han Wu Ti (141-78 SM). Pada masanya, Cina dapat dipersatukan, dan beberapa daerah seperti Manchuria jatuh ke tangan bangsa Cina. Setelah Han Wu Tio meninggal, Dinasti Han mengalami kemunduran dan akhirnya jatuh pada tahun 221 M setelah datangnya serangan dari bangsa Tartar.

Periode Enam dinasti

Keenam dinasti yang memerintah Cina antara tahun 220 – 589 M secara berturut-turut yaitu:

  1. Wei (220-265);
  2. Tsin (265-420);
  3. Liu Sung (420-477);
  4. Chai (479-502);
  5. Liang (502-556);
  6. Ch’en (557-589).

Pada masa ini Cina berada dalam perang antar kerajaan-kerajaan atau perang saudara. Tidak ada satu kerajaan yang kuat dan berhasil mempersatukan Cina dalam satu kekuasaan Dinasti.

Dinasti Sui

Pada masa ini Cina dapat disatukan kembali. Namun, dinasti ini habis energinya untuk melakukan upaya konsolidasi ke dalam. Oleh karena itu, Sui tidak banyak melakukan ekspansi keluar.

Dinasti Tang

Pada masa Dinasti Tang, perdagangan internasional melalui jalur pantai selatan. Secara perlahan-lahan Dinasti Tang mampu menggulingkan Dinasti Sui kemudian mulai membangun infrastruktur ekonomi dan menjalin hubungan internasional yang baik. Pada masa Dinasti Tang, ajaran agama Buddha mulai masuk dan berkembang di Cina. Agama Buddha sangat berpengaruh secara signifikan di Cina. Hal itu disebabkan adanya kesamaan prinsip- prinsip Buddha dan ajaran Konfusionisme sehingga pada masa Dinasti Tang terjadi perpaduan dan sinkretisme agama antara Buddha, Konfusionisme, dan Taonisme. Ramainya perdagangan di laut menyebabkan Islam mulai masuk ke Cina.

Lima Dinasti

Pada masa ini sama seperti halnya dengan masa Enam Dinasti, yaitu tidak adanya satu dinasti yang mampu mempersatukan Cina dalam satu kekuasaan. Cina berada dalam perang antarkerajaan atau perang saudara.

Baca Juga  Kebijakan Mikhail Gorbachev Yang Berdampak Pada Keruntuhan Uni Soviet

Dinasti Yuan

Dinasti Yuan adalah dinasti asing pertama yang berhasil menguasai Cina. Mereka adalah bangsa Mongol, atau orang Cina sering menyebut mereka yaitu bangsa Hun (Yungnu). Pada awalnya bangsa Mongol memiliki tingkat kebudayaan yang lebih rendah dibandingkan kebudayaan Cina. Setelah menguasai Cina, bangsa Mongol melakukan kekerasan untuk mengkonsolidasi dinasti-dinasti Cina yang masih merdeka. Setelah berkuasa secara penuh, bangsa Mongol mulai berasimilasi dengan budaya Cina.

Dinasti Ming

Ming adalah salah satu dinasti yang besar di antara beberapa dinasti yang pernah memerintah di Cina. Zaman Dinasti Ming memunculkan fenomena baru tentang zaman modern dalam sejarah dan Peradaban Cina kuno. Dengan karakteristik yang dimilikinya, Dinasti Ming telah berhasil merebut perhatian dunia, baik pada zamannya maupun pada masa kini. Membicarakan Ming, tentulah tidak bisa dilepaskan dari kebesaran nama para kaisar itu sendiri dan kebijakan-kebijakannya, maupun seorang penjelajah Muslim yang terkenal, yaitu Laksamana Cheng Ho.

Agama Islam yang mulai berkembang di Cina pada tahun 651 M yaitu pada zaman Dinasti Tang, telah mengalami perkembangan yang pesat di Cina. Persebaran Islam ke negeri Cina tidak terlepas dari peran perdagangan yang pada zamannya merupakan aset yang utama. Sejak masa Khalifah Umayah (abad ke-7), Islam menyebar melalui Jalur Sutera, baik itu darat maupun laut.

Ekspedisi Laksamana Cheng Ho turut mengharumkan nama Dinasti Ming dan Islam. Pada masa ini, Islam mendapat kesempatan untuk berkembang. Sebagian besar panduduk daerah Yunnan, Shensi, dan Hopei memeluk agama Islam. Laksamana Cheng Ho sendiri adalah seorang Tionghoa Muslim, walaupun ia seorang kasim. Selama hidupnya, ia melakukan petualangan antarbenua selama 7 kali berturut-turut dalam kurun waktu 28 tahun (1405- 1433) dengan 6 kali pelayarannya di bawah titah Kaisar Yung Lo. 

Pelayarannya yang dilakukan oleh Cheng Ho dilakukan lebih awal dari para pelaut barat yang terkenal, seperti Christopher Colombus, Vasco Da Gama, ataupun Ferdinand Magellan. Pelayaran luar biasa ini, menghasilkan buku Zheng He’s Navigation Map yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Jalur perdagangan Cina berubah, tidak sekedar bertumpu pada Jalur Sutera antara Beijing-Bukhara.

Cheng Ho adalah sahabat karib Kaisar Ming yang pertama, dan kemudian ditugasi untuk mengepalai 7 ekspedisi maritim raksasa ke Nusantara (Jawa dan Sumatera), Malaka, Srilangka, Samudera Hindia, Calcuta di pesisir barat anak benua India, Arab, dan pantai Afrika Timur. Tujuan dari ekspedisi yang dilakukan oleh Dinasti Ming adalah untuk memperkenalkan dan mengangkat prestise Dinasti Ming ke seluruh dunia. Hal itu dimaksudkan agar negara-negara lain mengakui kebesaran Kaisar Tiongkok sebagai The Son Of Heaven (putra dewa langit). 

Daftar Bacaan

  • Boltz, William G. February 1986. “Early Chinese Writing, World Archaeology”. Early Writing Systems. 17 (3): 420–436.
  • Ebrey, Patricia Buckley. 1999. The Cambridge Illustrated History of China. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Hu, Yue; Marwick, Ben; Zhang, Jia-Fu; Rui, Xue; Hou, Ya-Mei; Yue, Jian-Ping; Chen, Wen-Rong; Huang, Wei-Wen; Li, Bo. 19 November 2018. “Late Middle Pleistocene Levallois stone-tool technology in southwest China”. Nature. 565 (7737): 82–85.
  • Lewis, Mark Edward. 2007. The Early Chinese Empires: Qin and Han. Cambridge: Harvard University Press.
  • Liu, Wu; Martinón-Torres, María; Cai, Yan-jun; Xing, Song; Tong, Hao-wen; Pei, Shu-wen; Sier, Mark Jan; Wu, Xiao-Hong; Edwards, R. Lawrence; Cheng, Hai; Li, Yi-Yuan; Yang, Xiong-xin; De Castro, José María Bermúdez; Wu, Xiu-jie (2015). “The earliest unequivocally modern humans in southern China”. Nature. 526 (7575): 696–699.
  • Wilkinson, Endymion. 2018. Chinese History: A New Manual (5th ed.). Cambridge: Harvard University Asia Center.
error: Content is protected !!